Liputan6.com, Jakarta- Ustaz Abu Kahfi pertama kali bertemu dengan penyandang tunarungu 13 tahun yang lalu. Saat itu, dia melihat bagaimana pendidikan agama mereka sangat mendasar. Bahkan, Ustaz Abu Kahfi menilai penyandang tunarungu seperti hampir tidak mengenal agamanya sendiri.
Usut punya usut, hal ini terjadi karena mereka belum pernah belajar agama dari seorang ustaz yang bisa berbahasa isyarat. Dari situlah, hati Ustaz Abu Kahfi tergerak untuk mendedikasikan dirinya mengajarkan agama kepada para penyandang tunarungu.
Baca Juga
“Dari mulai saat itu saya merasa termotivasi, merasa risau, melihat mereka bagaimana masa depan mereka di dunia dan akhiratnya, terutama masalah agamanya,” ungkap Ustaz Abdul Kahfi kepada Tim Berani Berubah.
Advertisement
“Maka semenjak saat itu saya berniat azam kepada diri saya dan keluarga saya untuk dibawa semuanya mengabdikan hidup kita ini untuk mereka untuk tunarungu,” sambung dia.
Dia kemudian mendirikan Pondok Pesantren Tunarungu Darul A’Shom di Yogyakarta. Meski awalnya tidak bisa berbahasa isyarat atau mengerti apapun mengenai penyandang tunarungu, dia bertekad untuk belajar.
“Semenjak saat itu saya jadi ada motivasi untuk belajar. Belajar bisa bahasa mereka sampai ingin seperti mereka, menjiwai mereka,” ujarnya.
Seperti dugaannya, potensi para penyandang tunarungu ternyata luar biasa. Ustaz Abdul Kahfi percaya bahwa bahasa memanglah jembatan ilmu, sehingga tidak ada bahasa yang mustahil untuk seseorang bisa mendapatkan ilmu, apapun bahasanya.
“Setelah saya memulai mengajarkan Al-Qur’an kepada mereka, luar biasa mereka sekarang Berani Berubah bisa apa, bahkan ada yang bisa hafal 9 juz untuk saat ini,” tutur Ustaz Abdul Kahfi.
“Dari yang tidak tahu Al-Qur’an tidak tahu agama sekarang sudah ada yang hafal 9 juz, Alhamdulillah,” lanjut dia.
Tak Perlu Merasa Malu
Sejak bertemu dengan penyandang tunarungu, Ustaz Abdul Kahfi sudah bermimpi untuk memiliki pondok pesantren khusus untuk tunarungu. Kini, mimpi tersebut berhasil terwujudkan.
Dia pun menekankan bahwa siapapun tidak perlu malu dengan kondisi mereka masing-masing. Yang terpenting adalah keinginan untuk terus maju dan pantang menyerah.
“Tidak perlu merasa malu meskipun kita memiliki kekurangan. Kekurangan bukan satu penghalang untuk mendapatkan kesuksesan. Tetap semangat, jangan takut, dan Berani Berubah!” Ustaz Abdul Kahfi mengakhiri.
Pastinya cerita ini menjadi kisah inspiratif untuk pantang menyerah di saat kondisi terpuruk. Yuk, ikuti kisah ini maupun yang lainnya dalam Program Berani Berubah, hasil kolaborasi antara SCTV, Indosiar bersama media digital Liputan6.com dan Merdeka.com.
Program ini tayang di Stasiun Televisi SCTV setiap Senin di Program Liputan6 Pagi pukul 04.30 WIB, dan akan tayang di Liputan6.com serta Merdeka.com pada pukul 06.00 WIB di hari yang sama.
Advertisement