Liputan6.com, Jakarta Menteri BUMN Erick Thohir mengerahkan sejumlah perusahaan pelat merah untuk membangun ekosistem perikanan. Ini merupakan langkah kolaborasi antar kementerian terkait.
Diantaranya, Kementerian BUMN, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta Ksatuan nelayan Tradisional Indonesia (KNTI). Di sisi BUMN, Erick mengerahkan Himpunan Bank Negara (Himbara), Perindo, Perius, dan PNM yang akan terlibat dalam ekosistem tersebut.
Baca Juga
"Tantangan di sektor perikanan sangat kompleks, kita harus ikut perubahan, kalau kita berdiam diri, kita tidak akan ke mana-mana," ujar Erick dalam Munas IV KNTI bertajuk "Aksi Kolaborasi Pemenuhan Hak Nelayan Tradisional menuju Indonesia yang Mandiri, Adil, Makmur, dan Lestari" di Gedung Smesco Tower, Jakarta, mengutip keterangan resmi, Selasa (19/7/2022).
Advertisement
Erick mengatakan nelayan memegang peran penting bagi masa depan ekonomi serta kedaulatan pangan bangsa. Ia menyebut 54 persen asupan protein nasional merupakan kontribusi nelayan melalui produk ikan dan makanan laut lainnya.
Dengan luas dan beragamnya kondisi perairan Indonesia, ucap Erick, Indonesia memiliki potensi perikanan yang sangat besar. Ia menilai potensi perikanan darat Indonesia sebesar tiga juta ton per tahun, sedangkan potensi perikanan laut mencapai 12,54 juta ton per tahun
"Maka, nelayan Indonesia tidak boleh jadi ayam yang kelaparan di lumbung padi. Dengan potensi sebesar itu bagaimana kita bisa memenuhi kesejahteraan nelayan sekaligus memenuhi kebutuhan pangan nasional," ucap Erick.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Serap Aspirasi Nelayan
Dalam kunjungannya ke sejumlah daerah, Erick mengaku kerap berdiskusi dengan para nelayan. Menurut Erick, para nelayan sering dihadapkan pada sejumlah hal yang memengaruhi produktivitas, baik sisi permodalan, pendampingan, hingga akses pasar.
"Yang saya pahami dari dialog dengan rekan-rekan dari kampung nelayan, sejatinya nelayan Indonesia bukan semata-mata ingin 'disuapi', melainkan membutuhkan satu ekosistem sehat dan berkelanjutan," lanjut Erick.
Ia ingin ekosistem perikanan meniru jejak kesuksesan ekosistem pertanian dalam program Makmur. Erick menyampaikan program Makmur yang terintegrasi dari hulu ke hilir telah menjangkau 200 ribu hektare pada empat komoditas utama yakni sawit, tebu, jagung, dan padi.
"Dengan fokus pada produk yang laku di pasar itu pendapatan petani naik 46 persen," ungkap dia.
Oleh karena itu, ucap Erick, BUMN bertekad mewujudkan kesejahteraan nelayan dan memetakan kebutuhan para pahlawan maritim bangsa, melalui tiga inisiatif. Pertama, pendanaan nelayan dengan penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) dan PNM di sektor perikanan.
Â
Advertisement
Serapan KUR Nelayan
Erick mengatakan serapan KUR di nelayan baru sebesar Rp 2,1 triliun dari total KUR yang mencapai Rp 388 triliun. Pun dengan serapan PNM Mekaar di nelayan yang baru sebesar Rp 1,6 triliun dari total alokasi yang disediakan yang sebesar Rp 46 triliun.
"Ini masih terlalu kecil, maka kita dorong supaya ada pendataan ganda di nelayan, suami dapat bantuan, ibu-ibunya juga di rumah bisa tetap berusaha dengan PNM Mekaar. Bantuan permodalan ini bisa membantu nelayan terlepas dari jeratan rentenir," sambung Erick.
Kemudian, lanjut Erick, BUMN juga mendukung sarana perikanan dengan memperbaiki tata kelola BBM agar nelayan dapat akses BBM yang berkelanjutan. Erick menilai perbaikan tata kelola BBM dapat memotong hingga 60 persen pengeluaran nelayan. Erick menawarkan para nelayan membentuk sebuah koperasi. Dengan begitu, Pertamina akan memiliki data yang jelas dalam menyalurkan solar bersubsidi.
"Jangan sampai (solar bersubsidi) disalurkan, bukan buat nelayan tapi dipakai buat orang lain, akhirnya BBM bersubsidi dipakai (korporasi) yang besar-besar lagi," ucap mantan Presiden Inter Milan tersebut.
Â
Akses Pasar
Poin ketiga terkait akses pasar. Erick berkomitmen mengoptimalkan seluruh kanal distribusi, baik daring maupun luring. Hal ini akan berdampak signifikan bagi peningkatan penyerapan hasil nelayan.
Erick juga menyarankan para nelayan mulai mencari opsi lain dalam mencari ikan, salah satunya lewat budidaya. Hal ini sebagai alternatif dan langkah antisipatif dalam pencarian ikan di laut yang kerap diliputi ketidakpastian tangkapan.
"Sebagai negara maritim terbesar di dunia, bangsa kita tidak boleh memunggungi nasib nelayan. Bahkan, kita tidak bisa bicara soal kedaulatan pangan tanpa melibatkan peran nelayan. Karena itu BUMN tengah berjuang menciptakan ekosistem usaha yang berpihak pada kesejahteraan nelayan, terutama nelayan kecil dan tradisional," lanjut Erick.
Erick tak lupa mengapresiasi KNTI yang secara konsisten mengadvokasi kesejahteraan nelayan kecil dan tradisional.
"Terima kasih atas perjuangannya. Selamat melaksanakan Munas KNTI ke-IV. Semoga buah pikir dari Munas KNTI kali ini mampu membawa dampak signifikan bagi segenap nelayan Indonesia yang maju, makmur, dan mendunia," tukasnya.
Advertisement