Sukses

Diversifikasi Pangan Lokal Jadi Solusi Ancaman Krisis

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, Indonesia terus berusaha untuk mengatasi ancaman krisis pangan.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, Indonesia terus berusaha untuk mengatasi ancaman krisis pangan. Salah satu yang inisiatif yang bisa dijalankan oleh masyarakat adalah mengurangi model penyajian makanan prasmanan dan menggantinya ke ala carte.

"Inisiatif kecil seperti mengubah menu prasmanan ke ala carte dan menyimpan makanan dengan baik dapat memberikan dampak yang signifikan," kata Airlangga dalam G20 High Level Seminar: Strengthening Global Collaboration for Tackling Food Insecurity, Bali, Jumat (15/7/2022).

Upaya lain yang dilakukan pemerintah yakni mengembangkan diversifikasi pangan lokal. Semisal sagu, sorgum, singkong, dan buah-buahan lokal sebagai upaya optimalisasi potensi pemanfaatan lahan dan pangan lokal.

"Upaya diversifikasi pangan lokal dilakukan juga untuk mengembangkan industri pengolahan pangan lokal," kata dia.

Selain itu, Indonesia saat ini juga tengah membangun ketahanan pangan dalam jangka panjang. Indonesia melakukan penguatan yang lebih komprehensif pada rantai produksi pertanian dari hulu ke hilir.

Indonesia mengembangkan Corporate Farming, Closed Loop, Food Estate, dan sistem terintegrasi dari hulu hingga hilir dengan melibatkan semua pemangku kepentingan.

“Di hulu, Pemerintah telah mengembangkan kebijakan untuk melindungi sawah di 8 provinsi seluas 3,8 juta hektar dan akan terus meluas ke provinsi lain," kata Airlangga Hartarto.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

kolaborasi global

Sementara itu, di hilir, Pemerintah memastikan konsumen mendapatkan akses pangan yang aman dan berkualitas melalui penguatan cadangan pangan nasional. Terutama di tingkat petani, pembangunan infrastruktur, dan logistik pangan.

Dalam pertemuan tersebut, Airlangga pun mengajak negara-negara di dunia perlu mempercepat dan memperkuat kolaborasi global untuk mengatasi tantangan yang ada dalam ketahanan pangan. Menurutnya kolaborasi antar negara dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan global sangat penting.

“Negara-negara G20 perlu berkomitmen untuk bahu membahu dan memperkuat kolaborasi global untuk mengatasi tantangan ketahanan pangan global,” kata dia.

Dia menambahkan, Indonesia meyakini setiap negara, perlu menyediakan dan menyiapkan cadangan minimum pangan yang tidak hanya untuk satu negara, tetapi juga untuk negara lain.

"Negara-negara perlu bekerja sama untuk saling menyiapkan cadangan pasokan pangan, sehingga kita dapat bertukar ketika sangat membutuhkan,” pungkas Airlangga.

 

3 dari 3 halaman

Indonesia Bakal Kumpulkan Menteri Pertanian G20 Bahas Ancaman Krisis Pangan Dunia

Sebelumnya, Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Arab Saudi akan mengumpulkan para menteri pertanian negara anggota G20. Tujuannya, meningkatkan koordinasi dengan para menteri keuangan dalam rangka menjajaki tindakan untuk mengatasi kerawanan pangan yang berkembang dan masalah terkait.

Hal ini seperti yang pernah dilakukan dalam presidensi G20 yang saat itu membahas pandemi dengan memanggil para menteri kesehatan.

"Presidensi G20 Indonesia bekerja sama dengan Arab Saudi, dan didukung oleh beberapa anggota G20, serta organisasi internasional mengusulkan seruan untuk aksi global untuk mengatasi kerawanan pangan yang semakin meningkat," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Seminar Internasional: Global Collaboration for Tackling Food Insecurity, Nusa Dua, Bali, Jumat (15/7/2022).

Sri Mulyani mengatakan dalam mengatasi masalah ini perlu terus menggunakan instrumen dan perangkat kebijakan. Termasuk pembuatan kebijakan fiskal dan kebijakan sektoral yang mengeksplorasi strategi yang bisa mengatasi situasi kerawanan pangan.

Dia berharap dengan pertemuan tersebut bisa menghasilkan langkah konkret seperti pembentukan Dana Perantara Keuangan atau Financial Intermediary Fund (FIF) ketika mengumpulkan para menteri kesehatan dan menteri keuangan negara anggota G20.

"Kami berharap hal yang sama juga dapat dilakukan dengan memperkuat kemampuan kami untuk memobilisasi, tidak hanya pembiayaan, tetapi yang terpenting, koordinasi kebijakan, lintas negara dan didukung oleh organisasi internasional," tuturnya.

 

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com