Liputan6.com, Jakarta Dalam upaya mendukung tercapainya program pemerintah terkait net zero emission yang ditargetkan tercapai pada tahun 2050 mendatang, perusahaan tambang PT Kideco Jaya Agung (Kideco), berniat menambah armada bus listrik.
Presiden Direktur Kideco Mochamad Kurnia Ariawan, menyampaikan bahwa dengan penggunaan bus listrik, diharapkan emisi karbon di lingkungan tambang Kideco akan berkurang.
Dia menjelaskan, Kideco sudah menggunakan bus listrik buatan anak negeri yang diproduksi oleh PT Mobil Anak Bangsa (MAB), sejak akhir tahun lalu.
Advertisement
Bus yang digunakan adalah bus MAB tipe MD 12 E NF. Bus tersebut digunakan sebagai sarana angkutan karyawan di tambang Kideco di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur.
“Bus ini sudah kami gunakan sejak akhir tahun lalu sebagai angkutan karyawan. Kami merasakan bus ini sangat nyaman, dan yang membanggakan adalah kendaraan ini merupakan asli buatan anak bangsa. Hal ini juga sebagai wujud nyata kami dalam upaya menurunkan emisi, pada aktivitas operasional kami,” ujar Mochamad Kurnia Ariawan dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (27/7/2022).
Bus yang akan dibeli adalah bus dengan tipe yang sama seperti yang sebelumnya sudah dibeli Kideco. Bus dengan panjang 12 meter itu, mampu melaju dengan kecepatan 110 kilometer per jam.
Bus tersebut berkapasitas 48 tempat duduk, dan membutuhkan waktu pengisian daya selama dua puluh menit hingga tiga jam, dengan jangkauan 250 kilometer jika kapasitas baterai 100 persen. Rencananya, bus itu juga akan digunakan sebagai angkutan karyawan di tambang Kideco.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Perusahaan Eco-Friendly
Pada acara penandatangan pembelian bus listrik, sekaligus pemberian penghargaan oleh MAB kepada Kideco, yang digelar di di JIEXPO Kemayoran Jakarta Pusat, Rabu (27/7/2022), Mochamad Kurnia Ariawan menjelaskan lebih lanjut bahwa selain penggunaan bus listrik, komitmen perusahaan untuk menurunkan emisi karbon juga bisa dilihat dari penggunaan solar cell sebagai pembangkit listrik ramah lingkungan sejak April 2021 lalu.
Presiden Direktur Kideco menegaskan bahwa, pihaknya serius dalam menjadikan perusahaan menjadi eco-friendly Indonesian energy provider di hari ini dan di masa depan, setara dengan perusahaan global lain dalam kontribusinya mewujudkan net zero emission 2050.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama MAB, Kelik Irwantono, menuturkan bahwa pembelian produk bus listrik MAB, menunjukan semakin tingginya kepercayaan dari perusahaan di Indonesia terhadap kendaraan listrik buatan dalam negeri.
"Kami berkomitmen menghasilkan produk kendaraan listrik yang berkualitas, untuk Indonesia yang semakin ramah lingkungan,” ujarnya.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Menhub: Bus Listrik Buatan Universitas Indonesia Bakal Dipakai saat KTT G20
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengapresiasi hasil karya bus listrik buatan Universitas Indonesia. Bus ini nantinya akan digunakan untuk mendukung transportasi pada perhelatan KTT G20 yang akan berlangsung pada bulan Oktober-November 2022 di Indonesia.
Universitas Indonesia menyerahkan sebanyak dua unit bus listrik kepada pemerintah. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menerima langsung bus tersebut di Kampus UI Depok, Jawa Barat, Jumat (10/6/2022).
Enam+01:15VIDEO: Keuntungan Indonesia Jika Menjadi Anggota Penuh FATF "Saya atas nama pribadi dan atas nama pemerintah Indonesia mengucapkan terima kasih atas inisiatif dari Universitas Indonesia menyerahkan hasil penelitiannya berupa bus listrik kepada pemerintah. Insha Allah bus listrik buatan dalam negeri ini akan kita gunakan untuk kegiatan Presidensi G20 yang akan diadakan bulan Oktober-November 2022 di Bali," kata Menhub Budi mengutip keterangan resmi, Jumat (10/6/2022).
Menhub Budi mengatakan, penggunaan angkutan massal berbasis listrik merupakan salah satu upaya pemerintah dalam rangka menurunkan emisi karbon di sektor transportasi. Ini juga bagian dalam upaya mengatasi isu perubahan iklim dan pemanasan global.
Maka, ia terus mendorong kalangan perguruan tinggi dapat membantu upaya percepatan transisi tersebut. Mulai dari perubahan penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil ke kendaraan listrik yang lebih ramah lingkungan.
“Penggunaan kendaraan listrik, khususnya untuk angkutan massal adalah keniscayaan yang harus kita kawal bersama. Ini merupakan upaya kita mengatasi polusi dan kemacetan lalu lintas. Untuk itu inisiatif yang dilakukan UI membuat angkutan massal listrik ini sangat penting,” ujarnya.
Kemenhub bersama Kemendikbud, Kemenperin, dan sejumlah perguruan tinggi/universitas telah melakukan penelitian secara mendalam untuk menghadirkan angkutan massal listrik buatan dalam negeri.
Hal yang Perlu Diupayakan
Lebih lanjut Menhub mengungkapkan, sejumlah hal yang harus diupayakan dalam pengembangan angkutan massal listrik seperti bus.
Pertama yaitu meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Kedua, membuat baterai yang lebih kecil dan lebih ringan, dan peralatan lainnya yang menunjang agar bus listrik buatan dalam negeri ini bisa lebih kompetitif.
“Bus ini nantinya bisa kita gunakan untuk dalam negeri dan juga bisa kita ekspor,” tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Rektor Universitas Indonesia Ari Kuncoro mengatakan, kehadiran bus listrik buatan dalam negeri ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi sejumlah isu. Misalnya perubahan iklim, angkutan publik, dan ketahanan industri sekaligus energi dalam negeri.
“Pengembangan kendaraan listrik ini semakin masuk akal harus dilakukan, ketika terjadi krisis energi akibat konflik Rusia-Ukraina,” katanya.
Ia berharap, kolaborasi antara universitas yang memiliki kemampuan penelitian dan rancang bangun dan mitra industri yang memiliki kemampuan manufaktur dapat semakin baik, sehingga prototype bus listrik ini dapat diproduksi secara massal.
Pada kesempatan tersebut, Menhub bersama Rektor UI dan sejumlah pejabat terkait sempat menjajal langsung bus listrik mengelilingi komplek kampus UI.
Advertisement