Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Pangan Nasional (National Food Agency/NFA) Arief Prasetyo Adi menyebut kebijakan Rusia yang tidak mensuplai gas kepada Eropa berdampak pada kenaikan harga energi dan harga pangan yang melonjak. Sebab, Eropa kembali menggunakan batubara dan ini mengganggu sistem yang sudah berjalan sebelumnya.
"Impact-nya ke harga pangan yang naik. Enggak mungkin naik karena faktor produksi ini yang demikian," kata Arief dalam HUT Ke-1 Badan Pangan Nasional (NFA) di Komplek Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (31/7).
Baca Juga
Dia menjelaskan, gara-gara konflik tersebut biaya transportasi yang menggunakan BBM jadi naik. Pembatasan ekspor pupuk yang dilakukan Rusia juga membuat keberadaanya menjadi langka dan harganya naik. Mengingat hampir 30 persen kebutuhan pupuk dunia disuplai dari Rusia.
Advertisement
Termasuk pestisida juga mengalami kenaikan signifikan. Faktor-faktor tersebut membuat mau tak mau harga bahan pangan ikut naik
"Biaya transport naik, pestisida naik dan pangan kita juga naik," kata dia.
Sehingga Arief meminta para petani dan pengusaha untuk meningkatkan hasil produksi pangannya. Semisal yang biasanya hanya 4-5 ton per hektar bisa naik hingga 6 ton setiap kali panen.
"Misalnya 1 hektar menghasilkan 4-5 ton , tolong naikkan jadi 6 ton sehingga produktivitasnya tinggi dan cost per unitnya lebih baik," kata dia.
Tingginya harga pangan juga tak terlepas dari kebijakan pembatasan ekspor. Di tengah ancaman krisis pangan ini membuat setiap negara lebih mengutamakan kebutuhannya sendiri ketimbang menjualnya ke negara lain.
Hanya produk-produk tertentu yang diekspor setelah memastikan hasil produksinya memang berlebih. "Ini kecuali pangan yang sudah over supply di Indonesia dan kita bisa bantu negara sahabat," katanya.
Â
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Â
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bos Badan Pangan Nasional: Masyarakat Indonesia Pemakan Karbo Semua
Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional (National Food Agency/NFA) Arief Prasetyo Adi menyebut kualitas pangan konsumsi masyarakat Indonesia belum beragam dan memenuhi gizi seimbang.
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) 2021 menunjukkan angka 87,2 dari target 91,6. Sementara itu, angka kecukupan energinya mencapai 102,1 persen.
"Kita punya 102,1 persen terhadap angka kecukupan energi, jadi energinya cukup yang artinya kita pemakan karbo semua," kata Arief dalam HUT Ke-1 Badan Pangan Nasional (NFA) di Komplek Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (31/7).
Berdasarkan data pemerintah, masyarakat Indonesia mengalami kelebihan konsumsi pada produk padi-padian, minyak dan lemak. Sementara konsumsi sayur, buah dan protein hewaninya kurang.
Tingkat konsumsi padi-padian mencapai 60,1 persen dari yang seharusnya hanya 50 persen. Minyak dan lemak mencapai 12,8 persen dari yang idealnya hanya 10 persen.
Sedangkan konsumsi sayur dan buah hanya 5 persen dari yang seharusnya 6 persen. Lalu pangan hewani 11,6 persen dari idealnya 12 persen.
"Protein hewani ini enggak mesti gading, bisa ayam dan ikan. Ikan ini harusnya jadi tuan rumah di negeri sendiri," tuturnya.
Sehingga Arief menilai masyarakat harus bisa mulai mengubah pola makan yang beragam, bergizi seimbang dan aman.
"Jadinya kita harus mulai common dengan pola makan beragam, bergizi seimbang dan aman," kata dia.
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Luncurkan Gerakan Penganekaragaman Konsumsi Pangan B2SA
Maka dari itu, mulai tahun ini NFA akan mengkampanyekan penganekaragaman konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman (B2SA).
Beragam artinya mengkonsumsi keanekaragaman sumber pangan. Bergizi seimbang artinya mengkonsumsi secara seimbang dan dapat memenuhi kebutuhan gizi yang dianjurkan sesuai dengan (PPH) . Aman artinya bebas dari cemaran fisik kimia dan berkualitas.
Program ini sejalan dengan instruksi Presiden Joko Widodo yang meminta menggali kearifan pangan lokal dari seluruh Indonesia.
"Nggak usah memaksakan pangan-pangan tertentu kepada wilayah tertentu karena Indonesia ini punya kearifan lokal pangan yang luar biasa," kata dia.
Dalam Kampanye Penganekaragaman Konsumsi Pangan B2SA ini kata Arief perlu ada jaminan keamanan pangan untuk meningkatkan daya saing produk lokal. Sehingga nantinya jaminan pangan tersebut akan dilakukan oleh NFA.
"Kita titip ini supaya bisa dikampanyekan dan perlu ada jaminan keamanannya," katanya.
Dalam program ini NFA tidak bekerja sendiri, melainkan bekerja sama dengan berbagai kementerian/lembaga, BUMN Pangan dan Asosiasi pelaku usaha pangan.
"Dengan semua KL dan badan terkait hadir di sini dalam rangka mendukung kegiatan ini dan ini triple helix. Kita punya kegiatan melibatkan seluruh pihak sehingga diharapkan treat kebawah ini sangat baik," kata dia mengakhiri
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com