Sukses

Surplus Neraca Perdagangan Tembus USD 24,8 Miliar di Semester I 2022

Capaian neraca perdagangan diperoleh berkat sejumlah komoditas ekspor andalan, seperti batu bara, bauksit, nikel, hingga minyak kelapa sawit.

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, total nilai ekspor Indonesia pada 6 bulan pertama tahun ini masih lebih besar dari jumlah impor. Sehingga mencatat surplus neraca perdagangan sebesar USD 24,89 miliar di sepanjang semester I 2022.

"Selama semester I 2022 surplus neraca perdagangan mencapai USD 24,89 miliar, naik sebesar 110,22 persen kalau dibandingkan periode yang sama tahun lalu," jelas Kepala BPS Margo Yuwono, Jumat (15/7/2022).

Margo mengatakan, capaian ini diperoleh berkat sejumlah komoditas ekspor andalan, seperti batu bara, bauksit, nikel, hingga minyak kelapa sawit.

Surplus neraca perdagangan ini pun dipercaya dapat menopang pertumbuhan ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global akibat konflik geopolitik Rusia-Ukraina, yang menyebabkan sejumlah negara melakukan restriksi ekspor.

"Ini akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi," imbuh Margo.

Secara bulanan, surplus neraca perdagangan sendiri telah berlangsung selama 26 bulan berturut-turut. Per Juni 2022, neraca perdagangan surplus USD 5,09 miliar.

"Kalau dilihat dari trennya, surplus di bulan Juni ini merupakan surplus 26 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," ujar Margo.

Dilihat berdasarkan sektor, non migas tercatat surplus USD 7,23 miliar pada Juni 2022. Itu disumbangkan oleh komoditas bahan bakar mineral (HS 27), lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15), serta besi dan baja (HS 72).

Sedangkan neraca perdagangan di sektor migas justru defisit USD 2,14 miliar.

"Sementara untuk migas kita masih defisit di bulan Juni ini sebesar USD 2,14 miliar. Itu komoditasnya adalah minyak mentah dan hasil minyak," terang Margo.

2 dari 3 halaman

Neraca Perdagangan Surplus 26 Bulan Berturut-Turut, USD 5 Miliar di Juni 2022

Indonesia kembali mencatat surplus neraca perdagangan pada Juni 2022, memperpanjang rekor selama 26 bulan berturut-turut. Kali ini, neraca perdagangan surplus USD 5,09 miliar per Juni kemarin. 

"Kalau dilihat dari trennya, surplus di bulan Juni ini merupakan surplus 26 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono, Jumat (15/7/2022).

Dilihat berdasarkan sektor, non migas tercatat surplus USD 7,23 miliar pada Juni 2022. Itu disumbangkan oleh komoditas bahan bakar mineral (HS 27), lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15), serta besi dan baja (HS 72).

Sedangkan neraca perdagangan di sektor migas justru defisit USD 2,14 miliar.

"Sementara untuk migas kita masih defisit di bulan Juni ini sebesar USD 2,14 miliar. Itu komoditasnya adalah minyak mentah dan hasil minyak," terang Margo. 

Adapun catatan surplus neraca perdagangan ini berasal dari sumbangsih ekspor Juni 2022 yang sebesar USD 26,09 miliar. Jumlah itu naik 21,30 persen secara bulanan dibanding Mei 2022 yang sebesar USD 21,51 miliar.  

Di sisi lain, nilai impor per Juni 2022 tercatat sebesar USD 21 miliar, atau naik 12,87 persen dari Mei 2022 yang sebesar USD 18,61 miliar.

Secara tahunan, impor Juni 2022 juga naik 21,98 persen dibandingkan Juni 2021 yang sebesar USD 17,22 miliar.  

 

 

3 dari 3 halaman

Ekspor Indonesia Tembus USD 26 Miliar di Juni 2022, Meroket 40,6 Persen

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, Indonesia mencatat nilai ekspor sebesar USD 26,09 miliar per juni 2022. Jumlah itu naik 21,30 persen secara bulanan (month to month/MtM) dan 40,68 persen secara tahunan (year on year/YoY).

Kepala BPS Margo Yuwono menyampaikan, ekspor non migas menyumbang 94,13 persen dari total ekspor Juni 2022.

"Kalau dilihat yang non migas, ekspor kita ditunjang lemak dan minyak hewan/nabati, dimana secara month to month meningkatnya sangat ekspresif sebesar 300,66 persen," ujar Margo, Jumat (15/7/2022).

Juga yang peningkatannya cukup tinggi, yakni kendaraan dan bagiannya sebesar 40,11 persen. Sedangkan untuk ekspor migas disebabkan meningkatnya ekspor minyak mentah, dimana secara month to month naik 69,8 persen. 

"Perkembangan ekspor menurut sektor, masing-masing migas meningkat 2,45 persen, pertanian 23,30 persen, industri pengolahan 29,21 persen, dan pertambangan lainnya meningkat 6,22 persen," terang Margo. 

Dilihat per sektor, peningkatan tertinggi ada pada sektor industri pengolahan, yakni sebesar USD 18,27 miliar atau meningkat 29,21 persen. Pendorong peningkatan ekspor untuk industri pengolahan berasal dari komoditas minyak kelapa sawit, pakaian jadi dari tekstil. 

Terbesar kedua disumbang sektor pertambangan dan lainnya sebesar USD 5,93 miliar, yang meningkat 6,22 persen secara bulanan dan 103,60 persen secara tahunan. 

Kemudian sektor migas yang menyumbang hingga USD 1,53 miliar, naik 2,45 persen secara bulanan dan 23,68 persen secara tahunan.

Disusul sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar USD 0,36 miliar. Jumlah itu naik 23,30 persen secara bulanan dan 11,69 persen secara tahunan.