Liputan6.com, Jakarta Harga minyak dunia turun tajam pada hari Selasa karena dolar AS yang kuat, pengurangan permintaan COVID-19 di importir minyak mentah utama China dan kekhawatiran perlambatan ekonomi global.
Dikutip dari CNBC, Rabu (13/7/2022), harga minyak mentah berjangka Brent turun 7,1 persen menjadi USD 99,49. Minyak mentah West Texas Intermediate AS menetap 7,9 persen lebih rendah pada USD 95,84 per barel.
Baca Juga
Euro melemah pada hari Selasa, diperdagangkan mendekati paritas dengan dolar, sementara pasar saham jatuh karena prospek kenaikan suku bunga dan kekhawatiran atas ekonomi di seluruh dunia.
Advertisement
Mata uang AS yang lebih kuat biasanya membebani minyak karena membuat komoditas yang dihargakan dalam dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
"Di Barat, kombinasi harga energi yang tinggi dan kenaikan suku bunga memicu kekhawatiran tentang resesi yang akan berdampak serius pada permintaan minyak," kata Commerzbank.
Pembatasan di China
Pembatasan mobilitas COVID-19 yang diperbarui di China juga membebani harga, kata bank.
Beberapa kota di China mengadopsi pembatasan COVID-19 baru, dari penutupan bisnis hingga penguncian yang lebih luas dalam upaya untuk mengendalikan infeksi baru dari subvarian virus BA.5.2.1 yang sangat menular.
Presiden AS Joe Biden akan mengajukan kasus untuk produksi minyak yang lebih tinggi dari OPEC ketika ia bertemu dengan para pemimpin Teluk di Arab Saudi minggu ini, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan pada hari Senin.
“Sedikit harapan diberikan pada kunjungan Biden ke Arab Saudi untuk membuka lebih banyak produksi dari mereka atau UEA,” Jeffrey Halley, analis pasar senior OANDA untuk Asia Pasifik, mengatakan dalam sebuah catatan.
Kapasitas cadangan dalam Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) hampir habis, dengan sebagian besar produsen memompa pada kapasitas maksimum.
Advertisement
Sanski Rusia
Menteri Keuangan AS Janet Yellen berada di Asia untuk membahas cara memperkuat sanksi terhadap Moskow, termasuk pembatasan harga minyak Rusia untuk membatasi keuntungan negara dan membantu menurunkan harga energi.
Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional (IEA) Fatih Birol mengatakan bahwa setiap batas harga minyak Rusia harus mencakup produk olahan.
“Harapan saya adalah bahwa proposal, yang penting untuk meminimalkan efek pada ekonomi di seluruh dunia, mendapat dukungan dari beberapa negara,” kata Birol kepada Reuters di sela-sela Forum Energi Sydney.
Sanksi Barat terhadap Rusia atas perang di Ukraina, yang disebut Rusia sebagai “operasi militer khusus”, telah mengganggu arus perdagangan minyak mentah dan bahan bakar.
OPEC memperkirakan permintaan minyak dunia akan naik 2,7 juta barel per hari (bph) pada 2023, sedikit lebih lambat dari 2022, dengan konsumsi didukung oleh pengendalian pandemi yang lebih baik dan pertumbuhan ekonomi global yang masih kuat.