Liputan6.com, Jakarta - Pada perdagangan Rabu, 10 Agustus 2022, Rupiah kembali ditutup melemah 18 poin walaupun sempat melemah 25 poin di level Rp 14.870. Sedangkan, pada penutupan perdagangan sebelumnya Rupiah berada di posisi 14.853.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, Rupiah berpotensi melemah pada perdagangan Kamis, 11 Agustus 2022.
Baca Juga
"Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 14.850 hingga Rp 14.910,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Rabu (10/8/2022).
Advertisement
Secara internal, hal ini dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global yang terus memanas baik di Eropa maupun Asia, membuat harga komoditas kembali melambung.
Bahkan harga minyak mentah dan gas alam yang lonjakannya begitu besar, sehingga berdampak terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan yang lebih spesifik adalah naiknya harga gandum dan pupuk.
Meskipun begitu, Ibrahim menjelaskan, kenaikan harga komoditas belum begitu berpengaruh terhadap inflasi di Indonesia karena harga-harga dalam negeri diatur oleh pemerintah.
“Pemerintah menggunakan berbagai instrumen fiskal termasuk pajak, subsidi dan insentif untuk mengatasi kondisi ini," ujar Ibrahim.
Di sisi harga komoditas bergejolak, Indonesia mendapatkan berkah dari lonjakan harga tersebut dan ini menjadi bagian terpenting bagi pendapatan negara yang sampai saat ini bisa menopang subsidi dan kompensasi serta bisa menjaga ritme harga BBM bersubsidi, walaupun negara-negara lainnya menaikan harga BBM.
Oleh karena itu, Pemerintah mengalokasikan anggaran yang cukup besar untuk subsidi dan kompensasi energi pada 2022, yakni sebesar Rp 502 triliun. Meskipun demikian pemerintah masih memiliki nasib yang baik. Lantaran pada 2022 ini, penerimaan meningkat karena mendapat rejeki nomplok dari kenaikan harga komoditas.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pasar Tunggu Data Inflasi AS
Mata uang utama lainnya bertahan stabil pada Rabu (10/8/2022), dengan para pedagang enggan menempatkan taruhan besar menjelang data inflasi AS. Pasar akan teliti untuk panduan tentang seberapa tajam Federal Reserve AS akan menaikkan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang.
Angka-angka tersebut akan dirilis nanti di hari global. Para ekonom memperkirakan inflasi utama tahun-ke-tahun akan berjalan pada 8,7 persen, sedikit mundur dari angka 9,1 persen kekalahan Juni. Inflasi inti diperkirakan sebesar 0,5 persen bulan ke bulan.
Pergerakan pasar mata uang sedikit mengarah ke atas, dan untuk rilis sebelumnya, reaksi lebih tidak terdengar daripada di pasar obligasi yang bergejolak. Greenback secara luas stabil semalam, setelah berhenti sedikit dari kemunduran yang dimulai pada pertengahan Juli.
Data inflasi China yang dirilis pada hari sebelumnya menunjukkan sedikit peningkatan inflasi konsumen, menjadi 2,7 persen dan perlambatan pertumbuhan harga di tingkat pabrik. Analis HSBC mengatakan angka CPI yang masih teredam mengindikasikan tekanan berkelanjutan dalam pemulihan konsumsi.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Rupiah Dibuka Loyo Hari Ini Gara-Gara Suku Bunga The Fed
Sebelumnya, nilai tukar rupiah melemah pada perdagagang Rabu pagi seiring masih terjaganya prospek kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed).
Rupiah pagi ini melemah 22 poin atau 0,15 persen ke posisi 14.875 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.853 per dolar AS.
"Dolar AS outlooknya menguat dipicu masih terjaganya prospek kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve dan pernyataan yang cenderung hawkish dari pejabat The Fed," kata Analis Monex Investindo Futures Faisyal dikutip dari Antara, Rabu (10/8/2022)
Fokus pelaku pasar akan tertuju ke data Indeks Harga Konsumen atau CPI AS yang dirilis malam nanti yang akan menjadi petunjuk untuk seberapa agresif Federal Reserve akan menaikkan suku bunga pada September nanti.
Prospek kenaikan suku bunga oleh bank sentral AS masih terjaga dibalik perilisan data tenaga kerja dan upah AS pada akhir pekan lalu yang hasilnya dipandang optimistis.
Sentimen Lainnya
Data tersebut meningkatkan keyakinan untuk adanya kenaikan suku bunga besar lainnya pada pertemuan The Fed pada 20-21 September nanti.
Sejauh ini para trader melihat besarnya peluang sebesar dua pertiga untuk kenaikan sebesar 75 basis poin pada pertemuan bulan depan.
Sentimen lain yang dapat mendukung penguatan dollar AS adalah pesan yang hawkish dari Presiden The Fed St Louis, James Bullard, yang mengatakan bahwa dia ingin suku bunga di level 4 persen pada akhir tahun ini.
Data CPI AS akan dirilis pukul 19:30 WIB nanti yang diperkirakan akan menunjukkan inflasi yang berada di level tertinggi dalam se-dekade mereda pada Juli setelah kenaikan suku bunga sebesar 75 basis poin berturut-turut pada Juni dan Juli.
Pada Selasa (9/8) lalu, kurs rupiah ditutup menguat 23 poin atau 0,15 persen ke posisi Rp14.853 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.876 per dolar AS.
Advertisement