Sukses

1.000 Nasabah 4 Bank di Henan China Demo, Tuntut Pencairan Dana Deposito

Pihak otoritas China membubarkan paksa protes damai yang dilakukan ratusan nasabah dari 4 bank pedesaan.

Liputan6.com, Jakarta - Pihak otoritas China membubarkan paksa protes damai yang dilakukan ratusan nasabah dari 4 bank pedesaan. Para nasabah ini melakukan aksi menuntut pencairan dana deposito yang mereka simpan di bank tersebut.

Bank-bank tersebut disebut belum bisa mencairkan dana deposito sesuai permintaan dari nasabah karena tengah berada dalam krisis uang tunai yang semakin dalam.

Sejak April 2022, empat bank pedesaan di provinsi Henan, China telah membekukan deposito senilai jutaan dolar AS. Langkah itu mengancam kelangsungan hidup ratusan ribu nasabah, kala situasi ekonomi di Negeri Tirai Bambu babak belur oleh kebijakan lockdown akibat pandemi Covid-19.

Para nasabah yang putus asa telah melakukan sejumlah demonstrasi di kota Zhengzhou, ibu kota provinsi Henan selama dua bulan terakhir. Namun, tuntutan mereka selalu diabaikan oleh pihak perbankan.

Melansir CNN, Senin (11/7/2022), lebih dari 1.000 nasabah dari seluruh China pada Minggu (10/7/2022) kemarin berkumpul di luar kantor cabang Bank Rakyat China (bank sentral negara tersebut) di Zhengzhou.

Demonstrasi tersebut adalah salah satu yang terbesar di China sejak masa pandemi, dimana perjalanan domestik terkekang oleh berbagai pembatasan pergerakan Covid-19.

Bulan lalu, pihak otoritas Zhengzhou bahkan menggunakan sistem kode kesehatan digital Covid-19 di negara itu untuk membatasi pergerakan nasabah, dan menggagalkan protes yang direncanakan. Namun, sikap itu justru memicu protes nasional.

Kali ini, sebagian besar pengunjuk rasa tiba di luar bank sebelum fajar, beberapa pada pukul 4 pagi, agar tidak dicegat pihak berwenang. Mereka lantas memaksa sambil berteriak agar bank tersebut mengembalikan dana deposito, sembari mengibarkan bendera merah lima bintang Tiongkok.

Taktik ini dimaksudkan untuk menunjukkan, keluhan mereka hanya ditujukan kepada pemerintah daerah. Demonstran justru mendukung dan mengandalkan pemerintah pusat untuk mencari ganti rugi.

"Melawan korupsi dan kekerasan pemerintah Henan," tulis sebuah spanduk berbahasa Inggris yang dibentangkan pihak demonstran.

Sebuah potret besar mendiang pemimpin Tiongkok Mao Zedong turut ditempelkan di sebuah pilar di pintu masuk bank. Di seberang jalan, ratusan polisi dan personel keamanan, beberapa diantaranya berpakaian preman, berkumpul dan mengepung lokasi saat pengunjuk rasa meneriakkan gangster kepada mereka.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Angka Pengangguran Tertinggi dalam Sejarah, China Minta Sarjana Cari Kerja di Desa

Sebelumnya, Pemerintah China meminta para sarjana atau lulusan perguruan tinggi untuk mencari pekerjaan di pedesaan. Ini setelah jumlah pengangguran di antara generasi muda di daerah perkotaan melonjak ke tingkat tertinggi dalam sejarah.

Dilansir dari CNN Business, Selasa (14/6/2022) sebuah pernyataan bersama yang dikeluarkan minggu lalu oleh kementerian pendidikan, keuangan, sipil, dan sumber daya manusia serta jaminan sosial China, menyerukan pemerintah daerah harus menarik lulusan perguruan tinggi untuk bekerja sebagai petugas di desa.

Pemerintah China pun akan menawarkan insentif pajak dan pinjaman kepada lulusan perguruan tinggi yang memulai bisnis untuk melayani masyarakat pedesaan, tambah pernyataan bersama itu.

Manfaat serupa akan ditawarkan kepada usaha kecil yang ada di pedesaan yang mempekerjakan lulusan perguruan tinggi, termasuk di bidang-bidang seperti tata graha dan perawatan lansia.

Biasanya, lulusan perguruan tinggi di China sebagian besar memilih bekerja di perusahaan bergaji tinggi di kota-kota besar, dan ada kesenjangan pendapatan yang signifikan antara daerah pedesaan dan perkotaan.

Ini bukan pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir China mendesak masyarakatnya untuk mencari pekerjaan di pedesaan yang luas tetapi kurang berkembang.

Pada Juli 2020, ketika wabah awal Covid-19 menghantam ekonomi China, otoritas negara itu mendorong lulusan perguruan tinggi untuk pindah ke daerah pedesaan, daripada tinggal di perkotaan saat berjuang di tengah kesempatan kerja yang terbatas.

Tingkat pengangguran perkotaan untuk usia 16-24 tahun melonjak menjadi 18,2 persen bersejarah di bulan Mei 2022, menurut statistik terbaru dari pemerintah China.

Angka tersebut bahkan belum termasuk lulusan perguruan tinggi baru secara keseluruhan tahun ini, dan China hanya melakukan survei lapangan kerja di daerah perkotaan.

 

 

3 dari 3 halaman

Perlambatan Ekonomi Hambat Kesempatan Kerja bagi Lulusan Universitas di China

Tapi, tahun ini, para pelajar perguruan tinggi di China kehabisan pilihan.

Lulusan perguruan tinggi China menghadapi musim kelulusan terberat dengan rekor 10,76 juta akan menyelesaikan kuliah dalam dua bulan ke depan.

Ekonomi terbesar kedua di dunia itu telah melambat secara signifikan pada paruh pertama tahun ini, yang berarti ada lebih sedikit pekerjaan di wilayah perkotaan.

Usaha kecil, yang juga merupakan salah satu sumber utama pekerjaan juga telah dihantam oleh lockdown Covid-19 di negara itu.

Sektor teknologi besar China juga menghadapi krisis pekerjaan yang parah.

Industri yang dulunya tidak bergerak telah lama menjadi sumber utama pekerjaan bergaji tinggi di China, tetapi perusahaan-perusahaan besar dilaporkan telah melakukan perampingan pada skala yang belum pernah terlihat sebelumnya untuk mengatasi dampak dari peraturan Presiden Xi Jinping terhadap perusahaan swasta.