Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) optimistis bisa menjaga laju inflasi tetap berada di bawah 5 persen hingga akhir 2022. Keyakinan itu dipancarkan selepas tingkat inflasi secara tahunan atau year on year (YoY) per Juli 2022 sudah menyentuh level 4,94 persen.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu mengatakan, tingkat inflasi dalam beberapa bulan terakhir terus melesat akibat adanya kenaikan inflasi pangan.
Baca Juga
Hal itu terus membuat dirinya memantau dan memperkirakan, tekanan inflasi dalam 1-2 bulan ke depan tampaknya masih akan tetap tinggi. Namun, Febrio tak ingin hal tersebut berlanjut hingga akhir tahun, sehingga semakin membebani kantong masyarakat.
Advertisement
"Akan tetapi mendekati akhir tahun harusnya bisa cukup kita kendalikan di bawah 5 persen. Ini yang dengan warning dari data-data yang kita lihat harus terus kita pantau, arah ini harus terus kita jaga, memastikan komoditas pangan yang juga langsung terkait kantong masyarakat," ujarnya dalam sesi taklimat media, Senin (8/8/2022).
Contoh paling jelas, Febrio menyebut tingkat inflasi harga beras yang hingga Juli 2022 masih terjaga di angka 1 persen.
"Kenapa? Karena memang kita mendapatkan suplai yang cukup berlimpah. Tidak hanya tahun ini, tapi dalan 2 tahun terakhir dengan curah hujan yang memang luar biasa," ungkapnya.
Menariknya, ia melanjutkan, komoditas beras ini jadi salah satu dari kontributor yang paling besar sumbangsihnya dalam indeks harga konsumen (IHK). Sehingga kalau dijaga harga beras tidak bergejolak, Febrio berharap dari sisi makanan akan bisa menjaga stabilitas daya beli masyarakat.
"Ini akan terus kita pantau ke depan, seperti apa untuk bisa kita pastikan forum TPIP untuk pusat, TPID untuk daerah, dan supply/demand-nya memang terus melihat kolaborasi kuat pusat dan daerah, termasuk juga dengan sektor usahanya. Karena kita tahu, sumber inflasinya yang cukup volatile adalah dari bahan makanan," tuturnya.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Harga Cabai dan Bawang Turun, Tekanan Inflasi Bakal Melemah
Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Bidang Perekonomian, Iskandar Simorangkir, meyakini penurunan harga komoditas seperti produk cabai, bawang, telur ayam, hingga daging ayam dan daging sapi bakal berimbas terhadap pelemahan inflasi.
"Coba kalian lihat, semua (komoditas) harganya kan sudah mulai turun, mulai flat. Ini artinya kan bahwa tekanan inflasi ini enggak begitu lama lagi, kami lihat nanti akan menurun," ujar Simorangkir di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (5/8/2022).
Seperti diketahui, inflasi harga pangan pada Juli 2022 terus melesat hingga mencapai 11,47 persen secara tahunan (year on year/YoY). Itu lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,07 persen YoY.
Angka tersebut lantas berkontribusi terhadap peningkatan inflasi Juli 2022, yang secara tahunan mencapai 4,94 persen. Itu jadi yang tertinggi sejak Oktober 2015.
Bila merujuk pada informasi terkini, harga pangan di pasaran relatif mulai terkendali. Menurut data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, Jumat (5/8/2022), hampir seluruh harga komoditas secara rata-rata terpangkas.
Antara lain, harga cabai rawit merah yang turun Rp 1.400, dari Rp 63.750 per kg pada Kamis (4/8/2022) menjadi Rp 62.350 per kg pada Jumat 5 Agustus 2022.
Advertisement
Harga Bawang Merah hingga Telur Ayam
Senada, rata-rata nilai jual bawang merah pun terpotong Rp 1.000, dari sebelumnya Rp 49.150 per kg jadi Rp 48.150 per kg. Begitu juga bawang putih, yang turun dari Rp Rp 29.300 per kg jadi Rp 29.150 per kg.
Tak ketinggalan, telur ayam juga turun tipis dari Rp 29.300 per kg jadi Rp 29.200 per kg. Kemudian, daging ayam turun dari Rp 35.200 per kg jadi Rp 34.900 per kg, serta daging sapi dari Rp 134.100 per kg jadi Rp 134.050 per kg.
Lebih lanjut, Iskandar mengatakan, kebijakan paling efektif dalam menangani disrupsi harga pangan sekarang ini adalah penanganan di sisi suplai. Dalam hal ini, harga pangan dikendalikan oleh pemerintah.
"Maka itu, pemerintah subsidi tahan, distribusi dia perbaiki, food estate dia tambah, substitusi beras seperti kata Pak Menko (Airlangga Hartarto) ditambah sorgum dan jagung. Yang Pak Presiden (Jokowi) sudah perintahkan, pemakan sagu yang didorong," tuturnya.
Â
Subsidi Jadi Kunci Sukses Indonesia Tahan Laju Inflasi
Sejumlah negara di dunia mengalami kenaikan angka inflasi yang tajam. Sebut saja Amerika Serikat (AS), Jerman dan beberapa negara di Eropa. Sedangkan angka inflasi di Indonesia masih terkendali di level 4,94 persen secara tahunan atau year on year.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkap kunci sukses Indonesia bisa menjaga laju inflasi. Masih terjaganya laju inflasi disebabkan oleh sikap pemerintah yang getol menyalurkan berbagai program subsidi. Khususnya subsidi bahan bakar minyak (BBM) untuk meredam laju inflasi.
"Inflasi memang tertahan karena kita memberi subsidi banyak," ujarnya dalam acara Soft Launching Buku: Keeping Indonesia Safe from COVID 19 Pandemic di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (5/8/2022).
Bendahara Negara ini menambahkan, penerapan kebijakan fiskal dan moneter yang tepat juga berpengaruh terhadap terjaganya laju inflasi. Antara lain dengan tidak terburu-buru untuk menaikkan suku bunga acuan demi mendorong pemulihan ekonomi nasional.
"Makanya kita harus hati-hati untuk tidak menggunakan kebijakan fiskal dan moneter yang ekspansi atau sembrono," tutupnya.
Advertisement