Liputan6.com, Jakarta - Survey terbaru menunjukkan adanya perpindahan para jutawan atau masyarakat berpenghasilan tinggi ke sejumlah negara menjadi tren terbaru selama pandemi.Â
Dilansir dari South China Morning Post, Senin (15/8/2022) survey berjudul Henley Global Citizens Report ini dibuat lembaga penasihat kependudukan internasional dan kewarganegaraan Henley & Partners, dan firma kekayaan intelijen New World Wealth.Â
Baca Juga
Laporan Henley Global Citizens mengungkapkan, eksodus terbesar di antara penduduk berpenghasilan tinggi terjadi di Rusia dan Ukraina.
Advertisement
Selain itu, disebutkan juga bahwa sejumlah miliarder dan investor kaya tidak lagi menjadikan Inggris dan AS sebagai tujuan tempat tinggal mereka.
CEO Henley & Partners, yakni Dr Juerg Steffen mengatakan bahwa migrasi penduduk berpenghasilan tinggi menjadi tren yang meningkat selama dekade terakhir hingga turun pada 2020 dan 2021 karena Covid-19.
Dia pun menambahkan bahwa perkiraan 2022 "mencerminkan lingkungan yang sangat tidak stabil di seluruh dunia".
"Pada akhir tahun, 88.000 jutawan diperkirakan telah pindah ke negara baru, 22.000 lebih sedikit dari tahun 2019," kata Steffen.
"Tahun depan, arus migrasi jutawan terbesar yang tercatat diprediksi – 125.000 – karena investor kaya dan keluarga mereka dengan sungguh-sungguh mempersiapkan situasi baru dunia pasca-Covid-19, dengan penataan ulang tatanan global yang belum terungkap, dan tatanan global yang selalu ada serta ancaman perubahan iklim," bebernya.
Adapun Andrew Amoils, kepala penelitian di New World Wealth yang mengungkapkan bahwa individu dan keluarga kaya kini semakin tertarik untuk pindah ke wilayah atau negara dengan tingkat kejahatan yang rendah, tarif pajak yang kompetitif, dan peluang bisnis yang menarik.
Pajak Tinggi, Migrasi Orang Kaya Paling Banyak Terjadi di Inggris dan AS
Laporan Henley Global Citizens mengungkapkan, Inggris menjadi negara yang melihat arus keluar jutawan terbesar, di mana 1.500 jutawan diprediksi keluar dari negara itu di tahun 2022.
"Tren ini dimulai lima tahun lalu ketika pemungutan suara Brexit dan kenaikan pajak membuat lebih banyak penduduk berpenghasilan tinggi meninggalkan negara itu daripada masuk untuk pertama kalinya," jelas Amoils, kepala penelitian di New World Wealth.
Daya tarik AS di antara jutawan juga berkurang dengan cepat, lanjut Amoils.
"Amerika khususnya kurang populer di kalangan jutawan yang bermigrasi hari ini daripada masa-masa sebelum Covid-19, mungkin sebagian karena ancaman pajak yang lebih tinggi," katanya.
"Negara ini masih menarik lebih banyak orang kaya daripada yang hilang dari emigrasi, dengan aliran masuk bersih sebesar 1.500 yang diproyeksikan untuk tahun 2022, meskipun ini merupakan penurunan yang mengejutkan sebesar 86 persen dari level 2019, yang melihat aliran masuk bersih sebanyak 10.800 jutawan," beber Amoils.
Advertisement
Uni Emirat Arab Jadi Destinasi Rumah Baru Orang Kaya
Laporan tersebut juga melihat ke mana arah para jutawan berpindah, dengan Uni Emirat Arab (UEA) sebagai destinasi yang paling diminati.
Dominic Volek, kepala grup klien pribadi di Henley & Partners, mengatakan UEA diperkirakan akan melihat arus masuk orang kaya paling tinggi secara global di tahun 2022, dengan perkiraan 4.000 kedatangan.
Jumlah itu menandai peningkatan dramatis sebesar 208 persen pada arus masuk bersih pada tahun 2019 sebesar 1.300 kedatangan.
"Ini mencerminkan peningkatan luar biasa negara itu dalam peringkat Henley Passport Index selama dekade terakhir karena berfokus pada menarik pariwisata dan perdagangan dengan menerapkan serangkaian keringanan visa yang saling menguntungkan," kata Volek.
"UEA sekarang melakukan hal yang sama dengan pendekatannya yang kompetitif dan gesit untuk mengadaptasi peraturan imigrasi untuk menarik kekayaan, modal, dan bakat swasta," ungkapnya.
Adapun ingapura, yang menjadi negara yang paling menonjol di Asia dengan 2.800 kedatangan jutawan tahun ini, meningkat 87 persen dibandingkan dengan 1.500 kedatangan pada tahun 2019.