Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2023 pada level 5,3 persen. Angka ini mencerminkan sikap pemerintah yang kurang optimis. Di mana sebelumnya pertumbuhan ekonomi tahun depan diperkirakan mencapai 5,9 persen.
“Untuk tahun depan pertumbuhan ekonominya masih mentok di kisaran 5 persen. Pemerintah sepertinya kurang optimis karena tidak menempatkan target di angka 5,9 persen,” kata Ekonom Indef Ahmad Heri Firdaus dalam Diskusi Publik INDEF, Selasa (16/8/2022).
Baca Juga
Hal senada diutarakan Direktur INDEF, Tauhid Ahmad yang menyimpulkan bahwa pemerintah mengambil preferensi batas bawah dari perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun depan pada kisaran 5,3—5,9 persen. Menurutnya, perkiraan itu mengindikasikan kondisi ekonomi Indonesia tahun depan masih diselimuti ketidakpastian
Advertisement
“Tahun depan tampaknya masih jadi tahun yang kritis dibayangi krisis Rusia ditujukan dengan ICP sekitar USD 90 per barel dan bayang-bayang inflasi 3,3 persen pada 2023,” kata Tauhid.
Di sisi lain, Ekonom CORE Indonesia, Piter Abdullah menilai pertumbuhan ekonomi 5,3 persen bukan PR besar bagi pemerintah. Pasalnya, ketahanan ekonomi Indonesia saat ini lebih ditopang oleh konsumsi dan investasi.
“Konsumsi secara naturalnya tumbuh di kisaran 5 persen dan akan diikuti oleh pertumbuhan ekonomi di kisaran 5 persen juga. Artinya, tidak diperlukan extra effort utk mengejar pertumbuhan 5,3 persen di tahun depan,” kata Piter saat dihubungi Liputan6.com dalam kesempatan berbeda.
Adapun faktor penting yang perlu dijaga yakni terkait bagaimana mempertahankan momentum pemulihan ekonomi. Kemudian menjaga agar pandemi tidak kembali merebak hingga menyebabkan pengetatan. Di saat bersamaan, pemerintah perlu menjaga dan memastikan sistem keuangan negara tidak terganggu oleh normalisasi kebijakan dan gejolak global.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Jokowi Targetkan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5,3 Persen di 2023
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun 2023 sebesar 5,3 persen. Target tersebut disesuaikan dengan pertimbangan dinamika perekonomian nasional terkini.
Hal itu disampaikan dalam pembukaan pidato Nota keuangan di Gedung DPR/MPR RI, Selasa (16/8/2022).
“Dengan mempertimbangkan dinamika perekonomian nasional terkini, agenda pembangunan yang akan kita capai, serta potensi risiko dan tantangan yang kita hadapi, maka asumsi dasar ekonomi makro sebagai landasan penyusunan RAPBN 2023 adalah pertumbuhan ekonomi 2023 diperkirakan sebesar 5,3 persen,” kata Jokowi.
Jokowi optimis, pihaknya akan berupaya maksimal dalam menjaga keberlanjutan penguatan ekonomi nasional. Melalui ekspansi produksi yang konsisten akan terus didorong untuk membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya.
Disisi lain, berbagai sumber pertumbuhan baru harus segera diwujudkan. Pelaksanaan berbagai agenda reformasi struktural terus diakselerasi untuk transformasi perekonomian. Kemudian, investasi harus dipacu serta daya saing produk manufaktur nasional di pasar global, harus ditingkatkan.
“Dengan semakin kuatnya sektor swasta sebagai motor pertumbuhan, maka manajemen kebijakan fiskal dapat lebih diarahkan untuk menciptakan keseimbangan antara perbaikan produktivitas dan daya saing, dengan menjaga kesehatan dan keberlanjutan fiskal untuk menghadapi risiko dan gejolak di masa depan,” ujarnya.
Menurut Jokowi, bauran kebijakan yang tepat, serta sinergi dan koordinasi yang semakin erat antara otoritas fiskal, moneter, dan sektor keuangan akan menjadi modal yang kuat dalam rangka akselerasi pemulihan ekonomi nasional serta penguatan stabilitas sistem keuangan.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Inflasi
Sementara itu, Pemerintah juga akan tetap menjaga inflasi pada kisaran 3,3 persen. Kebijakan APBN akan tetap diarahkan untuk mengantisipasi tekanan inflasi dari eksternal, terutama inflasi energi dan pangan.
“Asumsi inflasi pada level ini juga menggambarkan keberlanjutan pemulihan sisi permintaan, terutama akibat perbaikan daya beli masyarakat,” ujarnya.
Selanjutnya, rata-rata nilai tukar Rupiah diperkirakan bergerak di sekitar Rp 14.750 per US Dollar dan rata-rata suku bunga Surat Utang Negara 10 tahun diprediksi pada level 7,85 persen.
Demikian, harga minyak mentah Indonesia (ICP) diperkirakan akan berkisar pada USD 90 per barel. Di sisi lain, lifting minyak dan gas bumi diperkirakan masing-masing mencapai 660 ribu barel per hari dan 1,05 juta barel setara minyak per hari.