Liputan6.com, Jakarta - Kontribusi lending atau penyaluran pinjaman Jenius masih kecil untuk PT Bank BTPN Tbk (BTPN). Hal itu seiring Jenius tidak agresif memberikan pinjaman kepada nasabah pada 2020 dan 2021 karena pandemi COVID-19.
Digital Banking Head Jenius, Irwan Tisnabudi mengatakan, sumbangsih dari portofolio lending Jenius masih kecil untuk BTPN.
Baca Juga
"Dalam dua tahun terakhir di 2020 dan 2021 masuk pandemi. Kita sadar harus memanage portofolio lebih ketat, kita tidak secara agresif memberikan pinjaman. Akhir 2021 baru agresif memberikan pinjaman,” kata Irwan dalam konferensi pers BTPN, Selasa (2/8/2022).
Advertisement
Dia menjelaskan, pertumbuhan penyaluran pinjaman Jenius sangat baik dalam satu tahun terakhir tumbuh 148 persen dibandingkan pada Juni 2021. Kemudian, pada Juni 2022 Jenius membukukan penyaluran pinjaman sebesar Rp 600 miliar.
"Pertumbuhan lending jenius itu sangat baik dalam satu tahun terakhir yoy growth 148 persen dibandingkan pada Juni 2021, Juni ini membukukan lebih dari Rp 600 miliar lending tapi masih jauh kontribusinya dari total lending BTPN," katanya.
Sementara itu, jumlah nasabah Jenius mencapai 4 juta nasabah dan pertumbuhannya sesuai dengan prediksi Jenius sebelumnya.
"Jumlah nasabah 4 juta nasabah, pertumbuhannya sangat baik tahun ini. Sesuai prediksi kami nasabah baru itu hampir sama dengan nasabah baru tahun lalu,” ujar dia.
Irwan juga menjelaskan, rupanya masih banyak nasabah potensial jenius masuk melalui offline channel.
Saat disinggung mengenai target nasabah Jenius, Irwan mengaku tidak ada target. Namun, yang pasti semakin banyak nasabah harapannya bisa memberikan kontribusi yang lebih besar bagi BTPN serta menjadi solusi keuangan digital.
"Semakin banyak yang menggunakan Jenius, kita berharap kontribusi makin besar BTPN dan Jenius untuk memberikan digital life finance solution,”
Sesuai dengan visinya Jenius sebagai life finance solution, Irwan menyebutkan, akan mengembangkan Jenius dan kolaborasi dengan berbagai pihak.
Masih dalam kesempatan yang sama, Jenius juga mengembangkan fitur yang mendukung 7 pilihan mata uang asing untuk transaksi. "Nasabah mendapat manfaat dari fitur ini,” katanya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kinerja Semester I 2022
PT Bank BTPN Tbk (BTPN) mencatatkan kinerja yang solid pada semester I 2022, antara lain karena upaya terus menerus dari berbagai pihak untuk memulihkan perekonomian.
Pencapaian ini sejalan dengan laporan Indonesia Economic Prospect yang diterbitkan oleh Bank Dunia pada Juni 2022. Laporan tersebut menyebutkan sejak pertumbuhan ekonomi perlahan berpindah sejak akhir 2021 dari ekspor dan konsumsi pemerintah ke konsumsi dan investasi swasta.
BTPN melaporkan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan kredit di industri perbankan. Seperti yang dilaporkan Bank Indonesia, rata-rata pertumbuhan kredit industri perbankan mencapai 9,03 persen secara tahunan per Mei 2022.
Permintaan kredit bertumbuh sesuai dengan momentum pertumbuhan yang optimis, hal ini terlihat dari segmen korporasi meningkat sebesar 22 persen secara tahunan dan adanya peningkatan pada kredit syariah sebesar 11 persen secara tahunan, sehingga total kredit yang disalurkan BTPN per akhir Juni 2022 meningkat 10 persen secara tahunan ke posisi Rp149,26 triliun.
Tak hanya itu, BTPN juga mencatatkan peningkatan aset 11 persen secara tahunan, dari Rp175,93 triliun menjadi Rp195,47 triliun pada kuartal II 2022.
“Bank BTPN berhasil menunjukkan kinerja baik sepanjang semester I tahun ini. Pencapaian ini merupakan hasil dari strategi kami yang senantiasa mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit sekaligus memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi nasional,” kata Plt Direktur Utama Bank BTPN, Kaoru Furuya, dalam keterangan resminya, Selasa (2/8/2022).
Bahkan, BTPN mampu menjaga kualitas kredit tetap baik, seperti tercermin dari rasio gross Non-Performing Loan (NPL) yang berada di level 1,35 persen, menurun jika dibandingkan dengan tahun lalu sebesar 1,46 persen dan masih relatif rendah dibanding rata-rata industri yang tercatat sebesar 3,04 persen pada akhir Mei 2022.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
DPK dan Laba
Sementara itu, BTPN mengoptimalkan jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) melalui penyesuaian dengan kebutuhan pendanaan kredit dan kebutuhan likuiditas bank, sehingga DPK BTPN tercatat meningkat sebesar 7 persen secara tahunan dari Rp96,64 triliun pada akhir Juni 2021 menjadi Rp103,17 triliun pada akhir Juni 2022.
Hal ini disebabkan oleh meningkatnya saldo Current Account Saving Account (CASA) sebesar 38 persen secara tahunan dari Rp28,28 triliun menjadi Rp38,93 triliun, sehingga rasio CASA meningkat dari 29,3 persen menjadi 37,7 persen, sementara time deposit mengalami penurunan sebesar 6 persen secara tahunan menjadi Rp64,24 triliun.
Upaya menghimpun dana pihak ketiga dilakukan sejalan dengan upaya menekan biaya dana seiring dengan suku bunga acuan Bank Indonesia yang masih rendah, cost of fund (Rupiah) turun dari 3,6 persen menjadi 2,9 persen.
Laba bersih setelah pajak BTPN (konsolidasi) yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk per akhir kuartal II 2022 tercatat Rp1,67 triliun, naik 2 persen secara tahunan dari Rp1,64 triliun. Hal ini disebabkan oleh penurunan beban bunga sebesar 9 persen secara tahunan serta peningkatan pendapatan operasional lainnya sebesar 5 persen secara tahunan, meskipun biaya operasional sedikit meningkat sebesar 2 persen secara tahunan dari Rp3,44 triliun ke Rp3,50 triliun.
BTPN terus memantau kualitas kredit nasabah, mengelola restrukturisasi kredit, dan menjaga kecukupan pencadangan biaya kredit, tercatat penambahan biaya kredit sebesar 6 persen menjadi Rp740 miliar.
Kenaikan Pendapatan Bunga Bersih
Di tengah kondisi pandemi yang makin membaik, BTPN berhasil meningkatkan pendapatan bunga bersih sebesar 2 persen secara tahunan menjadi Rp5,72 triliun pada paruh pertama tahun ini, dari Rp5,59 triliun.
Peningkatan ini dikontribusikan oleh pertumbuhan kredit dan penurunan beban bunga sebesar 9 persen secara tahunan menjadi Rp1,7 triliun dari Rp1, 87 triliun dengan meningkatnya saldo CASA serta menurunnya suku bunga time deposit, tetapi di sisi yield terjadi penurunan sehingga berdampak pada lebih rendahnya NIM dari 6,76 persen pada kuartal II 2021 menjadi 6,34 persen pada kuartal II 2022.
BTPN juga menjaga rasio likuiditas dan pendanaan berada di tingkat yang sehat, dengan liquidity coverage ratio (LCR) mencapai 181,3 persen dan net stable funding ratio (NSFR) 121,3 persen pada posisi 30 Juni 2022.
Perseroan mencatat rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) 25,2 persen. Melalui visinya untuk menjadi bank pilihan utama di Indonesia, yang dapat memberikan perubahan berarti dalam kehidupan jutaan orang, terutama dengan dukungan teknologi digital, Bank BTPN terus mengembangkan Jenius, pionir digital banking di Indonesia guna melayani segmen nasabah yang lebih luas.
Jenius melaporkan pertumbuhan registered user sebesar 19 persen secara tahunan, dari 3.345.061 per Juni 2021 menjadi 3.995.013 di periode yang sama tahun ini. Funding balance/DPK yang dikelola Jenius juga menunjukkan kenaikan sebesar 12 persen secara tahunan menjadi 17,3 triliun dari 15,4 triliun di akhir Juni 2022. Flexi cash/Total Disbursement Credit yang disalurkan mencapai 602 miliar atau naik 148 persen secara tahunan dari 243 miliar.
"Kami berkomitmen untuk menjaga performa ini agar senantiasa menyediakan layanan perbankan terbaik guna memenuhi kebutuhan finansial nasabah berbagai segmen sehingga bisa mewujudkan hidup yang lebih berarti, termasuk melalui inovasi teknologi,” ujar Furuya.
Advertisement