Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, angka inflasi di Amerika Serikat (AS) mulai terkendali. Inflasi AS per Juli 2022 turun menjadi 8,5 persen dari sebelumnya 9,1 persen. Hal ini membuat semua negara di dunia bisa bernafas lega.
Sebelumnya, tingginya angka inflasi AS membuat sejumlah negara kelimpungan. Tingkat inflasi yang melonjak tinggi menjadi awal hitam bagi perekonomian negara-negara dunia, tak terkecuali Indonesia.
Baca Juga
"Inflasi di AS sudah turun," kata Airlangga Hartarto di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat, Kamis (11/8/2022).
Advertisement
Turunnya inflasi tersebut kata Airlangga menjadi sinyal baru bagi ekonomi dunia. Sebab tekanan global akan berkurang dan menjadi titik baru untuk makin memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional.
"Sehingga tekanan global ada relaksasi dan terlihat semuanya tidak gelap tapi ada lebih terang lagi," ungkapnya.
Kondisi global tersebut membuatnya makin optimis ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5,2 persen sepanjang tahun 2022. Tingkat inflasi inti juga masih bisa terkendali dalam negeri.
"Suku bunga Bank Indonesia relatif terjaga landai sehingga gerak ekonomi bisa tumbuh 5,2 persen," katanya.
Apalagi per kuartal II-2022 ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5,44 persen. Kasus Covid-19 juga cukup terkendali dengan tingkat kasus yang melandai.
Selain itu kesiapan rumah sakit menampung pasien Covid-19 juga semakin membaik. Terlebih, Indonesia telah mengembangkan telemedicine yang memungkinkan pasien mendapatkan resep obat tanpa harus melakukan pertemuan langsung dengan dokter atau tenaga medis.
"HaloDoc dan kawan-kawannya ini bisa menggunakan telemedicine yang bisa mempercepat pelayanan kepada pasien yang isolasi mandiri dan semua obatnya gratis dari pemerintah," kata dia.
Hal ini pun yang membuat penyebaran virus baru corona, yakni varian BA4 dan BA5 tidak terlalu mengganggu tren pemulihan ekonomi. "Ini yang bikin penyebaran BA4 dan BA5 lebih cepat dan faskes (fasilitas kesehatan) kita masih cukup," pungkas Airlangga Hartarto.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Inflasi Amerika Serikat 8,5 Persen di Juli 2022
Inflasi di Amerika Serikat mulai mereda, setelah penurunan biaya bensin membantu mengurangi kecepatan.
Dilansir dari BBC, Kamis (11/8/2022) AS melaporkan tingkat inflasi Amerika Serikat 8,5 persen untuk bulan Juli 2022, turun dari 9,1 persen yang tercatat pada bulan Juni, menurut Departemen Tenaga Kerja negara itu.
Harga bensin di AS telah turun hingga 7,7 persen dibandingkan dengan bulan Juni, ketika harga di SPBU telah mencapai rekor tertinggi rata-rata lebih dari 5 dolar per galon.
"Ini belum berarti penurunan inflasi yang diharapkan (bank sentral AS). Tapi ini adalah permulaan dan kami berharap akan melihat tanda-tanda yang lebih luas dari pelonggaran tekanan harga selama beberapa bulan ke depan," kata Paul Ashworth, Kepala Ekonom AS di Capital Economics.
AS telah menghadapi kenaikan biaya pangan dan energi sejak tahun lalu, didorong oleh permintaan yang kuat dari konsumen.
Pada saat yang sama, lockdown terkait pandemi di China, perang Rusia-Ukraina, dan tantangan lobal lainnya telah membebani pasokan barang, termasuk kebutuhan seperti minyak dan gandum.
Selama 12 bulan terakhir, harga bahan makanan di AS telah melonjak 13,1 persen, menandai kenaikan tahunan terbesar sejak 1979.
Naiknya harga kopi mendorong biaya tersebut lebih mahal pada Juli 2022, melonjak 3,5 persen sejak Juni.
Seorang mahasiswi berusia 21 tahun dari Massachusetts, yakni Aquinnah Rank, mengungkapkan bahwa dia berusaha mengurangi pengeluaran di tengah melonjaknya harga makanan.
Aquinnah, yang di sebuah restoran selama musim panas, tengah berusaha mencari pekerjaan setelah lulus dari universitas untuk mendukung biaya hidupnya, di tengah kenaikan biaya bahan makanan dan sewa yang semakin mahal.
"Gaji belum naik dengan cepat, jadi itu pasti mengkhawatirkan," katanya.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Harga Emas Dunia Makin Kinclong Seiring Jinaknya Inflasi AS
Harga emas naik tipis dalam perdagangan pada perdagangan Rabu setelah pembacaan inflasi AS yang relatif jinak mendorong spekulasi bahwa Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) diprediksi tidak menaikkan suku bunga yang agresif.
Dikutip dari CNBC, Kamis (11/8/2022), harga emas dunia hari ini di pasar spot gold naik 0,2 persen menjadi USD 1.797,29 per ounce, tetapi melepaskan beberapa kenaikan setelah naik ke level tertinggi sejak 5 Juli setelah data CPI.
Sedangkan harga emas berjangka AS sedikit berubah pada USD 1.813,00.
Harga konsumen AS tidak naik pada bulan Juli, karena penurunan tajam untuk harga bensin. Indeks Harga Konsumen (IHK) tidak berubah bulan lalu setelah naik 1,3 persen pada bulan Juni.
“Emas awalnya memiliki reaksi spontan setelah data inflasi menjinakkan karena investor memperkirakan Fed yang kurang agresif. Tapi, kemudian mereka menyadari bahwa data itu jinak,” kata Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals.
“Postur teknis jangka pendek untuk pasar emas telah berubah lebih bullish baru-baru ini, yang mengundang pembeli spekulatif. Target harga naik berikutnya untuk bulls adalah level USD 1.850 dan di atasnya, USD 1.900.”
Emas yang tidak memberikan imbal hasil cenderung baik di lingkungan suku bunga rendah.
“Faktor besar berikutnya untuk pasar emas adalah komentar pejabat Fed dan petunjuk tentang jalur kenaikan suku bunga,” kata Direktur Perdagangan Logam High Ridge Futures, David Meger.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com