Sukses

Pariwisata jadi Kunci Bangkitkan Ekonomi Bali Usai Terpuruk Akibat Covid-19

Pandemi Covid-19 membuat pariwisata Bali terpuruk. Diperlukan upaya strategis pemerintah bersama semua stakeholder untuk memulihkan pariwisata yang menjadi tonggak perekonomian Bali.

Liputan6.com, Jakarta Pandemi Covid-19 membuat pariwisata Bali terpuruk. Diperlukan upaya strategis pemerintah bersama semua stakeholder untuk memulihkan pariwisata yang menjadi tonggak perekonomian Bali.

Hal tersebut disampaikan oleh advokat, kurator dan pengurus dari Wibhisana & Partner, Yudhi Wibhisana, pada acara talkshow Bankruptcy dan Restructuring Forum 2022 dengan tema Recover (Bali) Together : Menanti Solusi Pemulihan dan Kelangsungan Usaha yang diselenggarakan oleh The Calixto bekerjasama dengan KADIN Bali, PHRI Bali, PERBARINDO dan Rekan rekan Sejawat yang fokus pada pemulihan ekonomi Bali, di kawasan Sanur, Bali.

"Setidaknya mengembalikan kondisi ekonomi seperti tahun 2019 dimana kunjungan wisatawan domestik ke Bali mencapai 10,5 juta dan wisatawan mancanegara mencapai 6,3 juta," kata Yudhi Wibhisana dikutip Sabtu (13/8/2022).

Yudhi menjelaskan, Bali merupakan etalase pariwisata Indonesia, oleh karena itu wajar bila pemerintah khususnya pusat sangat memperhatikan kondisi Bali saat ini.

"Jika ini berhasil, maka pertumbuhan ekonomi Bali akan mencapai 5,3 persen, melebihi pertumbuhan ekonomi nasional dengan kontribusi sektor pariwisata (sektor tersier) mencapai 61 persen dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDBR) Bali," imbuh Yudhi.

Sebelumnya, Wakil Gubernur Bali, Prof Dr. Tjok Oka A.A. Sukawati yang biasa dipanggil Cok Ace, juga menyampaikan kondisi perekonomian Bali sempat menjadi yang terendah di Indonesia akibat pandemi.

Dirinya berharap upaya dari seluruh stakeholder dapat mengembalikan perekonomian Bali seperti sebelum pandemi. “Karena diperlukan upaya dari berbagai pihak yang intinya bagaimana menyelamatkan ekonomi Bali,” harapnya.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Pintu Masuk Bali Dibuka Jadi Ajang Kebangkitan Ekonomi

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Republik Indonesia Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, dibukanya pintu masuk penerbangan internasional ke Bali akan menjadi salah satu upaya pemulihan ekonomi Pulau Dewata. Selain itu, juga akan menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih luas.

"Tidak hanya bagi masyarakat Bali, tapi Indonesia secara keseluruhan," kata Sandiaga Uno dalam keterangan pers yang diterima Liputan6.com, Jumat (4/2/2022).

Menurutnya, perekonomian Bali menjadi sangat terdampak dengan adanya pandemi Covid-19. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Bali pada pada kuartal I hingga kuartal III tahun 2021, mengalami kontraksi sedalam 3,43 persen. 

"Sudah hampir dua tahun Bali mengalami kontraksi yang sangat signifikan. Mengingat pertumbuhan ekonomi Bali sebagai salah satu tulang punggung pariwisata kita," ujarnya.

Untuk diketahui, tahun 2019 penerimaan devisa pariwisata Bali mencapai 5,59 miliar dollar AS atau sekitar 28,8 persen dari penerimaan devisa nasional sebesar 19,35 miliar dollar AS. 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 3 halaman

Kebangkitan Ekonomi Bali

Menparekraf menyebut, dengan dibukanya penerbangan internasional ke Bali, yang ditandai dengan mendaratnya pesawat Garuda Indonesia dari Bandara Narita ke Bandara I Gusti Ngurah Rai, diharapkan menjadi langkah awal kebangkitan ekonomi Bali dan Indonesia.

Tak hanya itu, juga sebagai salah satu upaya pemerintah dalam menyukseskan berbagai event-event berskala internasional yang akan digelar di Bali dan beberapa kota-kota lainnya di Indonesia, seperti KTT G20, MotoGP, dan ASEAN Summit 2023.

Provinsi Bali dinilai siap menerima wisatawan mancanegara, lantaran angka vaksinasi yang terbilang tinggi. Untuk vaksinasi dosis pertama sudah mencapai 114,62 persen, kemudian vaksinasi dosis kedua sudah 102,40 persen. Sementara, untuk vaksinasi booster baru berkisar 8,38 persen.