Liputan6.com, Jakarta Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) membukukan realisasi lelang sebesar Rp 13,65 triliun sampai kuartal II (Q2) 2022.
Kepala Subdirektorat Kebijakan Lelang Diki Zenal Abidin mengatakan, capaian lelang tersebut belum sampai separuhnya dari total transaksi pokok lelang per 2021 lalu, yang mencapai Rp 35,16 triliun.
Baca Juga
"Sampai Juni sudah Rp 13,65 triliun. Memang belum 50 persen Juni 2021," terang Diki dalam sesi bincang-bincang virtual bersama media, Jumat (8/7/2022).
Advertisement
Namun, ia menambahkan, secara capaian jumlah pokok lelang per Juni 2022 sudah melampaui target yang ditetapkan, yakni 40 persen dari Rp 30 triliun (proyeksi realisasi lelang sepanjang 2022).
"Dari trajectory itu kita sudah melebih target, sudah 45,6 persen. Nanti akan melesat di kuartal keempat," ujar dia.
Di sisi lain, penerimaan negara bukan pajak atau PNBP lelang hingga kuartal kedua tahun ini secara grafik terlihat lebih baik. Jumlahnya sudah 50 persen lebih dari target PNBP lelang 2022 sebesar Rp 700 miliar, yakni Rp 378,88 miliar.
"Dengan adanya stimulus yang kita berikan dengan kemudahan tarif sampai 0 persen, akan makin meningkatkan kinerja kami," imbuh Diki.
Adapun secara grafik, baik realisasi pokok lelang maupun PNBP lelang menunjukan adanya kenaikan. Meski sempat terperosok jadi Rp 26,20 triliun akibat pandemi Covid-19 per 2020 lalu, pokok lelang tahun kemarin bisa melesat sampai Rp 35,16 triliun.
"Meskipun di 2020 kita agak terkoreksi sedikit. Namun di 2021 langsung melesat sampai Rp 35,16 triliun. Ini angka tertinggi sepanjang sejarah yang belum pernah dicapai sebelumnya," tutur Diki.
Bank Dunia Ramal Ekonomi RI 2022 Tumbuh 5,1 Persen, Kemenkeu Bilang Begini
Sejalan dengan Global Economic Prospect (GEP), Laporan Indonesia Economic Prospect (IEP) Bank Dunia Juni 2022 memprediksi perekonomian Indonesia akan tumbuh 5,1 persen di tahun 2022 dan naik menjadi 5,3 persen di tahun 2023.
Proyeksi Bank Dunia ini didasarkan pada beberapa faktor pendukung, seperti kepercayaan konsumen yang meningkat, nilai tukar perdagangan (terms of trade) yang lebih baik, dan lonjakan permintaan yang tertahan (pent-up demand).
“Proyeksi ini masih sejalan dengan rentang outlook pertumbuhan ekonomi Pemerintah. Ini mengindikasikan bahwa resiliensi Indonesia masih terjaga di tengah peningkatan risiko global”, ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (22/6/2022).
Menurut Bank Dunia, pemulihan ekonomi Indonesia masih berlanjut meski di tengah situasi global yang semakin menantang, baik karena tekanan inflasi dunia, pengetatan kebijakan moneter eksternal, dan pemburukan kondisi perekonomian global.
Setelah mampu tumbuh 3,7 persen di tahun 2021, momentum pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut hingga triwulan I 2022. Pertumbuhan ekonomi tercatat cukup tinggi di tingkat 5,0 persen, meski sempat mengalami gelombang Omicron.
Meskipun demikian, Bank Dunia menyampaikan bahwa antisipasi diperlukan jika kondisi global memburuk seperti tercermin dalam laporan GEP Juni 2022 di mana pertumbuhan ekonomi global melambat signifikan dari 5,7 persen di tahun 2021 menjadi hanya 2,9 persen di tahun 2022 akibat eskalasi berbagai risiko, seperti inflasi yang tinggi yang memicu pengetatan kebijakan moneter di berbagai negara saat ini.
Advertisement
Kekhawatiran
Selain itu, kekhawatiran meningkat atas kerawanan ketahanan pangan dan kemiskinan akibat terbatasnya pasokan dan tingginya harga pangan dunia. Inflasi Indonesia di tahun 2022 diprediksi oleh Bank Dunia akan mencapai 3,6 persen.
“Proyeksi ini masih dalam rentang target inflasi Bank Indonesia dan asumsi makro dalam APBN sebesar 2-4 persen berkat bauran kebijakan yang baik. Rasio defisit APBN terhadap PDB Indonesia pun diproyeksi secara lebih optimistik oleh Bank Dunia di tingkat 3,7 persen (postur APBN 2022 baru: 4,5 persen) mencerminkan optimisme konsolidasi fiskal yang lebih baik”, lanjut Febrio.
Langkah konsolidasi fiskal dinilai tepat dengan mempertimbangkan pemulihan yang semakin kuat, selain memenuhi amanat UU No. 2 Tahun 2020. Defisit APBN secara gradual berhasil diturunkan dan diproyeksikan kembali ke level 3% PDB pada tahun 2023. Bank Dunia mendukung berbagai reformasi struktural yang dijalankan Pemerintah, seperti UU Cipta Kerja dan UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP).
Untuk itu, Bank Dunia mengidentifikasi beberapa area reformasi struktural yang dapat dipertimbangkan atau dipercepat, antara lain menciptakan ruang fiskal yang lebih besar melalui perbaikan administrasi perpajakan, peningkatan kualitas belanja, dan pengeloaan subsidi yang lebih baik, perbaikan lingkungan usaha untuk mendukung UMKM, mengurangi kebijakan pembatasan perdagangan, transisi hijau, serta pendalaman dan inklusi sektor keuangan.
“Pemerintah mengapresiasi Bank Dunia yang menilai reformasi kebijakan struktural yang berkelanjutan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi ke depan dan mengurangi ketergantungan pada stimulus ekonomi makro jangka pendek. Hal ini sesuai dengan arah kebijakan fiskal Pemerintah”, tutup Febrio.