Sukses

Bisnis dan Kasino di Makau Tutup Hingga 22 Juli, Lockdown Covid-19 Diperpanjang Lagi

Makau telah mencatat sekitar 1.700 infeksi Virus Corona Covid-19 sejak pertengahan Juni 2022.

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Makau memperpanjang penutupan bisnis, termasuk kasino hingga 22 Juli mendatang, dalam upaya menekan penyebaran Covid-19, menurut sebuah pernyataan di situs webnya.

Dilansir dari Channel News Asia, lockdown Covid-19 di wilayah administrasi khusus China itu awalnya dijadwalkan berakhir pada Senin (18/7). 

Makau memberlakukan lockdown Covid-19 Senin lalu, dengan menutup pusat ekonomi kota termasuk kasino, dan melarang penduduk meninggalkan rumah mereka, kecuali untuk kegiatan penting seperti berbelanja bahan makanan.

Makau telah mencatat sekitar 1.700 infeksi Virus Corona Covid-19 sejak pertengahan Juni 2022.

Sejauh ini, lebih dari 20.000 orang tengah berada dalam karantina wajib karena kebijakan nol-Covid-19 China, yang bertujuan untuk meredam wabah, meski tidak seperti dengan tren global yang mencoba hidup berdampingan dengan Virus Corona.

Selain itu, lebih dari 90 persen dari 600.000 penduduk Makau telah divaksinasi  Covid-19 dengan dosis lengkap, tetapi ini adalah pertama kalinya kota itu harus bergulat dengan varian Omicron yang menyebar cepat.

Wilayah tersebut hanya memiliki satu rumah sakit umum untuk lebih dari 600.000 penduduknya, dan sistem medisnya sudah diperluas sebelum wabah Virus cCrona.

Pihak berwenang Makau juga telah mendirikan rumah sakit darurat di sebuah fasilitas olahraga di dekat kawasan jalur Cotai dan memiliki sekitar 600 pekerja medis dari China yang membantu mereka

Sementara di Hong Kong, pihak berwenang mulai melonggarkan pembatasan terkait Covid-19 bahkan ketika kasus harian tembus 3.000, dalam dorongan untuk memulai kembali pusat keuangan dan ekonominya.

 

2 dari 4 halaman

Lockdown Covid-19, Kasino di Makau Rugi Bandar Hingga Rp 9 Triliun

Pembatasan yang diberlakukan karena wabah baru Covid-19 di Makau membuat sejumlah kasino di wilayah itu melihat kerugian yang cukup besar. 

Bahkan sebelum penutupan mereka pada 11 Juli 2022, analis memperkirakan kasino-kasino itu menghabiskan kerugian hingga USD 600 juta atau setara Rp. 9 triliun setiap bulan karena pembatasan Covid-19. 

Dilansir dari Channel News Asia, kasino di Makau di antaranya Sands China, Wynn Macau, MGM China, Galaxy Entertainment, SJM Holdings dan Melco Resorts akan mencatat nol pendapatan karena pembatasan.

Sayangnya, kontrak operator mereka juga akan berakhir pada akhir tahun ini.

Setelah menginvestasikan dana hingga miliaran di Makau selama dua dekade terakhir, kasino-kasino ini menanggung kerugian saat mereka bersiap untuk menawar lisensi baru.

"Mereka (kasino) harus memainkan permainan yang panjang. Ini hanya masalah pemulihan ketika dimulai lagi," kata Alidad Tash, direktur pelaksana konsultan game 2NT8.

"Bagian yang menyedihkan adalah bahwa ini akan membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai bisnis kembali ke kondisi semula," bebernya.

Sejak pertengahan Juni 2022, kasino di Makau tidak menerima pendapatan ketika wabah terbaru Covid-19 mulai melanda. Sektor ini memang telah terhuyung-huyung sejak awal pandemi dengan pendapatan anjlok 70 persen pada 2021.

Pada tahun 2019, tepat sebelum pandemi Covid-19 melumpuhkan ekonomi, kasino di Makau mencatat pendapatan senilai USD 36 miliar atau setara Rp. 541,2 triliun.

Saham kasino Makau juga merosot secara dramatis - antara 21 persen dan 76 persen - sejak 2020 karena kota itu mengadopsi kebijakan nol-Covid-19 seperti yang diberlakukan di China.

3 dari 4 halaman

Ekonomi China Susut Imbas Lockdown, Terburuk Dibandingkan Awal Pandemi Covid-19

 Ekonomi China mengalami kontraksi tajam pada kuartal kedua tahun ini karena lockdown Covid-19 yang meluas menghantam bisnis dan konsumen.

Dilansir dari BBC, Jumat (15/7/2022) Produk domestik bruto (PDB) China turun 2,6 persen dalam tiga bulan hingga akhir Juni 2022 dari kuartal sebelumnya.

Pada basis year-on-year, ekonomi China tumbuh hanya 0,4 persen di periode April-Juni 2022, kurang dari ekspektasi 1 persen.

"Pertumbuhan PDB kuartal kedua adalah hasil terburuk sejak awal pandemi, karena lockdown, terutama di Shanghai, sangat berdampak pada aktivitas pada awal kuartal," kata Tommy Wu, Ekonom Utama di Oxford Economics.

Angka resmi bulan lalu menunjukkan peningkatan kinerja ekonomi China menyusul dicabutnya pembatasan.

"Namun, data Juni lebih positif, dengan aktivitas meningkat setelah sebagian besar lockdown dicabut. Tetapi penurunan real estat terus menyeret pertumbuhan," tambah Tommy Wu.

Sementara itu, Jeff Halley, analis pasar senior untuk Asia Pasifik di platform perdagangan Oanda, mengatakanbahwa dia juga melihat beberapa titik terang dalam data ekonomi hari ini dari China.

"PDB lebih buruk dari yang diharapkan, namun pengangguran turun menjadi 3,5 persen dan penjualan ritel mengungguli secara mengesankan," ungkap Halley.

"Pasar keuangan cenderung berkonsentrasi pada angka ritel, yang tampaknya menunjukkan konsumen China dalam kondisi yang lebih baik dari yang diharapkan," jelasnya. 

4 dari 4 halaman

Lulusan Baru di China Susah Cari Kerja Imbas Pandemi Covid-19, Pengganguran Bertambah

Adapun tingkat pengangguran di antara usia muda di China yang telah mencapai lebih dari 18 persen di tengah pandemi Covid-19.

Angka tersebut tiga kali lebih besar dari tingkat pengangguran resmi perkotaan dan rekor tertinggi bagi pencari kerja berusia 16 hingga 24 tahun di China. 

Dilansir dari Nikkei Asia, Jumat (15/7/2022) 10,76 juta lulusan perguruan tinggi di China memasuki salah satu pasar kerja terburuk dalam beberapa dekade, karena ekonomi yang terhenti akibat kebijakan ketat nol-Covid-19, pasar properti yang merosot, hingga aturan ketat di sektor teknologi.

Perusahaan teknologi terkemuka seperti Tencent dan Alibaba, yang pernah menjadi saluran utama bagi lulusan baru, dikabarkan memangkas puluhan ribu staf.

Namun, belum ada perusahaan yang menanggapi kabar terkait PHK tersebut.

Bahkan mereka yang memiliki pekerjaan melihat sekeliling dengan gugup saat perusahaan mengumumkan pemotongan baru setiap saat.

"Pengumuman itu datang tiba-tiba. Beberapa karyawan diminta untuk segera meninggalkan tempat kerja setelah mereka diberi tahu," bebernya.

Untuk mengatasi meningkatnya pengangguran, Beijing menawarkan insentif dan subsidi kepada perusahaan yang akan membuat staf tetap digaji. 

"Bisnis kemungkinan akan melihat permintaan domestik dan eksternal yang lemah dalam waktu lama, dan akan tetap konservatif dalam mempekerjakan dan mempertahankan karyawan," kata perusahaan layanan keuangan BofA Securities dalam laporan pada bulan Juni. 

BofA Securities memprediksi, akan pengangguran usia muda di China bisa mencapai 23 persen pada Juli dan Agustus 2022. 

"Tantangan pasar tenaga kerja tahun ini bisa lebih besar daripada (di awal pandemi), mengingat tidak adanya akhir yang jelas dari penurunan ekonomi dan sedikit kemungkinan rebound yang cepat atau kuat," jelas perusahaan itu.

Senada, seorang perekrut yang berbasis di Guangzhou, yakni Amy Tan juga mengatakan bahwa "pasar kerja sangat lesu karena langkah-langkah pencegahan Covid-19.

"Perusahaan tidak merekrut karena penjualan mereka terpengaruh," ungkapnya.