Liputan6.com, Jakarta - Lockdown yang disebabkan oleh lonjakan kasus Covid-19 di China menyebabkan penjualan dan laba Tesla menurun dibandingkan dengan tiga bulan pertama tahun ini.Â
Ini menandai penurunan laba Tesla pertama sejak awal pandemi Covid-19 pada tahun 2020.
Baca Juga
Dilansir dari CNN Business, Kamis (21/7/2022) Tesla melaporkan pendapatan sebesar USD 2,6 miliar atau setara Rp 39 triliun pada kuartal kedua 2022, turun dari USD 3,7 miliar (Rp 55,5 triliun) pada kuartal pertama.
Advertisement
Namun, pendapatan Tesla saat ini lebih baik dari perkiraan analis yang disurvei oleh Refinitiv, sementara pendapatan sedikit di bawah ekspektasi.
Meski pendapatannya menurun, Tesla mengungkapkan telah menjual 75 persen kepemilikan bitcoinnya, yang dikatakan menambahkan uang senilai USD 936 juta (Rp 14 triliun) ke neraca.
CFO Tesla Zachary Kirkhorn mengatakan bahwa perusahaan mobil listrik itu masih mendapat untung dari nilai penjualan tersebut, meskipun ada penurunan tajam dalam nilai Bitcoin dalam beberapa bulan terakhir.
CEO Elon Musk mengatakan penjualan bitcoin itu dilakukan karena kebutuhan dana tambahan untuk menangani dampak lockdown di pabrik Tesla di Shanghai.
"Jadi penting bagi kami untuk memaksimalkan posisi kas kami, mengingat ketidakpastian lockdown Covid-19 di China," kata Elon Musk kepada investor dalam sebuah konferensi pada Rabu ((20/7).
"Kami tentu terbuka untuk meningkatkan kepemilikan bitcoin kami di masa depan, jadi ini tidak boleh dianggap sebagai vonis pada bitcoin. Tesla belum menjual kepemilikan dogecoinnya, tambah sang miliarder.
Pada Februari 2021, Tesla melakukan investasi senilai USD 1,5 miliar atau setara Rp 22,5 triliun dalam bitcoin. Namun sepanjang tahun ini, mata uang kripto telah kehilangan sekitar 50 persen nilainya.
Kondisi ini terjadi karena bayang-bayang gelombang ketiga Covid-19 di Indonesia. Lalu ancaman tekanan inflasi yang saat ini tengah terjadi di beberapa negara. Kondisi ekonomi regional dan global hingga potensi krisis ekonomi dan krisis keuangan menja...
Lockdown Covid-19 di China Sempat Hambat Produksi Tesla
Pabrik Tesla di Shanghai, China sebelumnya harus menghentikan produksi untuk sebagian besar kuartal karena lockdown untuk meredam kasus Covid-19 di negara itu.
Lockdown di seluruh China juga membuat penjualan kendaraan listrik Tesla di China, yang menjadi pasar terbesar untuk penjualan mobil, hampir terhenti dan mengganggu aliran suku cadang dari pemasok yang pabriknya ditutup.
Tesla memang membuka pabrik di Texas pada awal kuartal dan satu lagi di Jerman pada akhir Maret 2022.
Tetapi rencana peningkatan untuk lokasi tersebut dipengaruhi oleh masalah rantai pasokan. Elon Musk kemudian mengatakan bahwa kedua pabrik hanya dapat mencapai output "kecil" dari mobil yang menjadikannya "tungku uang raksasa.Â
"Tetapi terlepas dari semua tantangan, ini adalah salah satu perempat terkuat dalam sejarah kami," kata Elon Musk.Â
Tesla mentargetkan peningkatan penjualan global hingga 50 persen atau lebih setiap tahun di masa mendatang, dan pada awal tahun ini Musk mengatakan Tesla diharapkan "lebih baik dari" target itu pada tahun 2022.
Namun tahun lalu, Tesla mdnjual hanya di bawah 1 juta mobil, sehingga peningkatan 50 persen akan mewakili sekitar 1,5 juta mobil, tetapi mengakhiri kuartal kedua setelah memproduksi dan menjual sekitar 560.000 mobil.
Produksi Tesla di paruh kedua perlu meningkat lebih dari 75 persen untuk mencapai target pertumbuhan 50 persen tahun ini.
Â
Advertisement
Covid-19 di China Bikin Kiriman Mobil Tesla Susut Hampir 18 Persen
 Tesla mengirimkan kendaraan listrik 17,9 persen lebih sedikit pada kuartal kedua dibandingkan kuartal sebelumnya, karena pembatasan terkait Covid-19 di China mengganggu produksi dan rantai pasokannya.
Dilansir dari US News, Senin (4/7/2022) produsen mobil listrik itu mengatakan bahwa mereka mengirimkan 254.695 kendaraan pada periode April hingga Juni 2022, dibandingkan dengan 310.048 unit kendaraan pada kuartal sebelumnya.Â
Diketahui bahwa, naiknya kasus penularan Covid-19Â di China telah memaksa Tesla untuk sementara menangguhkan produksi di pabriknya di Shanghai dan juga memengaruhi fasilitas pemasok di negara tersebut.
Masalah ini tentunya cukup merugikan Tesla, karena China berperan penting dalam peningkatan pesat produksi kendaraannya, dengan pabriknya di Shanghai yang berbiaya rendah dan menguntungkan produksi sekitar setengah dari total mobil yang dikirimkan perusahaan tahun lalu.
Pada awal Juni 2022, CEO Elon Musk mengatakan kepada para eksekutif Tesla bahwa dia memiliki "perasaan yang sangat buruk" tentang situasi ekonomi dan perlu memotong sekitar 10 persen karyawan di perusahaan itu.
Musk mengatakan permintaan untuk kendaraan Tesla tetap kuat, tetapi tantangan rantai pasokan masih tetap ada.
Di bulan yang sama juga, Tesla menaikkan harga untuk beberapa kendaraannya di Amerika Serikat dan China setelah Musk memperingatkan tekanan inflasi yang signifikan dalam bahan baku dan logistik.
Analis sebelumnya memperkirakan Tesla akan melaporkan pengiriman 295.078 kendaraan untuk periode April hingga Juni 2022, menurut data Refinitiv.
Namun beberapa analis memangkas perkiraan itu menjadi sekitar 250.000 karena lockdown Covid-19 yang berkepanjangan di China.