Liputan6.com, Jakarta Panglima Kodam (Pangdam) XIV Hasanuddin, Mayjen TNI Andi Muhammad, menjamin stabilitas Objek Vital Nasional (Obvitnas) dan Program Proyek Strategis Nasional (PSN) fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel yang sedang dibangun PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) Group di blok Lapao-pao, Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Langkah ini sebagai komitmen TNI untuk memastikan investasi hilirisasi nikel yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) berjalan sesuai target.
Baca Juga
"Setiap ada Obvitnas dan PSN, secara tidak langsung itu merupakan tugas TNI untuk menjamin stabilitas keamanannya. TNI harus selalu melindungi proyek-proyek nasional yang bersifat strategis demi kemaslahatan orang banyak," kata Mayjen TNI Andi Muhammad, Rabu (17/8/2022).
Advertisement
Menurut dia, sebagai asset vital nasional, proyek smelter nikel di blok Lapao-pao ini wajib untuk dilindungi karena proyek ini didukung penuh oleh negara. Apalagi, CNI Group merupakan satu-satunya Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
Saat ini, kata Andi Muhammad, terdapat sejumlah investasi smelter di wilayah Sulawesi Tenggara yang juga masuk daftar Proyek Strategis Nasional, namun sebagian besar merupakan milik Penanaman Modal Asing (PMA).
Untuk memastikan agar proyek smelter nikel CNI Group beroperasi sesuai target pada 2024, ia menekankan tiga pendekatan.
Pertama, pendekatan kemakmuran (prosperity). Pendekatan ini fokus pada agenda penguatan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat.
"Kita lihat banyak bantuan, pembangunan masjid dan lainnya ini luar biasa. Kalau masyarakat sudah diayomi, dilindungi dan dilibatkan, pasti masyarakat sendiri yang menjaga perusahaan karena mereka berkepentingan," jelasnya.
Â
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pendekatan Lingkungan
Kedua, pendekatan lingkungan. Perusahaan berkewajiban untuk menjalankan komitmen lingkungan melalui penerapan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) agar aktivitas pertambangan tidak menimbulkan dampak ekologis.
Terakhir, pendekatan keamanan (security). "Kita ada disini akan membantu semaksimal mungkin CNI Group dalam menjalankan komunikasi sosial, demi menciptakan cipta kondisi mulai dari tingkat Koramil, Kodim, Korem dan Kodam," tegasnya.
Andi menegaskan, CNI Group sangat memenuhi prosedur dan sangat legal untuk dilindungi.
"Dalam penyukseskan Proyek Strategis Nasional, walaupun tidak diminta, TNI tetap akan menjaga dan mengawal keberlangsungan Proyek Strategis Nasional," serunya.
Sebagai referensi, WIUP CNI Group di blok Lapao-pao, merupakan lokasi strategis pembangunan smelter karena didukung ketersediaan bahan mentah nikel dari Iokasi tambang sendiri dan Terminal Khusus (Tersus) yang berada di pesisir pantai.
Â
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Teknologi
Dalam mengembangkan smelter, CNI Group menggunakan 2 teknologi, yakni teknologi Rectangular Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dengan kapasitas 4×72 MVA. Terdiri dari 4 Iajur produksi untuk mengolah bijih Nikel Saprolite dan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) untuk mengolah bijih Nikel Limonite (Bijih Nikel kadar lebih rendah) untuk menghasilkan baterai.
Rencana ini belum termasuk peluang pengembangan ke depan, mengingat CNI Group memiliki potensi deposit Nickel Laterite lebih dari 500 juta ton berdasarkan survey Geofisika dengan teknologi Geo-Penetrating Radar (GPR).
Total nilai investasi smelter keseluruhan diperkirakan mencapai USD 2,312 juta, yang akan dilakukan melalui beberapa tahapan.
Adapun smelter yang dikembangkan oleh CNI Group ini, ketika selesai akan memiliki kapasitas total sekitar 100.000 ton Nickel dan lebih dari 4.000 ton Cobalt setiap tahunnya. Terdiri dari 252.000 ton output dari Rectangular RKEF dalam bentuk Ferronickel dengan kandungan 22 persen Nickel di dalamnya dan dari pengolahan HPAL akan menghasilkan output 103.000 ton dalam bentuk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) yang di dalamnya terkandung 40.000 ton Nickel, dan lebih dari 4.000 ton Cobalt.