Sukses

Inflasi Bikin Rupiah Tersungkur ke 14.880 per dolar AS

Kurs rupiah pagi ini melemah 7 poin atau 0,05 persen ke posisi 14.880 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.873 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah dibuka melemah pada Selasa pagi karena masih tertekan data inflasi Juli 2022 yang dirilis pada awal pekan kemarin.

Kurs rupiah pagi ini melemah 7 poin atau 0,05 persen ke posisi 14.880 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.873 per dolar AS.

"Rupiah mengalami tekanan setelah rilis data inflasi Indonesia yang mencapai 4,94 persen secara year on year," kata analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama saat dihubungi di Jakarta, Selasa.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sebesar 0,64 persen pada Juli 2022 atau adanya kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 111,09 pada Juni menjadi 111,8 pada Juli.

Penyumbang inflasi pada Juli utamanya berasal dari kenaikan harga cabai merah, tarif angkutan udara, bawang merah, bahan bakar rumah tangga, dan cabai rawit.

Dengan terjadinya inflasi pada Juli, maka inflasi tahun kalender Juli 2022 terhadap Desember 2021 sebesar 3,85 persen dan inflasi tahun ke tahun (yoy) Juli 2022 terhadap Juli 2021 sebesar 4,94 persen.

Inflasi pada Juli 2022 sebesar 4,94 persen (yoy) merupakan yang tertinggi sejak Oktober 2015 yakni pada saat itu terjadi inflasi sebesar 6,25 persen (yoy).

"Walaupun begitu, tingginya inflasi ini dinilai masih cukup aman karena kondisi fundamental ekonomi Indonesia masih cukup baik," ujar Revandra.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Kurs Dolar

Di sisi lain, lanjut Revandra, rupiah masih memiliki peluang penguatan mengingat indeks dolar AS mengalami pelemahan.

"Indeks dolar melemah setelah Ketua The Fed memberikan indikasi bahwa The Fed tidak akan lebih agresif setelah menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pekan lalu," kata Revandra.

Revandra memprediksi hari ini rupiah bergerak di kisaran 14.820 per dolar AS hingga 14.920 per dolar AS.

Pada Senin (1/8), rupiah ditutup ditutup melemah 39 poin atau 0,26 persen ke posisi 14.873 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.834 per dolar AS.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 3 halaman

Awas! Rupiah Sudah Melemah 4,5 Persen

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti nasib nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD), yang kian terpuruk di tengah ketidakpastian tinggi pada pasar keuangan global.

"Sampai dengan 28 Juli 2022, nilai tukar rupiah kita melemah 4,55 persen year to date," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers hasil rapat berkala KSSK, Senin (1/8/2022).

Namun begitu, ia bersyukur kurs rupiah kondisinya masih lebih baik dibanding mata uang negara tetangga seperti Malaysia, Thailand hingga India.

"Meskipun demikian, pelemahan tersebut lebih baik apabila dibandingkan dengan pelemahan atau Depresiasi berbagai mata uang di kawasan seperti Malaysia Ringgit yang mengalami perlemahan 6,46 persen," bebernya.

"India mengalami perlemahan 6,80 persen, dan Thailand yang mengalami perlemahan hingga mencapai 9,24 persen," kata Sri Mulyani.

Selain nilai tukar rupiah, kondisi tak menentu saat ini turut berimbas terhadap laju inflasi domestik yang kian terangkat. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, laju inflasi pada Juli 2022 mencapai 4,94 persen secara tahunan (year on year).

"Angka ini meningkat dibandingkan bulan Juni 2022 sebesar 4,35 persen year on year. Bahkan posisi inflasi akhir triwulan I masih pada tingkat 2,64 persen year on year," ungkap Sri Mulyani.

Akan tetapi, ia menambahkan, angka tersebut setidaknya masih belum menyentuh target inflasi inti yang ditetapkan pemerintah, yakni di bawah 3 persen.

"Meskipun inflasi headline meningkat, inflasi inti atau core inflasi tetap terjaga pada tingkat 2,86 persen year on year. Hal ini didukung oleh konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga ekspektasi inflasi indonesia," tuturnya.