Sukses

Mengkhawatirkan! Kesadaran Investasi Warga RI Masih Rendah

Kesadaran terhadap tabungan dalam bentuk investasi merupakan sikap penting untuk mencapai kebebasan finansial saat usia pensiun.

Liputan6.com, Jakarta OCBC NISP Bank meluncurkan OCBC Financial Fitness Index 2022. Retail Proposition Division Head Bank OCBC NISP, Chinni Yanti Tjhin menyampaikan peluncuran indeks ini sebagai respon OCBC NISP atas minimnya kesadaran masyarakat terhadap produk investasi.

Merujuk hasil survei dari NielsenIQ Indonesia yang berkolaborasi dengan OCBC NISP, menunjukan dari total 1.335 responden dengan rentang usia 25-35 tahun, yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, Makasar, Surabaya, dan Medan, hanya 9 persen saja yang memiliki tabungan dalam bentuk investasi.

"Sedikitnya generasi muda yang menabung dan berinvestasi secara terstruktur merupakan kondisi yang mengkhawatirkan," kata Chinni saat konferensi pers di kawasan Jakarta Pusat, Senin (15/8).

Padahal, ujar Chinni, bahwa memiliki kesadaran terhadap tabungan dalam bentuk investasi merupakan sikap penting untuk mencapai kebebasan finansial saat usia pensiun.

Dia menambahkan, jika memiliki tabungan konvensional saja tidak cukup untuk mencapai aspirasi keuangan. Justru, menurutnya, di usia produktif, merupakan masa yang penting bagaimana agar uang bekerja untuk pribadi.

Lagipula, menurut Chinni uang hanya terparkir pada instrumen tabungan konvensional, nilainya akan tergerus pads inflasi yang terus mengalami kenaikan.

"Salah satu caranya adalah dengan segera mengambil sikap dengan mulai mengubah cara menabung dan berinvestasi sehingga kita dapat mewujudkan hal yang diimpikan dalam 5-10 tahun ke depan, seperti membeli rumah dan memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak,” ujarnya.

Pada konferensi pers tersebut ditayangkan survei data NielsenIQ Indonesia Financial Fitness Index 2022 menunjukan adanya peningkatan skor, dari 37,72 persen pada 2021, menjadi 40,06 pada 2022.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Kenaikan Skor

Meski terjadi kenaikan skor, sebanyak 76 persen masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan keuangan yang perlu dibenahi, seperti mengeluarkan uang demi mengikuti gaya hidup teman.

Dari total responden juga menunjukan sekitar 42 persen generasi merasa percaya diri bahwa perencanaan finansial mereka saat ini akan memberikan kesuksesan finansial di masa depan. Jumlah ini justru bertolak belakang, karena 80 persen dari 42 persen generasi muda tidak melakukan pencatatan anggaran, dan hanya 26 persen yang memiliki dana darurat.

Bahkan, hanya 9 persen dari generasi muda yang telah memiliki produk investasi seperti reksadana, saham, dan tabunganberjangka.

Selain itu, hanya 17 persen yang sudah memiliki pendapatan pasif, 8 persen yang menggunakan uang sesuai anggaran dan hanya 22 persen yang benar-benar paham mengenai produk investasi yang mereka miliki.

Financial Fitness Index 2022 nantinya akan hadir pada aplikasi NYALA, pada September nanti.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Warga RI Makin Rajin Menabung dan Investasi

Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa, mengatakan dalam 2 tahun terakhir minat menabung dan investasi masyarakat Indonesia mengalami kenaikan yang cukup pesat.

“Pandemi menjadi momentum bagi masyarakat untuk semakin sadar akan pentingnya memiliki dana darurat, dan pentingnya melakukan investasi,” kata Purbaya dalam LIKE IT : Sustain Habit in Investing, Invest in Sustainable Instruments, Jumat (12/8/2022).

Enam+08:01Liputan6 Update: Harga Mi Instan Dikabarkan Bakal Naik 3 Kali Lipat Purbaya mencatat, dana simpanan yang ada di sistem perbankan mengalami pertumbuhan yang baik. Data bulan Juni 2022 menunjukkan bahwa simpanan masyarakat mampu tumbuh sebesar 9,1 persen secara tahunan.

Selain menyimpan dana di perbankan, masyarakat juga tertarik untuk melakukan investasi di pasar modal. Ini bisa dilihat dari jumlah investor pasar modal yang tumbuh pesat selama pandemi, per bulan Juli 2022 jumlah investor kita mencapai 9,3 juta investor.

“Peningkatan ini terjadi di semua jenis investor, baik investor saham, investor reksa dana maupun investor SBN. Hal yang menarik perhatian adalah dari sisi demografi basis investor di Indonesia didominasi oleh generasi muda yang berusia dibawah 30 tahun,” ujarnya.

Jumlah investor muda tersebut mencapai 59,4 persen dari total investor individu di Indonesia. Purbaya menegaskan, data ini semakin menegaskan bahwa tren investasi kini semakin inklusif di mana banyak generasi muda mulai sadar akan investasi.

“Opsi-opsi yang mereka miliki juga beragam, mulai dari produk-produk yang mungkin telah dikenal luas seperti tabungan dan deposito juga produk-produk investasi di pasar modal, seperti saham dan obligasi,” katanya.

 

4 dari 4 halaman

Perlu Dibentengi

Namun demikian minat masyarakat yang tinggi untuk berinvestasi terutama pada generasi muda ini perlu dibentengi dengan pemahaman literasi yang baik. Tujuannya agar masyarakat mengambil investasi sesuai dengan kapasitas risiko yang mampu ditanggungnya.

Oleh karena itu, LPS bersama-sama anggota forum koordinasi pembiayaan pembangunan melalui pasar keuangan lainnya yaitu Kementerian keuangan, Bank Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan turut mendukung diselenggarakannya kegiatan literasi keuangan Indonesia terdepan atau Like It.

Lebih lanjut, dalam rangka mendukung perluasan basis investor ritel serta pendalaman pasar keuangan domestik dalam pembiayaan pembangunan ekonomi. LPS sebagai bagian dari regulator pada industri perbankan hadir untuk memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan nasional.

Saat ini semua bank yang beroperasi Indonesia telah menjadi peserta penjaminan LPS, baik bank umum maupun bank perkreditan rakyat. Nilai simpanan yang dijamin LPS maksimal sebesar Rp 2 miliar per nasabah perbank dengan beberapa persyaratan yang disebut dengan 3T.

3T yang pertama adalah tercatat dalam pembukuan bank. Kedua, tingkat bunga simpanan tidak melebihi tingkat bunga penjaminan. Ketiga, tidak ikut menyebabkan Bank menjadi gagal misalnya memiliki kredit macet.

“Sebagai bagian dari program peningkatan basis investor ritel, LPS akan berkontribusi melalui berbagai kegiatan sosialisasi. Peningkatan literasi keuangan ini penting dilakukan karena terbatasnya edukasi mengenai penjaminan dan masih banyaknya korban di masyarakat,” ujarnya.