Liputan6.com, Jakarta - Indeks saham Jepang dan nilai tukar yen sempat mencatat kenaikan sebelum berita penembakan mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. Namun indeks acuan saham Jepang maupun nilai tukar yen kemudian mengalami tekanan usai peristiwa penembakan tersebut.Â
Diketahui, Shinzo Abe terluka parah dalam penembakan di Nara pada Jumat (8/7/2022). Shinzo Abe dilaporkan tak sadarkan diri setelah ditembak ketika sedang berpidato untuk seorang kandidat partainya. Menurut laporan NHK, Shinzo Abe tidak menunjukkan tanda-tanda vital ketika dibawa ke rumah sakit.
Dilansir dari CNBC International, Jumat (8/7/2022) saham Nikkei 225 naik 0,56 persen dan indeks Topix naik 0,83 persen. Kedua indeks saham acuan ini naik lebih dari 1 persen di awal sesi, tetapi jatuh setelah laporan tentang Shinzo Abe ditembak selama kampanye.
Advertisement
Mata uang yen terakhir diperdagangkan pada 135,60 per dolar AS. Kemudian dini hari, berada di 135,9 per dolar.
Sementara di kawasan Asia Pasifik, S&P/ASX 200 Australia naik 0,57 persen. Kospi Korea Selatan juga bertambah nilai hingga 0,85 persen, sedangkan Nasdaq 0,83 persen lebih tinggi.
Indeks Hang Seng di Hong Kong berada tepat di atas garis datar. Adapun pasar China yang juga mencatat kenaikan. Shanghai Composite meningkat 0,17 persen, sedangkan Shenzhen Componen naik 0,13 persen.
Tapi kekhawatiran kenaikan harga dan perlambatan ekonomi tetap menghantui negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
"Risiko di luar sana, tentu saja, adalah inflasi yang meningkat dan di atas itu, ada juga risiko resesi yang akan datang," kata Chief Investment Officer DBS Hou Wey Fook kepada CNBC Squawk Box Asia.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kronologi Mantan PM Jepang Shinzo Abe Ditembak Saat Kampanye
Menurut sejumlah laporan media lokal Jepang, Shinzo Abe dilaporkan tidak menunjukkan tanda-tanda vital setelah ditembak di sebuah acara kampanye di wilayah Nara pada Jumat (8/7/2022).
Mantan PM Jepang itu telah menyampaikan pidato singkat di sebuah acara menjelang pemilihan majelis tinggi hari Minggu ketika suara tembakan terdengar, kata penyiar nasional NHK dan kantor berita Kyodo.
Shinzo Abe yang berusia 67 tahun pingsan dan mengalami pendarahan di leher, kata seorang sumber dari Partai Demokrat Liberal yang berkuasa kepada kantor berita Jiji.
Baik Liberal Democratic Party (LDP) maupun polisi setempat tidak dapat segera mengonfirmasi laporan tersebut.
NHK dan Kyodo sama-sama melaporkan Abe dibawa ke rumah sakit dan tampaknya mengalami cardo-respiratory arrest - istilah yang digunakan di Jepang untuk menunjukkan tidak ada tanda-tanda vital, dan umumnya mendahului sertifikasi formal kematian oleh koroner.
Beberapa media melaporkan bahwa Shinzo Abe ditembak tampaknya ditembak dari belakang, kemungkinan dengan senapan. NHK melaporkan bahwa seorang pria telah ditangkap, meskipun tidak ada rincian lebih lanjut.
Advertisement
Melihat Perjalanan Shinzo Abe Jadi PM Jepang Terlama dalam Sejarah
Selama menjabat, Shinzo Abe dikenal sebagai Perdana Menteri yang menjabat lebih lama dari Perdana Menteri Jepang lainnya dalam sejarah.
Dikutip dari CNN, Shinzo Abe adalah Perdana Menteri Jepang terlama dalam sejarah sebelum ia mengundurkan diri pada tahun 2020, dengan alasan kesehatannya pada saat itu.
"Hampir delapan tahun saya mengendalikan penyakit kronis saya, namun tahun ini pada bulan Juni saya melakukan pemeriksaan rutin dan ada tanda-tanda penyakit itu," ungkap Shinzo Abe pada Agustus 2020, saat mengumumkan pengunduran dirinya.
Shinzo Abe menderita penyakit radang usus besar, penyakit radang usus yang tidak dapat disembuhkan, yang juga merupakan faktor pengunduran dirinya sebagai perdana menteri secara tiba-tiba pada tahun 2007, mengakhiri masa jabatan pertamanya setelah lebih dari satu tahun menjabat.
Setelah ia mengundurkan diri sebagai pemimpin partai dan perdana menteri pada 2007, Shinzo Abe kembali menduduki kedua posisi tersebut pada tahun 2012.
Setelah kembali sebagai pemimpin, ia menjadi kekuatan dominan dalam politik Jepang, memenangkan masa jabatan ketiga dengan menang telak pada 2017 dan keempat pada 2019.
Forbes mencatat, sejak menjadi perdana menteri pada tahun 2012, Shinzo Abe telah menerapkan kebijakan ekonomi yang dijuluki Abenomics, menggelontarkan miliaran dolar ke dalam pertumbuhan ekonomi Jepang.
Namun, perjalanannya dalam politik tentu tidak diherankan, dengan latar belakang keluarga Shinzo Abe yang juga aktif dalam politik (kakek dan paman buyutnya menjabat sebagai perdana menteri).