Sukses

Waduh! Ada Hoaks Besar soal Ekonomi Indonesia, Apa Itu?

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia meminta masyarakat untuk tidak mempercayai kabar soal ekonomi Indonesia berada di ujung resesi.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia meminta masyarakat untuk tidak mempercayai kabar soal ekonomi Indonesia berada di ujung resesi. Menurutnya, informasi tersebut adalah berita bohong atau hoaks.

"Bapak-Ibu jangan percaya isu-isu yang seolah-olah ekonomi Indonesia di ujung resesi. Itu hoaks besar. Itu adalah orang kufur nikmat," ujarnya dalam acara Pemberian Nomor Induk Berusaha (NIB) kepada UMK di Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (11/8).

Bahlil menerangkan, saat ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia justru menjadi salah satu yang terbaik di dunia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekonomi Indonesia triwulan II-2022 terhadap triwulan II-2021 tumbuh sebesar 5,44 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Selain itu, tingkat inflasi di Indonesia juga masih terjaga dengan baik dibandingkan Amerika Serikat (AS) maupun sejumlah negara maju di Eropa. Dia mencatat, laju inflasi tahunan Indonesia pada Juni 2022 mencapai 4,35 persen yoy.

"Di negara G20 itu inflasi di atas 5 persen. Amerika di atas 7 persen, Inggris 9 persen lebih, Turki 70 persen lebih, Indonesia di kuartal II-2022 terkendali di angka 4,35 persen," ucapnya.

Terakhir, realisasi investasi di Tanah Air juga masih tumbuh positif di tengah tekanan geopolitik dunia akibat konflik Rusia dan Ukraina maupun gesekan antara China dan Taiwan. Hal ini tercermin dari realisasi investasi pada kuartal II/2022 mencapai Rp302,2 triliun.

Angka ini tumbuh sebesar 35,5 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. "Dan ini (investasi) membuat penciptaan lapangan kerja terjadi," pungkasnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Ekonomi Indonesia Disebut Bakal seperti Sri Lanka, Menteri Bahlil: Hoaks!

Sebelumnya, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia meminta masyarakat tidak termakan kabar burung mengenai risiko krisis yang bakal dihadapi Indonesia. Apalagi yang menghubungkan kondisi ekonomi Sri Lanka dengan Indonesia tidak jauh berbeda.

"Jangan dengar, ekonomi Indonesia yang dihadapkan resesi, apalagi orang yang mengaitkan dengan Sri Lanka, ini terlalu jauh," kata Bahlil dalam acara Pemberian NIB Pelaku UMKM Perseorangan di Medan, Sumatera Utara, Kamis (21/7).

Bahlil mengatakan kondisi ekonomi Indonesia jauh lebih baik dari Sri Lanka. Tercermin dari pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2022 yang tumbuh 5 persen.

Dia meyakini pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2022 akan tumbuh lebih tinggi karena realisasi investasi yang naik signifikan pada periode yang sama.

"Q2 ini bisa tumbuh lagi karena realisasi investasi kita tumbuh 39 persen (yoy) dan tumbuh 7 persen (qtq)," kata dia.

Sehingga dia menegaskan ekonomi Indonesia akan baik-baik saja meskipun kondisi ekonomi global tengah bergejolak.

"Jadi sangat hoaks kalau ekonomi Indonesia di ujung persoalan. Kita harus yakin, percaya diri dan optimis untuk menuju pulau kebersamaan dan kesejahteraan," pungkasnya.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Tenang, Indonesia Masih Jauh dari Jurang Krisis Ekonomi

Anggota Komisi XI DPR RI Kamrussamad memandang Indonesia tak akan masuk ke jurang krisis ekonomi. Meskipun berbagai negara diprediksi terdampak dengan adanya krisis ekonomi global yang dipicu oleh memanasnya kondisi geopolitik global.

Kendati begitu, ada hal yang perlu dijaga oleh pemerintah Indonesia. Salah satunya berkaitan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi pada kuartal III dan kuartal IV yang harus dijaga tetap positif.

“Resesi ekonomi indonesia tahun ini bisa dipastikan masih relatif aman, jika Pertumbuhan ekonomi Q3 dan Q4 masih Positif. Tentu hal tersebut akan dipengaruhi oleh supply dan demand,” katanya kepada Liputan6.com, dikutip Kamis (21/7/2022).

Politisi dari Partai Gerindra itu mengamini resesi ekonomi yang terjadi di sejumlah negara bisa berdampak pada Indonesia. Apalagi dengan status Amerika Serikat yang saat ini telah masuk ke resesi.

“Kita akan lihat dampaknya terhadap Tiongkok dan beberapa negara Asia yang merupakan mitra utama dagang Indonesia,” terangnya.

Adanya kenaikan komoditas global turut mempengaruhi tingkat ekonomi sejumlah negara. Meski begitu Kamrussamad memandang Indonesia masih diuntungkan, karena Indonesia menjadi salah satu penghasil komoditas yang diminati dunia.

Dua hal yang paling diminati adalah sektor energi. Yakni, batu bara dan minyak kelapa sawit. Walaupun untuk penyaluran Crude Palm Oil (CPO) tengah diupayakan untuk ditingkatkan.

“Saat ini indonesia masih diuntungkan oleh harga komoditas dunia meningkat sehingga neraca perdagangan meningkat positif,” ujarnya. 

4 dari 4 halaman

Menguntungkan

Ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah optimistis Indonesia jauh dari jurang krisis ekonomi. Meski sejumlah negara di dunia saat ini tengah dihadapkan oleh ancaman krisis yang melanda akibat berbagai sebab.

Misalnya, Sri Lanka yang belakangan di label sebagai negara bangkrut. Bahkan, menyebabkan kerusuhan yang melanda negaranya tersebut.

“Ekonomi Indonesia didukung kekayaan sumber daya alam yang berlimpah, kenaikan harga komoditas saat ini menjadi beban bagi banyak negara lain justru menjadi limpahan berkah bagi Indonesia, Penerimaan pemerintah mencatatkan kenaikan yang cukup signifikan selama periode booming harga komoditas. Hal ini tidak dialami oleh Sri Lanka,” ujar Piter kepada Liputan6.com, Rabu (20/7/2022).

Di sisi usaha, ekonomi Indonesia ditopang oleh sejumlah perusahaan pelat merah dan swasta yang sama-sama dinilai berkelas dunia. Sehingga ini jadi salah satu aspek penting dalam menjaga kestabilan ekonomi nasional.

“Indonesia punya Pertamina, Inalum, Telkom, Bank Mandiri, Bank BCA, Medco, hingga Indofood, yang kiprahnya tidak hanya diakui di dalam negeri tetapi juga global. Semuanya aktif memutar perekonomian Indonesia menghasilkan output nasional sekaligus menjadikan Indonesia termasuk 20 besar ekonomi dunia,” paparnya.

Dari sisi kebijakan, Piter memandang Indonesia memiliki kebijakan moneter dan fiskal yang terencana dengan cukup baik. Sehingga utang pemerintah juga tidak pernah melewati 60 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

“Dengan kinerja perekonomian yang konsisten, didukung kedisiplinan pemerintah mengelola fiskal, investor asing dan domestik tidak pernah kehilangan keyakinannya untuk membeli surat utang Indonesia, fiskal terjaga dengan terus berputarnya utang pemerintah,” bebernya.