Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menggelar Festival Rupiah Berdaulat Bank Indonesia (FERBI) 2022. Acara ini sebagai persembahan rasa syukur atas anugerah kemerdekaan dan pencapaian hasil selama 77 tahun kemerdekaan Indonesia.
Gelaran ini berlangsung mulai hari ini, Jumat (19/8/2022), hingga 21 Agustus 2022 di Gelora Bung Karno (GBK) Hall Basket, Jakarta.
Baca Juga
Acara ini cukup mengundang antusiasme masyarakat karena di dalamnya diselenggarakan penukaran uang baru tahun emisi 2022 yang dimulai pada pukul 11.00 WIB. Untuk diketahui, pada Kamis kemarin pemerintah dan Bank Indonesia (BI) telah meluncurkan uang baru rupiah kertas emisis 2022.
Advertisement
Masyarakat yang ingin menukarkan uang baru emisi 2022 bisa menggunakan dua pilihan yang terdapat di FERBI. Pertama masyarakat bisa menggunakan aplikasi pintar Bank Indonesia dan memilih lokasi penukaran di Hall Basket Senayan GBK.
Kedua, apabila masyarakat tidak ingin menggunakan aplikasi tersebut bisa langsung menggunakan sistem Go Show atau datang langsung dan menukarkan di booth yang sudah disediakan.
Untuk sistem aplikasi Pintar Bank Indonesia, masyarakat bisa menukar uang maksimal Rp 1 juta dan kuota yang tersedia pun lebih banyak untuk Jumat ini mencapai 1000 kuota dan untuk di tanggal 20-21 Agustus kuota yang tersedia sebanyak 1.500 kuota.
Namun apabila kalian ingin menukarkan langsung dengan sistem Go Show, maksimal penukaran uang sebesar Rp 200 ribu dan kuota yang tersedia pada hari ini sebanyak 500 kouta.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kuota Habis
Hingga Jumat siang ini, kouta penukaran dengan sistem aplikasi pintar dan Go Show sudah habis. hal ini pun disampaikan oleh Mahasiswa GENBI Stai SEBI, Aulia (23) yang ingin menukarkan uangnya tetapi kuota sudah habis.
"Saya ingin menukarkan uang, tetapi cepat sekali habis kuotanya," ucap Aulia kepada Merdeka.com, Jumat (19/8/2022).
Ini menandakan bahwa antusias masyarakat yang ingin menukarkan uangnya menjadi uang baru sangatlah tinggi.
Terlihat mayoritas yang menukarkan uang baru adalah ibu-ibu dan bapak-bapak, bahkan dari siswa-siswa SD hingga SMA yang juga menukarkan uangnya ke uang baru emisi 2022.
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Terbitkan Uang Baru 2022, Bank Indonesia Dapat Masukan dari Tunanetra
Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) meluncurkan tujuh uang baru rupiah kertas tahun emisi 2022. Uang baru rupiah ini didesain dengan menerima masukan dari berbagai pihak seperti ahli sejarah, ekonom, tokoh masyarakat hingga tunanetra.
Kepala Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia (DPU BI) Marlison Hakim mengatakan, tunanetra memberikan masukan kepada BI untuk memberikan selisih ukuran dalam setiap uang pecahan yang dicetak. Hal ini agar mereka dapat membedakan nilai setiap uang pecahan tersebut.
Marlison menjelaskan, sebetulnya BI sudah memberikan blind code di setiap mata uang dengan sebuah garis yang tebal dan dalam setiap pecahan untuk mengenal pecahan.
Meskipun demikian, menurut kalangan tunanetra blind code saja tidak cukup untuk membedakan pecahan uang. Mereka mengungkapkan lebih bisa mengenal uang pecahan dari selisih ukuran. Dengan demikian, BI memberikan selisih ukuran dengan menggunakan ukuran global yaitu 5 mm.
"Sebelumnya selisih panjang antara pecahan itu 2 mm sekarang 5 mm. 5 mm ada berbagai latar belakang. rata-rata di berbagai negara termasuk negara tetangga selisihnya antara pecahan itu 5-7 mm kita ambil 5 mm, ukuran ini kami lebih memperhatikan aspek masukan terutama dari kalangan tunanetra," jelasnya.
Â
Benang Pengaman
Sementara itu, konsep dari pada penguatan rupiah emisi 2022 bank indonesia melakukan perubahan mata uang yaitu pada desain supaya lebih mudah dikenali masyarakat, serta pada benang pengamanan agar susah dipalsukan dan masa edar yang lebih lama.
Seperti contoh, evaluasi desain, masyarakat hingga saat ini sangat sulit untuk membedakan uang Rp 2000 dan Rp 20.000 terutama pada saat pencahayaan yang kurang.
Oleh karena itu Bank Indonesia meningkatkan kontras warna antara pecahan sehingga terlihat berbeda.
Evaluasi selanjutnya adalah masyarakat juga masih susah untuk membedakan antara gambar pahlawan dengan gambar watermark atau tanda air.
"Karena memang antara gambar pahlawan dan watermark ini beredar, masyarakat sulit menentukan mana yang asli mana yang tidak," terangnya.
 Reporter: Siti Ayu Rachma
Sumber: Merdeka.com
Advertisement