Sukses

Dolar AS Terkapar, Harga Emas Mulai Kinclong Lagi

Harga emas merosot lebih dari USD 300 sejak naik melewati level USD 2.000 per ounce pada bulan Maret 2022.

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas kembali melambung ke level baru sepanjang pekan ini pada perdagangan Jumat. Kenaikan harga emas hari ini karena emas kembali memikat investor usai pelemahan dolar AS.

Mengutip CNBC, Sabtu (30/7/2022), harga emas di pasar spot naik 0,4 persen menjadi USD 1.761,59 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS naik 0,7 persen menjadi USD 1.762,9 per ounce.

Pengeluaran konsumen AS meningkat lebih dari yang diharapkan pada bulan Juni 2022, dengan inflasi bulanan melonjak paling besar sejak 2005.

Data-data ini membuat penguatan dolar AS terhenti. Mata uang AS tersebut menyerahkan dan mengalami penurunan 0,3 persen terhadap beberapa mata uang utama lain. Dengan pelemahan dolar AS ini menjadi peluang bagi emas untuk memperluas kenaikannya.

Analis senior RJO Futures Daniel Pavilonis mengatakan, pembalikan dolar AS dari semula terus menguat dan menjadi tertekan pada perdagangan Jumat ini membuat logam mulia menjadi diminati dan berdampak ke harga.

Alasan lain investor memborong emas menurut Daniel adalah karena memang harga saat ini sudah cukup murah. Logam mulia sudah kembali menjadi instrumen safe haven untuk saat ini.

Kenaikan harga emas ini masih belum stabil saat ini. Harga emas telah mengalami penurunan bulanan keempat berturut-turut selama ini.

Harga emas merosot lebih dari USD 300 sejak naik melewati level USD 2.000 per ounce pada bulan Maret 2022 karena The Fed memulai jalur kenaikan suku bunga yang cepat sementara dolar AS juga muncul sebagai instrumen safe haven di tengah meningkatnya risiko resesi.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Harga Emas Dunia Hari Ini Menguat di Tengah Laporan PDB AS

Pada Perdagangan sehari sebelumnya, pasar emas, memegang keuntungan yang solid menyusul laporan ekonomi terbaru. Harga emas hari ini di pasar berjangka diperdagangkan pada USD 1.741,50 per ounce, naik 1,32 persen untuk Agustus.

Meski mungkin belum resesi resmi terjadi, tetapi nyatanya ekonomi AS mengalami kontraksi untuk kuartal kedua berturut-turut.

Melansir laman Kitco, Jumat (29/7/2022), Departemen Perdagangan mengatakan jika Produk Domestik Bruto AS turun 0,9 persen pada kuartal kedua, meleset dari perkiraan pasar untuk kenaikan 0,4 persen.

“Penurunan PDB riil mencerminkan penurunan investasi inventaris swasta, investasi tetap perumahan, pengeluaran pemerintah federal, pengeluaran pemerintah negara bagian dan lokal, dan investasi tetap non-perumahan yang sebagian diimbangi oleh peningkatan ekspor dan pengeluaran konsumsi pribadi,” kata laporan itu.

Penurunan aktivitas ekonomi terjadi karena PDB AS berkontraksi 1,6 persen pada kuartal pertama.

Secara resmi, Biro Riset Ekonomi Nasional (NBER) adalah lembaga yang secara resmi menyatakan resesi, yang biasanya terjadi setelah berbulan-bulan penelitian dan perdebatan; namun definisi tradisional adalah ketika ekonomi berkontraksi selama dua kuartal berturut-turut.

Analis mengatakan bahwa resesi di AS akan positif untuk emas karena dapat memaksa Federal Reserve untuk memperlambat laju kenaikan suku bunganya pada saat inflasi tetap terus meningkat.

Namun, tidak semua ekonom mengharapkan Federal Reserve untuk mengurangi sikap kenaikan suku bunga yang agresif.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 3 halaman

Inflasi Masalah Utama

Andrew Hunter, Ekonom senior AS di Capital Economics, mengatakan bahwa inflasi tetap menjadi masalah utama yang perlu ditangani oleh bank sentral AS.

"Secara keseluruhan, data mengkonfirmasi bahwa pertumbuhan yang mendasarinya telah melambat tajam, tetapi dengan kondisi pasar tenaga kerja yang masih bertahan dan inflasi yang terlalu tinggi, itu tidak akan meyakinkan The Fed untuk membatalkan rencana pengetatannya," katanya.

Menurut analis pasar, laporan tersebut menunjukkan bahwa inflasi memiliki dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Laporan tersebut mengatakan bahwa Indeks Harga PDB kuartal naik 8,7 persen, naik dari pembacaan kuartal pertama 8,2. Para ekonom mengharapkan peningkatan sebesar 7,9 persen.

“Kehilangan itu tampaknya sebagian besar didorong oleh inflasi yang lebih tinggi yang menyeret turun pertumbuhan riil. Deflator di 8,9 persen mengambil seluruh poin persentase dari berita utama dibandingkan dengan yang diharapkan,” kata Adam Button, kepala strategi mata uang di Forexlive.com.