Sukses

Fenomena Bubble Burst, Hantu Menakutkan bagi Startup?

Bubble burst merupakan sebuah fenomena pertumbuhan ekonomi atau nilai pasar naik sangat cepat, khususnya harga aset namun diikuti oleh penurunan nilai yang cepat atau kontraksi.

Liputan6.com, Jakarta Fenomena bubble burst bukan hantu yang menakutkan bagi perusahaan rintisan di Indonesia (startup). Ini karena fundamental perusahaan rintisan di Indonesia masih cukup bagus.

Selain itu, eksosistem digital di Indonesia juga belum terlalu besar sehingga tidak terlalu terpengaruh terhadap fenomena bubble burst yang melanda di Amerika Serikat.

Bubble burst merupakan sebuah fenomena pertumbuhan ekonomi atau nilai pasar naik sangat cepat, khususnya harga aset namun diikuti oleh penurunan nilai yang cepat atau kontraksi. Pada umumnya gelembung yang disebabkan lonjakan harga aset didorong oleh perilaku pasar yang tinggi. Fenomena ini membuat sejumalh perusahaan rintisan di Indonesia berhenti operasi dan mem-PHK karyawan.

Managing Partners East Ventures Roderick Purwana mengatakan, kondisi yang dialami perusahaan rintisan di Indonesia saat ini dikarenakan banyak faktor antara lain krisis geopolitical yaitu perang di Ukraina serta proses pemulihan dari pandemi Covid-19.

“Kenapa orang bilang sekarang winter is coming, mungkin karena memang paralel dengan adanya krisis geopolitik di Ukraina, recovery pandemi. Implikasinya tidak terlalu besar ke Indonesia karena ekosistem digital yang masih tarif awal. Dampak yang terasa paling besar hanya ke ekspektasi valuasi perusahaan,” jelas Roderick dikutip Minggu (21/8/2022).

Roderick menambahkan, perjalanan perusahaan rintisan itu memang terjal dan bukan hanya saat ini saja. Kata dia, perusahaan rintisan perlu waktu untuk membuat produk dan diterima oleh pasar. Karena itu, perusahaan rintisan yang punya fundamental kuat tidak akan terpengaruh dengan fenomena bubble burst.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Revolusi Industri Keempat

CEO Katadata Indonesia Metta Dharmasaputra mengatakan, fenomena bubble burst yang menimpa perusahaan rintisan di Indonesia saat ini adalah bagian dari revolusi industri keempat.

Menurut Metta, transformasi digital justru terjadi ketika Covid-19 melanda dunia. Berdasarkan data dari Google Temasek, selama 2015-2019 populasi yang terhubung internet bertambah 100 juta. Sedangkan selama dua tahun pandemic bertambah 80 juta.

Kata Metta, pengguna internet akan bertambah terus. 9 dari 10 new digital consumer akan berlanjut dan yang menarik outlook ke depan wilayah Asia Tenggara akan masuki tahap decade digital. Nilai internet ekonomi pada 2021 mencapai USD 170 miliar dan bertambah menjadi USD 360 miliar pada empat tahun kemudian serta jadi USD 1 triliun pada 2030.

“Lalu di mana posisi Indonesia, Indonesia diperkirakan akan jadi pemain digital terbesar di Asia Tenggara angkanya pada 2020 berjumlah USD 47 miliar, pada 2021 menjadi USD 70 miliar dan diperkirakan pada 2025 menjadi 146 miliar dolar AS. Angka-angka ini membawa titik optimisme baru bahawa digital ekonomi akan terus mewarnai perekonomian Indonesia dan bubble burst bukan fenomena hantu yang menakutkan,” jelas Metta.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 3 halaman

Tahan fenomena bubble burst

Managing Partners Impactto.io Italo Gani mengatakan, perusahaan rintisan dengan fundamental yang baik akan bisa bertahan dari fenomena bubble burst. Kata dia, ini bukan kali pertama muncul istilah winter is coming karena pada 2016 juga sempat muncul kalimat tersebut.

Good company akan survive karena pada dasarnya startup itu kan mencari solusi dari suatu masalah. Dan, tiap startup memerlukan waktu yang berbeda-beda untuk bisa menawarkan produknya ke pasar dan bisa diterima. Contohnya Aruna, startup di bidang perikanan. Mereka perlu waktu lama sebelum akhirnya bisa ekspor ikan ke luar negeri,” ungkap Italo.

Koordinator Startup Digital Kementerian Komunikasi dan Informatika Sonny Sudaryana mengatakan, situasi yang dihadapi perusahaan rintisan di Indonesia dalam 6 bulan terakhir masih dalam taraf normal. Kata dia, Kominfo akan terus fokus menyiapkan infrastruktur internet sehingga perusahaan rintisan bisa memperluas pasar hingga ke seluruh wilayah di Indonesia.

“Kominfo akan bangun 500 BTS, fiber optic sepanjang 490 ribu kilometer yang menghubungkan wilayah timur, tengah dan barat serta memaksimalkan 5 satelit telekomunikasi nasional dan 4 tambahan yang kita sewa serta pengadaan Satria 1 yang operasi pada Q3 2023 serta Satria 2 pada 2024 dan Satria 3 pada 2030, tujuan utama adalah pemerataan internet di seluruh Indonesia,” ujar Sonny.