Liputan6.com, Jakarta Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia mengatakan kondisi ekonomi global saat ini tengah dilanda ketidakpastian yang tinggi. Hal ini tak terlepas dari akibat perang Rusia-Ukraina sejak Februari 2022 lalu. Akibatnya di dunia terjadi krisis pangan dan energi.
"Kondisi ekonomi global dan dunia ini tidak menentu karena perang Ukraina dan Rusia menimbulkan ketidakpastian," kata Bahlil dalam acara Pemberian NIB Pelaku UMKM Perseorangan di Medan, Sumatera Utara, Kamis (21/7).
Baca Juga
Gejolak kenaikan inflasi di berbagai negara juga menjadi tantangan lain kondisi ekonomi global. Bahlil menyebut, inflasi di Amerika Serikat sudah mendekati 2 digit atau 9,1 persen. Tingkat inflasi tertinggi sejak tahun 1960-an di negeri Paman Sam.
Advertisement
Harga minyak dunia juga sudah lebih dari USD 100 per barrel. Padahal dalam APBN 2022, harga minyak dunia diasumsikan sekitar USD 70 dolar per barel.
Lonjakan harga minyak tersebut membuat penggunaan APBN tahun ini terkuras untuk membayar subsidi dan kompensasi. "Setahun kita subsidi ini bisa sampai Rp 400 triliun," kata dia.
Untuk itu dia meminta para kepala daerah dan pemerintah daerah mencermati kondisi global yang sedang terjadi. Ancaman krisis pangan menanti di depan mata.
"Hati-hati dengan kondisi ini, saya minta teman-teman dan pemda, perhatikan tentang pangan agar tidak ada krisis pangan," kata dia.
Meski begitu Bahlil masih optimis Indonesia tidak akan kekurangan bahan pangan. Lantaran masih banyak produk pangan lokal yang diproduksi di dalam negeri.
"Tapi tentang pangan kita punya bahan-bahan lokal banyak," pungkasnya.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tenang, Indonesia Masih Jauh dari Jurang Krisis Ekonomi
Anggota Komisi XI DPR RI Kamrussamad memandang Indonesia tak akan masuk ke jurang krisis ekonomi. Meskipun berbagai negara diprediksi terdampak dengan adanya krisis ekonomi global yang dipicu oleh memanasnya kondisi geopolitik global.
Kendati begitu, ada hal yang perlu dijaga oleh pemerintah Indonesia. Salah satunya berkaitan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi pada kuartal III dan kuartal IV yang harus dijaga tetap positif.
“Resesi ekonomi indonesia tahun ini bisa dipastikan masih relatif aman, jika Pertumbuhan ekonomi Q3 dan Q4 masih Positif. Tentu hal tersebut akan dipengaruhi oleh supply dan demand,” katanya kepada Liputan6.com, dikutip Kamis (21/7/2022).
Politisi dari Partai Gerindra itu mengamini resesi ekonomi yang terjadi di sejumlah negara bisa berdampak pada Indonesia. Apalagi dengan status Amerika Serikat yang saat ini telah masuk ke resesi.
“Kita akan lihat dampaknya terhadap Tiongkok dan beberapa negara Asia yang merupakan mitra utama dagang Indonesia,” terangnya.
Adanya kenaikan komoditas global turut mempengaruhi tingkat ekonomi sejumlah negara. Meski begitu Kamrussamad memandang Indonesia masih diuntungkan, karena Indonesia menjadi salah satu penghasil komoditas yang diminati dunia.
Dua hal yang paling diminati adalah sektor energi. Yakni, batu bara dan minyak kelapa sawit. Walaupun untuk penyaluran Crude Palm Oil (CPO) tengah diupayakan untuk ditingkatkan.
“Saat ini indonesia masih diuntungkan oleh harga komoditas dunia meningkat sehingga neraca perdagangan meningkat positif,” ujarnya.
Advertisement
Antisipasi Krisis Pangan
Lebih lanjut, Kamrussamad memandang pemerintah harus bisa mengatasi krisis pangan yang jadi salah satu ancaman nyata. Ini juga disebut menjadi tantangan baru sejumlah negara di dunia dalam menjaga kestabilan pasokan pangannya.
“Yang perlu diantisipasi krisis pangan, sejauh mana produksi dalam negeri, ketersediaan stok dan kelancaran jalur distribusi antar pulau. Karena hal ini bisa mempengaruhi harga (di pasaran),” kata dia.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkap harga pangan diprediksi akan terus meningkat hingga tahun depan. Ia bersandar pada kondisi global yang belum pulih dari dampak Covid-19 ditambah ketegangan geopolitik global.
Per Maret tahun ini kenaikan harga pangan telah mencapai 13 persen, maka sampai akhir tahun kenaikan ini bisa mencapai 20 persen.
"Kemungkinan akan naik lebih jauh, berpotensi hingga 20 persen menjelang akhir tahun 2022," kata Sri Mulyani dalam Seminar Internasional: Global Collaboration for Tackling Food Insecurity, Nusa Dua, Bali, Jumat (15/7/2022).