Liputan6.com, Jakarta - Inflasi di Amerika Serikat (AS) mulai mereda pada bulan Juli 2022. Indeks harga konsumen AS turun ke tingkat tahunan 8,5 persen pada Juli 2022.
Penurunan inflasi AS Â ini didorong oleh harga bensin yang mulai turun. Sebelumnya, pada Juni 2022, AS melaporkan lonjakan inflasi hingga 9,1 persen.
Baca Juga
Dilansir dari Channel News Asia, Kamis (11/8/2022), Departemen Tenaga Kerja AS mengungkapkan indeks harga konsumen AS turun ke tingkat tahunan 8,5 persen, lebih rendah dari proyeksi pasar.
Advertisement
Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa inflasi memang sudah menunjukkan tanda-tanda moderasi, tetapi masih memerlukan upaya yang lebih besar untuk meringankan biaya hidup konsumen.
"Kita sudah melihat beberapa tanda inflasi mungkin mulai moderat," kata Biden.
"Tetapi biaya hidup masyarakat masih berat, meski inflasi nol bulan lalu," ungkapnya.
Laporan Departemen Tenaga Kerja AS meunjukkan penurunan tajam dalam biaya bensin mengimbangi kenaikan harga pangan, sewa dan biaya lainnya selama sebulan.
"Sekarang saya ingin memperjelas, dengan tantangan global yang kita hadapi, mulai dari perang di Eropa hingga gangguan rantai pasokan dan penutupan pandemi di Asia, kita dapat menghadapi tantangan tambahan di bulan-bulan mendatang," Biden memperingatkan.
"Pekerjaan kita (meredam inflasi) masih jauh dari selesai," ucapnya.
Selama 12 bulan terakhir, harga bahan makanan di AS telah melonjak 13,1 persen, menandai kenaikan tahunan terbesar sejak 1979. Naiknya harga kopi mendorong biaya tersebut lebih mahal pada Juli 2022, melonjak 3,5 persen sejak Juni.
Mulai Menurun, AS Laporkan Inflasi 8,5 Persen di Juli 2022
Inflasi di Amerika Serikat mulai mereda, setelah penurunan biaya bensin membantu mengurangi kecepatan.
Dilansir dari BBC, Kamis (11/8/2022) AS melaporkan tingkat inflasi 8,5 persen untuk bulan Juli 2022, turun dari 9,1 persen yang tercatat pada bulan Juni, menurut Departemen Tenaga Kerja negara itu.
 Harga bensin di AS telah turun hingga 7,7 persen dibandingkan dengan bulan Juni, ketika harga di SPBU telah mencapai rekor tertinggi rata-rata lebih dari 5 dolar per galon.
"Ini belum berarti penurunan inflasi yang diharapkan (bank sentral AS). Tapi ini adalah permulaan dan kami berharap akanmelihat tanda-tanda yang lebih luas dari pelonggaran tekanan harga selama beberapa bulan ke depan," kata Paul Ashworth, kepala ekonom AS di Capital Economics.
AS telah menghadapi kenaikan biaya pangan dan energi sejak tahun lalu, didorong oleh permintaan yang kuat dari konsumen.
Pada saat yang sama, lockdown terkait pandemi di China, perang Rusia-Ukraina, dan tantangan lobal lainnya telah membebani pasokan barang, termasuk kebutuhan seperti minyak dan gandum.
Selama 12 bulan terakhir, harga bahan makanan di AS telah melonjak 13,1 persen, menandai kenaikan tahunan terbesar sejak 1979. Naiknya harga kopi mendorong biaya tersebut lebih mahal pada Juli 2022, melonjak 3,5 persen sejak Juni.
Seorang mahasiswi berusia 21 tahun dari Massachusetts, yakni Aquinnah Rank, mengungkapkan bahwa dia berusaha mengurangi pengeluaran di tengah melonjaknya harga makanan.
Aquinnah, yang di sebuah restoran selama musim panas, tengah berusaha mencari pekerjaan setelah lulus dari universitas untuk mendukung biaya hidupnya, di tengah kenaikan biaya bahan makanan dan sewa yang semakin mahal.
"Gaji belum naik dengan cepat, jadi itu pasti mengkhawatirkan," katanya.
Advertisement
Inflasi China Masuk Zona Tertinggi dalam 2 Tahun Gara-gara Harga Daging Babi
Indeks harga konsumen China mencapai level tertinggi dalam dua tahun pada Juli 2022. Lonjakan inflasi ini terjadi didorong oleh kenaikan harga daging babi, yang menjadi salah satu makanan pokok di China, menurut data resmi Wind Information.
Dilansir dari CNBC International, Rabu (10/8/2022) analis menunjukkan indeks harga konsumen utama China per Juli 2022 naik 2,7 persen, meleset dari perkiraan kenaikan 2,9 persen.
Harga daging babi di China naik 20,2 persen pada Juli 2022. Ini menandai peningkatan pertama sejak September 2020.
Faktanya, harga daging babi mencatat lonjakan month-on-month bulan terbesar dalam catatan - naik 25,6 persen.
Menurut analis produk pertanian di Nanhua Futures, yakni Bian Shuyang, melonjaknya harga daging babi di China didorong oleh keengganan peternak untuk menjual dengan harapan bisa mematok harga yang lebih tinggi di masa mendatang.Â
Namun Bian memperkirakan, akan sulit harga daging babi untuk melampaui level di bulan Juli mengingat musim libur di bulan September dan Oktober mendatang akan membantu mendukung permintaan konsumen.
Menurut analis, produsen babi hidup sekarang beroperasi dengan keuntungan, indikasi lebih banyak pasokan yang akan datang.
Selain daging babi, harga buah dan sayuran di China juga melonjak di bulan yang sama, masing-masing naik 16,9 persen dan 12,9 persen dari tahun lalu, menurut Biro Statistik Nasional.
"Harga bahan pokok non-makanan sebenarnya turun di bulan Juli (sebesar 0,1 persen) dari level di bulan Juni, yang mencerminkan permintaan yang lemah," ungkap Zhiwei Zhang, presiden dan kepala ekonom Pinpoint Asset Management, dalam sebuah catatan.
"Wabah Covid-19 di banyak kota dan kurangnya stimulus kebijakan lebih lanjut mungkin telah menyebabkan pertumbuhan yang lebih lemah pada bulan Juli," bebernya.