Liputan6.com, Jakarta - Akademisi dan pakar bisnis Profesor Rhenald Kasali menjelaskan, perjalanan haji semakin tahun akan semakin tidak mudah. Hal ini terjadi karena jumlah penduduk di muka bumi termasuk di Indonesia semakin padat.
Menengok ke belakang, pada 1990 kuota haji yang diberikan ke Indonesia sebesar 71.242 calon jemaah haji. Sedangkan total total penduduk Indonesia di waktu yang sama mencapai 181,5 juta orang.
Baca Juga
Angka kuota haji terus naik dari tahun ke tahun. Contohnya pada 2005 yang naik menjadi 180.558 calon jemaah haji. Sedangkan pada 2020 naik lagi ke 221 ribu calon jemaah haji.
Advertisement
Bagaimana dengan 2022?
Rhenald Kasali menjelaskan kuota haji di tahun ini turun karena pandemi Covid-19. Tercatat, kuota haji di 2022 adalah 100.051 calon jemaah haji. Meskipun turun masih cukup baik karena di dua tahun sebelumnya keberangkatan haji didiadakan.
Dengan dibukanya kembali Arab Saudi, peminat keberangkatan haji pun sangat membludak. "Banyak jemaah haji yang sudah dijanjikan oleh travel agen dan sudah akan berangkat dengan visa yang sekarang ada nama baru yaitu furoda," kata Rhenald Kasali dalam video yang diunggah dalam akun Youtube, Jumat (8/7/2022).
Untuk diketahui, Haji Furoda adalah program haji khusus dengan menggunakan visa mujamalah atau undangan dari Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia. Program ini memudahkan mendaftar haji tanpa perlu menunggu.
Hal ini dikarenakan visa haji furoda tidak menggunakan kuota visa haji yang disediakan pemerintah, melainkan memakai kuota haji Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia.
Nah, para calon jemaah haji Furoda ini sudah diberi tahu oleh travel agen untuk bersiap-siap berangkat ke Mekah Arab Saudi untuk menunaikan ibadah haji. Mereka pun diminta untuk tinggal di hotel selama berhari-hari.
Sayangnya, visa untuk jemaah haji furoda atau mujamalah tak kunjung keluar. Dalam berita, terdapat46 jemaah calon haji furoda yang sempat tertahan di bandara Jeddah, Arab Saudi dipulangkan ke Tanah Air.
"Ini karena datanya tidak lolos di imigrasi Arab Saudi," jelas Rhenald Kasali.
Menurutnya, visa Furoda ini juga sering disebut dengan visa Deg-dengan. Hal ini karena ini adalah sisa dari kuota yang tidak terpakai. Wajar visa Furoda bikin deg-degan karena dalam prosesnya menunggu para calon jemaah haji yang tidak jadi diberangkatkan.
Nah, menariknya, Rhenald Kasali bercerita. Biasanya visa Furoda ini diproses oleh travel-travel agen yang ternama. Namun di tahun ini, dari 10 travel agen terbesar di Indonesia tidak ada yang bisa memberangkatkan.
Jusru travel agen dengan nama-nama baru yang bisa memberangkatkan jemaah haji vira Furoda ini.
Menarik lagi, biaya naik haji yang ditawarkan oleh travel agen ini cukup bervariasi yaitu USD 20 ribu sampai dengan USD 45 ribu.
Â
Perubahan Visi Arab Saudi
Tahun depan, Rhenald Kasali menduga, akan semakin susah untuk bisa pergi haji. Hal ini karena kuota dari Arab Saudi masih dibatasi sedangkan peminatnya justru semakin besar.
"Di Indonesia orang yang ingin pergi haji harus menunggu sekitar 20 sampai 30 tahun lamanya. Apalagi saat ini ada ketentuan untuk naik haji usianya maksimal 65 tahun," kata dia.
Hal ini membuat mereka yang usianya sudah mendekati 60 tahun mulai berlomba-lomba untuk berangkat haji.
Dengan apa yang terjadi saat ini maka perlu diprediksi atau dihitung apa yang akan terjadi ke depannya. Apalagi dengan adanya visi baru Arab audi 2030 dimana pengelolaan perjalanan haji ini kemungkinan akan berubah.
Hal ini terjadi karena ada pergeseran kekuatan poitik ekonomi dari industri 3.0 ke 4.0. Dari semula berpenggerak atau berorientasi minyak bumi ke mikro cip. Semula, minyak bumi berpusat di Timur Tengah akan berpindah ke mikro cip yang berpusat di Taiwan dan Korea.
Arab Saudi sudah menyadari pergeseran ekonomi ini dari yang semula hanya tergantung minyak bumi menjadi energi terbarukan.
"Ada 3 kata kunci dalam visi Arab Saudi 2030 yaitu masyarakat maju yang bergairah, ekonomi yang tumbuh dan pemerintahan yang efisien," jelas Rhenald Kasali.
Di ekonomi, Arab Saudi ingin meningkatkan peran sektor swasta yang selama ini pemerintah yang sangat dominan.
Selain itu, Arab Saudi juga akan meningkatkan peran partisipasi tenaga kerja lokal. Selama ini penduduk setempat dikenal sebagai pemalas. Hal ini akan diubah oleh pemerintah dengan meningkatkan partisipasinya.
Selain itu, Arab Saudi juga akan memperlebar industri dan bisnis mereka ke sektor lain seperti kesehatan, pertambangan, pendidikan dan lainnya.
Dalam hal ini Arab Saudi tidak akan hanya mengandalkan haji saja tetapi diperlebar ke sektor lain seperti pariwisata. Saat ini Arab Saudi tengah mendaftarkan heritage mereka ke Unesco untuk mencapai hal tersebut.
Partisipasi tenaga kerja perempuan juga akan terus ditingkatkan menjadi 30 persen pada 2030. Saat ini sudah banyak NGO yang masuk ke Arab Saudi untuk meningkatkan peran serta wanita.
Advertisement
Arab Saudi berubah, Bagaimana Kita?
Dengan perubahan di Arab Saudi, Indonesia pun juga harus berubah. Masyarakat Indonesia yang mengacu ke Arab saat ini adalah acuan yang lama.
Saat ini negara Arab Saudi akan berubah oleh karena itu Indonesia juga harus ikut berubah. Timur Tengah mulai membuka diri untuk bisa menerima semua perubahan dari berbagai cara pandang.
Salah satunya adalah perubahan visa. Dulu dikenal dengan ONH dan ONH plus. Saat ini hal tersebut berubah dengan jemaah haji Furoda.
Namun memang, sejauh ini penjelasan mengenai haji Furoda ini belum gamblang. Perlu ada dialog yang baik antar lembaga untuk menjelaskan secara benar dan terang mengenai haji Furoda ini.
Tentu saja, hal ini tidak bisa dilakukan secara instan. Perlu pembicaraan dan persiapan yang panjang sehingga bisa memperoleh hasil yang maksimal.