Sukses

Erick Thohir Pamer Keberhasilan Digitalisasi ASDP Indonesia Ferry dan Bank Mandiri

Erick Thohir memuji terobosan digitalisasi yang dilakukan sejumlah BUMN seperti ASDP Indonesia dengan Ferizy dan Bank Mandiri dengan layanan Livin.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri BUMN Erick Thohir memamerkan sederet capaian digitalisasi di lingkungan perusahaan pelat merah. Menurutnya, BUMN harus mengikuti perkembangan zaman jika tak ingin punah layaknya dinosaurus.

Erick Thohir membeberkan digitalisasi yang dilakukan oleh PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) melalui aplikasi Ferizy. Ia juga menjelaskan digitalisasi yang dilakukan PT Bank Mandiri Tbk (Persero) dengan Livin. Upaya dua BUMN ini jadi langkah merespons perkembangan digitalisasi di dunia.

"Sejak awal kita ingin BUMN membangun ekosistem bagaimana digital economy jadi kunci untuk bisa bersaing. Jangan sampai BUMN jadi dinosaurus, mati dimakan zaman, besar badan tapi tidak mau metamorfosis," kata dia dalam diskusi bertajuk Menuju Masyarakat Cashless yang digelar AMSI DKI Jakarta, Rabu (3/8/2022).

Erick memuji terobosan digitalisasi yang dilakukan sejumlah BUMN seperti ASDP Indonesia dengan Ferizy dan Bank Mandiri dengan layanan Livin. Dengan sistem daring, ucap Erick, Ferizy mampu mengurai persoalan antrean yang terjadi bertahun-tahun pada layanan penyeberangan.

"Contoh Ferizy ASDP, dulu penyeberangan antre truk bisa 10 jam, kita coba dua tahun lalu, sistem e-tiketing, ini mampu menghemat biaya logistik kita yang saat ini masih 23 persen atau lebih tinggi dari negara lain yang sudah 13 persen," ucap Erick.

Erick menilai keberhasilan sistem ini mendongkrak pergerakan penyeberangan dari Pulau Jawa ke Sumatera hingga 40 persen. Bahkan, saat masa mudik lalu tingkat pertumbuhan penyeberangan armada truk tumbuh hingga 144 persen.

Kemudian, Bank Mandiri dalam merespons tren bank digital lewat Livin mampu menjadi penghubung yang stategis dalam sektor pembayaran nontunai untuk sektor pariwisata Indonesia.

"Saya tugaskan Mandiri membangun ekosistem pembayaran untuk sektor pariwisata. Kita sering terjebak pola pikir kalau bicara industri pariwisata selalu wisatawan asing, padahal sebelum pandemi, 76 persen itu winsun, hanya 24 persen yang asing," kata dia.

"Di Bali, wisatawan asing baru kembali 30 persen, sedangkan wisatawan domestik sudah kembali di 70 persen. Kita sinergikan juga dengan holding pariwisata dan pendukung atau InJourney," tambahnya.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Harus Hadapi

Lebih lanjut, Menteri Erick menyampaikan digitalisasi jadi satu keharusan untuk dijalankan. Maka, langkah-langkahnya, perlu dijalankan sejak saat ini.

"Ini era yang tidak bisa terhindarkan, digitalisasi suka tidak suka harus kita hadapi dan kita tidak mungkin berdiam diri," ujar Erick.

ia memandang, era digital mengubah begitu banyak sendi-sendi kehidupan masyarakat. Hal ini terlihat dari perubahan cara kerja, cara berusaha, hingga hal-hal penting lain dalam kehidupan yang sangat memerlukan dukungan digital.

Disamping itu, Indonesia memiliki sumber daya besar dalam menjadikan ekonomi digital sebagai fondasi bangsa di masa yang akan datang.

"Allah SWT memberikan kita demografi yang mayoritas muda saat ini, 55 persen usia di bawah 35 tahun, mau tidak mau industri digital kita akan berkembang," lanjutnya.

 

3 dari 3 halaman

Pemain Industri Digital Terbesar

Erick memproyeksikan Indonesia akan menjadi pemain industri digital terbesar di Asia Tenggara pada 2030. Hal ini ditopang dari potensi ekonomi digital Indonesia yang diprediksi mencapai Rp 4.500 triliun pada 2030 atau tumbuh delapan kali lipat dari APBN.

"Pertanyaan saya selalu sama, kapan perubahan ini terjadi kalau kita tidak adaptasi sehingga akhirnya kita hanya jadi market. Saat hanya menjad market, maka tidak ada investasi untuk pembukaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi akan tumbuh lebih besar di negara lain," ungkap dia.

Erick menyebut sudah terlalu lama sumber daya alam dan market besar Indonesia hanya dijadikan sebagai pertumbuhan ekonomi dan pembukaan lapangan kerja bagi negara lain.