Sukses

Sri Mulyani Ungkap 3 Faktor Penyebab Subsidi BBM Bengkak Jadi Rp 502 T

Anggaran subsidi BBM sudah menyentuh angka Rp 502 triliun. Pembengkakan subsidi BBM ini karena kenaikan harga minyak mentah dunia akibat konflik Rusia dan Ukraina.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati khawatir dengan kekuatan APBN dalam menahan pembengkakan subsidi BBM. Oleh sebab itu, ia pun meminta kepada PT Pertamina (Persero) untuk bisa mengendalikan volume penyaluran BBM subsidi jenis Pertalite maupun Solar.

Sri Mulyani bercerita, anggaran subsidi BBM sudah menyentuh angka Rp 502 triliun. Pembengkakan subsidi BBM ini karena kenaikan harga minyak mentah dunia akibat konflik Rusia dan Ukraina.

"Saya berharap Pertamina untuk betul-betul mengendalikan volumenya supaya APBN tidak terpukul," kata Sri Mulyani di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu (10/8/2022).

Dia mencatat, penyaluran Pertalite sudah di atas 50 persen per Juli 2022 dari kuota yang ditetapkan.

Selain kuota penyaluran BBM subsidi, APBN untuk subsidi juga mendapatkan tekanan dari kenaikan harga minyak mentah dunia. Padahal, asumsi harga minyak mentah dalam APBN 2022 dipatok berkisar USD 100 per barel.

"Tapi, kemarin sempat pernah USD 130 per barel. Itu juga akan menambah tekanan APBN," ujarnya.

Terakhir, ujar Sri Mulyani, APBN juga mengalami tekanan akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD).

"Nilai tukar agak berbeda kemarin 14.450 per dolar AS sekarang sudah mendekati Rp 14.700 per dolar AS. Itu semua memberikan tekan lan pada APBN kita dI 2022 ini," pungkas Sri Mulyani.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Subsidi Capai Rp 502 Triliun, Moeldoko Minta Masyarakat Hemat Pakai BBM

Sebelumnya, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan, selama ini, pemerintah bekerja keras agar masyarakat tidak terbebani dengan kenaikan harga-harga komoditas, imbas dari ketidakpastian global. Salah satunya, dengan memberikan subsidi BBM dan gas yang nilainya mencapai Rp 502 triliun.

"Jadi, bapak/ibu yang naik sepeda motor, itu negara menyubsidi Rp 3,7 juta dalam satu tahun. Bagi yang naik mobil, negara menyubsidi Rp 19,2 juta setahun," kata Moeldoko dikutip dari siaran persnya, Senin (8/8/2022).

"Untuk itu, saya mohon kita berhemat dalam menggunakan BBM," sambung dia.

Dia menuturkan, Indonesia sedang menghadapi ujian berat berupa ancaman kriris pangan, energi, dan ketidakpastiaan global. Moeldoko menyebut kondisi ini dapat memicu terjadinya krisis ekonomi.

"Indonesia yang menjadi bagian global, sedang dihadapkan pada kondisi yang tidak normal. Terlebih, saat ini banyak negara menghadapi krisis ekonomi yang bisa memberikan dampak terhadap krisis lainnya," jelas dia.

Moeldoko menyampaikan, berdasarkan data IMF, setidaknya ada 60 negara yang perekonomiannya diperkirakan akan ambruk. Dari 60 tersebut, sebanyak 42 negara di antaranya dipastikan sudah menuju ambruk.

"Kita harus bersyukur, Indonesia masih dalam keadaan baik. Ketahanan pangan dan energi masih terjaga. Ekonomi terus tumbuh meski inflasi naik di angka 4 persen lebih. Tapi kita juga harus waspada," tutur Moeldoko.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 3 halaman

Negara Manapun Tak Kuat

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang diberikan pemerintah sudah sangat besar yakni, mencapai Rp 502 triliun. Menurut dia, tidak ada negara mana pun yang kuat memberikan subsidi sebesar itu.

"Perlu kita ingat subsidi terhadap BBM sudah terlalu besar dari Rp170 (triliun) sekarang sudah Rp502 triliun. Negara manapun tidak akan kuat menyangga subsidi sebesar itu," kata Jokowi dalam acara Zikir dan Doa Kebangsaan di halaman Istana Merdeka Jakarta, Senin 1 Agustus 2022.

"Tapi alhamdulilah kita sampai saat ini masih kuat. Ini yang perlu kita syukuri," sambungnya.

Dia menyampaikan bahwa harga bensin di negara lain mencapai Rp 31.000 sampai Rp 32.000 per liter. Sedangkan, harga Pertalite di Indonesia Rp7.650 per liter.

Â