Sukses

3 Penyebab Utama Resesi Global

Ada 3 penyebab utama IMF memangkas pertumbuhan ekonomi global dan bahkan diperkirakan potensi mengalami resesi di 2022.

Liputan6.com, Jakarta - Dana Moneter Internasional (IMF) kembali memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global di tengah inflasi yang tinggi di sejumlah negara dan dampak dari perang Rusia-Ukraina. IMF meramal ekonomi dunia tumbuh 3,2 persen di 2022. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan perkiraan pada April 2022.

Peneliti CORE Indonesia Muhammad Ishak menjelaskan, ada 3 penyebab utama IMF memangkas pertumbuhan ekonomi global dan bahkan penyebab ini bisa mengakibatkan resesi global di 2022.

Pertama harga komoditas yang meningkat tajam, kedua kebijakan moneter ketat di berbagai negara dan ketiga zero covid policy di China.

“Beberapa sustain harga komoditas yang berlangsung saat ini apakah trendnya akan mengalami kenaikan stabil atau mengalami penurunan,” ujar Peneliti CORE Indonesia, Muhammad Ishak, dalam acara “Menjaga Pemulihan Domestik di Tengah Potensi Resesi Global” Rabu (27/7/2022).

Menurut Ishak, secara spesifik Indonesia memiliki negara tujuan ekspor seperti Amerika Serikat, China, Jepang, Uni Eropa. Jika terjadi potensi resesi ataupun perlambatan ekonomi maka juga berdampak kepada kegiatan ekspor Indonesia ke negara-negara tersebut.

“Konsekuensinya ini akan terjadi perlambatan ekonomi, karena nantinya pengeluaran rumah tangga akan turun dan investasi menurun,” terang Ishak.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

IMF Pangkas Lagi Ramalan Pertumbuhan Ekonomi Global

Dana Moneter Internasional (IMF) kembali memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi globa di tengah inflasi yang tinggi di sejumlah negara dan dampak dari perang Rusia-Ukraina.

Dilansir dari Channel News Asia, Rabu (27/7/2022) dalam pembaruan laporan World Economic Outlook, IMF mengatakan bahwa pertumbuhan PDB riil global akan melambat menjadi 3,2 persen pada 2022 dari perkiraan semula 3,6 persen pada April 2022.

IMF menyebut, PDB dunia sebenarnya berkontraksi pada kuartal kedua karena penurunan ekonomi di China dan Rusia.

Badan tersebut juga memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi pada 2023 mendatang menjadi 2,9 persen dari perkiraan semula 3,6 persen pada bulan April, mengutip dampak kebijakan moneter yang lebih ketat.

Padahal, pada 2021 lalu pertumbuhan ekonomi dunia telah pulih menjadi 6,1 persen setelah pandemi Covid-19 membuat output global anjlok pada tahun 2020 dengan kontraksi 3,1 persen.

"Prospek telah menjadi gelap secara signifikan sejak bulan April. Dunia mungkin segera tertatih-tatih di tepi resesi global, hanya dua tahun setelah yang terakhir," kata Kepala Ekonom IMF, Pierre-Olivier Gourinchas dalam sebuah pernyataan.

Selain itu, untuk Amerika Serikat, IMF mengkonfirmasi perkiraan pertumbuhan 2,3 persen pada 2022 dan 1,0 persen untuk 2023 mendatang, yang sebelumnya telah terpangkas dua kali sejak bulan April karena permintaan yang melambat di negara itu.

Tak hanya AS, IMF juga memangkas ramalan pertumbuhan PDB China 2022 menjadi 3,3 persen dari 4,4 persen pada April 2022, karena wabah terbaru dan pembatasan ketat Covid-19 di negara itu membatasi produksi dan memperburuk gangguan rantai pasokan global.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 3 halaman

IMF Pangkas Ramalan Ekonomi Zona Euro

Memburuknya krisis di sektor properti China juga menurunkan penjualan dan investasi di real estate negara itu.

Menurut IMF, dukungan fiskal tambahan dari Beijing dapat meningkatkan prospek pertumbuhan, tetapi perlambatan berkelanjutan di China yang didorong oleh wabah Covid-19 dan lockdown akan memicu dampak yang cukup serius.

Berlanjut di zona euro, atau Eropa, di mana IMF memangkas prospek pertumbuhan ekonomi 2022 menjadi 2,6 persen dari 2,8 persen pada April 2022, yang mencerminkan dampak inflasi dari perang Rusia-Ukraina.

Pemangkasan besar untuk proyeksi ekonomi dikeluarkan untuk beberapa negara Eropa, yang melihat banyak dampak perang di Ukraina, termasuk Jerman, yang melihat prospek pertumbuhan 2022 turun menjadi 1,2 persen dari 2,1 persen pada April.

Italia, sementara itu melihat peningkatan dalam prospek pertumbuhan 2022 karena prospek yang lebih baik di sektor pariwisata dan kegiatan industri.

Tetapi IMF memperingatkan pekan lalu bahwa Italia juga bisa mengalami resesi yang dalam karena embargo gas Rusia.

Reporter: Siti Ayu Rachma

Sumber: Merdeka.com