Liputan6.com, Jakarta Penerapan physical distancing dan meningkatnya kekhawatiran publik tentang COVID-19, telah menciptakan lingkungan yang sangat membatasi ruang gerak para UMKM dalam melakukan bisnisnya.
Hal ini yang kemudian membuat UMKM harus berjuang keras dalam mempertahankan bisnisnya selama pandemi COVID-19. Salah satu solusi yang dapat diterapkan oleh UMKM adalah dengan go digital. Namun dalam transformasi digital tersebut perlu dibarengi dengan keterlibatan teknologi dan platform digital.
Baca Juga
Merespon hal tersebut Center for Digital Society (CfDS) bekerjasama dengan Meta, Kominfo,dan APJII mengadakan acara yang bertajuk Meta Bacarita Produk Lokal: UMKM Berdaya untuk Indonesia, sebagai salah satu rangkaian agenda Digital Economy Working Group(DEWG) pada perhelatan G20.
Advertisement
Kegiatan ini membahas akselerasi ekonomi digital melalui UMKM yang dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, seperti perwakilan UMKM yangtergabung dalam Asosiasi Kelompok Usaha Unitas Labuan Bajo (Akunitas), Mahasiswa PoltekeLBajo, komunitas-komunitas lokal, perwakilan pemerintah daerah, dan masyarakat umum.
Acara ini dibuka oleh Dedy Permadi selaku Co-Chair Digital Economy Working Group G20, dimana menurutnya peningkatan ekonomi melalui UMKM dapat dilaksanakan apabila seluruh pemangku kepentingan bekerja sama.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan edukasi untuk pelaku UMKM agar dapat memanfaatkan ruang digital secara positif, produktif, dan kreatif.
Menyambung hal tersebut, dalam paparannya Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika Kemkominfo RI Semuel Abrijani Pangerapan, menyampaikan bahwa selain peningkatan literasi digital upaya yang dilakukan oleh Kominfo dalam mendukung transformasi digital adalah memberikan wadah untuk pengembangan bisnis UMKM.
“Kominfo memiliki program UMKM Go Online yang bisa diikuti pelaku UMKM. Melalui program ini, UMKM dapat memperoleh ilmu dan memahami proses berjualan secara daring (online) hingga mampu mandiri dan memperluas jaringan pemasaran produk masing-masing," ujar Semuel.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Akses Internet
Selaras dengan hal tersebut, Ketua Umum APJII, Muhammad Arif menyampaikan bahwa APJII juga dengan aktif memberikan akses di daerah tanpa jaringan internet melalui program DesaInternet Mandiri.
Di mana program ini menyasar desa-desa di luar daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T).
“Saat ini kesadaran UMKM untuk memanfaatkan platform digital masih sangat rendah, masihbanyak yang menggunakan cara-cara konvensional dalam menjajakan produknya. Maka dariitu, kami selalu berupaya untuk memberikan sosialisasi kepada UMKM terkait keunggulan darimenggunakan platform digital dalam memasarkan produk," tegas Arif.
Direktur Kebijakan Publik Asia Tenggara, Meta, Rahimah Abdulrahim menjelaskan, Meta akan terus berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mendorong pemanfaatan teknologi digital guna membantu pelaku UMKM agar dapat tumbuh dan maju.
“Kami mendukung pertemuan G20 dan pemerintah Indonesia dalam mewujudkan visi untukmembangun teknologi masa depan melalui beragam program strategis, investasi, danteknologi, termasuk berbagai program untuk pelaku UMKM agar mereka dapat terusmengembangkan bisnisnya dengan memanfaatkan teknologi digital. Kesuksesan pemanfaatanteknologi digital ini tentunya dalam rangka mendorong ekonomi lokal yang berkelanjutan,” ujar Rahimah.
Advertisement
LPEI Ingin Bawa UMKM Perempuan Mendunia
Sebelumnya, perempuan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memiliki kesempatan untuk tumbuh dan berkembang. Hal ini sejalan dengan potensi peran perempuan dalam pengembangan UMKM di Indonesia yang sangat besar.
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) pun berkomitmen membangun persepsi bersama dan pemahaman pentingnya perempuan dalam pengembangan UMKM berorientasi ekspor.
Pasalnya, roda penggerak UMKM di Indonesia adalah perempuan. Berdasarkan data Kementerian Keuangan, sebanyak 52 persen dari 63,9 juta pelaku usaha mikro di Indonesia adalah perempuan. Untuk tingkat usaha kecil, terdapat 56 persen dari 193 ribu usaha kecil pemiliknya perempuan. Sementara, untuk usaha menengah, 34 persen dari 44,7 ribu pelaku usahanya adalah perempuan
Pemberdayaan perempuan, inklusi keuangan, serta tujuan mencapai sustainable development goals, melalui penciptaan produk ramah lingkungan menjadi karakter para mitra binaan LPEI. Keberlanjutan atau sustainability merupakan komitmen dari para mitra binaan LPEI yang menghasilkan produk berkualitas untuk diekspor, sehingga dapat menjangkau pasar potensial.
LPEI/Indonesia Eximbank pun menggelar sesi pengembangan potensi UMKM yang dimotori kaum perempuan Indonesia, sebagai tujuan untuk membangun dan mengembangkan ragam bisnis UMKM yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, yang menghadirkan praktisi, penggagas dan penggerak UMKM yang telah berhasil merambah pasar dunia dengan mengusung prinsip keberlanjutan atau sustainability.
"LPEI mendorong para peserta untuk memperluas jejaring bisnis atau networking. Kegiatan ini dihadiri sejumlah penggerak UMKM dari berbagai bidang dan wilayah, serta pengusaha muda perempuan yang tergabung dalam sister-preneurs," ujar Direktur Pelaksana Bidang Hubungan Kelembagaan LPEI, Chesna F. Anwar dalam sebuah webinar bertajuk “Access to Global Market” sebagai rangkaian perhelatan Women20 (W20), dikutip Minggu (24/7/2022).
Strategi
Dalam kegiatan ini, beberapa mitra binaan LPEI ikut berbagi strategi agar pelaku UMKM terutama perempuan bisa bersaing dan mendorong produknya mendunia. Salah satu mitra binaan LPEI yakni Novi Herawati, CEO CV Nusantara Jaya Food mengatakan, kreativitas dan pemanfaatan teknologi digital merupakan kunci pembuka akses UMKM Indonesia dalam menggaet buyer atau mendapatkan pasar bagi produk yang sesuai.
Sementara itu, Widya Hana Sofia, CEO PT Masagenah Group merupakan UMKM yang giat mengelola limbah sawit menjadi produk bernilai tambah yang juga diekspor. Ia telah membangun kesadaran petani kelapa sawit untuk mengumpulkan limbah berupa pelepah kelapa sawit untuk dijadikan barang benilai ekonomi. Kesadaran kolektif masyarakat menjadi penggerak keberhasilan usaha yang dijalankan Widya bersama desa-desa yang bergabung dan menjalin kerja sama dengan BUMDes.
Kisah yang dibagikan Dewi Harlasyanti selaku CEO PT Diva Prima Cemerlang, pun tak kalah menarik. Ia telah memanfaatkan limbah rambut manusia menjadi produk bulu mata. Ketika memulai bisnisnya, Dewi melakukan riset tentang potensi pasar bulu mata, dan nyatanya Indonesia adalah pemasok bulu mata terbesar dunia. Keseimbangan waktu bersama keluarga menjadi pertimbangan Dewi saat menjajaki bisnis bulu mata kepada sejumlah ibu-ibu yang bermukim di Purbalingga. Waktu yang fleksibel menjadi daya tarik bagi ratusan perempuan untuk bergabung dalam kegiatan memproduksi bulu mata alami buatan Diva Prima Cemerlang.
“Kami memberdayakan para perempuan, 90 persen pekerja perempuan, untuk mengerjakannya di rumah masing-masing atau di lokasi yang disiapkan sebagai workshop atau tempat produksi bersama. Mereka memiliki pilihan sesuai dengan kondisi keluarga dan tidak mengorbankan tugas utama sebagai istri ataupun ibu rumahtangga,” kata Dewi.
Pada kesempatan yang sama, Trini Tambu, CEO Palantaloom, perancang dan produsen songket yang berpusat di Batu Taba, Sumatera Barat, menjelaskan pentingnya menciptakan keunikan dan pembeda yang berkualitas untuk meningkatkan daya saing produk di negara tujuan ekspor. Trini yang berhasil mengantarkan tenun songket Palantaloom hingga menempati museum dunia ini mengedepankan prinsip pemberdayaan perempuan untuk melestarikan budaya dan seni Indonesia secara ramah lingkungan.
Advertisement