Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku telah menolak permintaan ekspor beras ke dua negara, yakni China dan Arab Saudi.
Masing-masing kuota beras yang diminta 2,5 juta ton untuk China dan Arab sebesar 100 ribu ton. "Ada krisis pangan peluang di pangan kalau jualan paling cepat sekarang pangan. Kemarin dari China minta beras 2,5 juta ton dari negara lain Saudi sebulan minta 100.000 ton beras saat ini kita belum berani kita stop dulu," jelas Jokowi di Jakarta, Selasa (23/8/2022).
Baca Juga
Permintaan ini menurut Jokowi sejatinya merupakan peluang di tengah dunia yang sedang terlanda krisis pangan.
Advertisement
Jokowi menilai, dalam kondisi sesulit apapun, sebenarnya peluang tetap terbuka. Seperti pada saat kondisi krisis pangan seperti saat ini, peluang tersebut bisa direbut para pengusaha nasional.
Kondisi yang ada diakui memang harus diwaspadai dan selalu berhati-hati dalam mengambil langkah. Namun ini dinilai jangan memunculkan sikap pesimisme.
Dia mencontohkan komoditas beras. Bila nanti produksi nasional meningkat pesat bisa membuka peluang ekspor dengan harga baik yang bisa dinikmati para pengusaha.
Jokowi pun bersyukur jika Indonesia telah berhasil mencapai swasembada beras. Justru di saat negara lain tengah kekurangan pangan.
Keberhasilan Indonesia dibuktikan dengan diberikannya sertifikat dari International Rice Research Institute. Ini menandakan sistem ketahanan pangan Indonesia baik.
"Patut kita syukuri dua minggu yang lalu sampaikan kepada kita sebuah sertifikat dari international rice research institute yang menyatakan bahwa ketahanan pangan kita baik dan swasembada beras kita sudah dimulai sejak 2019," jelas Jokowi.Â
Indonesia akan Ekspor Beras ke China Tahun Ini
Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau ID Food, Frans Marganda Tambunan menyampaikan, Indonesia akan melakukan ekspor beras ke China di tahun ini. Rencana ekspor beras ini telah dibahas bersama Kementerian Pertanian (Kementan) pada Juni lalu.
"Tujuannya (ekspor beras) ke China. Sekitar satu bulan lalu kami sudah berbicara dengan Kementan," kata Frans dalam acara Ngopi Bareng BUMN di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (22/8). Meski begitu, pihaknya masih menunggu kelanjutan rencana tersebut dari pihak Kementan terkait waktu pelaksanaan hingga jenis varietas yang akan di ekspor.
"Kami masih menunggu follow up-nya tentang (ekspor beras) tersebut," tekannya
Untuk menggenjot hasil panen beras, ID Food tengah memperkuat ekosistem pertanian yang mengintegrasikan petani dengan stakeholder melalui Program Makmur yang diinisiasi oleh PT Pupuk Indonesia (Persero).
"Program makmur ini adalah salah satu cara kita untuk membantu petani meningkatkan produktivitas. Dan tentu ujung-ujungnya meningkatkan kesejahteraan petani. Karena menurut kami satu-satunya cara meningkatkan kesejahteraan petani itu bikan lewat perluasan lahan, tapi peningkatan produktivitas," bebernya.
Dia mencatat, melalui Program Makmur petani beras dan beras dapat meningkatkan hasil produksinya hingga 40 persen. Hal yang sama juga berlaku bagi petani tebu yang mengalami kenaikan produksi hingga 20 persen setelah mengikuti Program Makmur.
"Harapan kami, (Program Makmur) ini bisa jadi contoh bagi pihak swasta atau lainnya bisa meng-copy sistem yang sama. Di mana petani mendapat pendampingan di hilir dan mendapat jaminan pembelian (pupuk dan bibit)," tutupnya.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Advertisement
Bulog Buka Potensi Ekspor Beras Rojolele hingga Pandan Wangi
Perum Bulog membuka potensi ekspor beras dari Indonesia ke pasar internasional, khususnya jenis-jenis beras khusus yang ada di Tanah Air seperti Rojolele hingga Pandan Wangi.
Pernyataan ini diberikan menyusul arahan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang ingin Indonesia bisa ekspor beras untuk ikut bantu mengatasi krisis pangan global.
Kepala Divisi Pengadaan Komoditi Perum Bulog Budi Cahyanto menilai, kebijakan itu mungkin saja dilakukan, lantaran Indonesia merupakan negara produsen beras terbesar kedua di dunia.
"Jangan lupa, Indonesia ini produsen beras terbesar kedua di dunia. Hanya saja memang konsumsi kita tinggi. Produksi pertama ada di China, kedua Indonesia," ujar Budi dalam bincang virtual Forum Merdeka Barat, Jumat (19/8/2022).
Budi mengatakan, peluang tersebut mungkin saja bisa ditunaikan, lantaran stok beras nasional saat ini berada di kisaran 1,1 juta ton. Jumlah itu sesuai dengan ketentuan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), maupun kecukupan stok sesuai rekomendasi Kementerian Pertanian.
Untuk lebih menekankan kualitas dari beras ekspor asal Indonesia tersebut, Budi ingin negara bisa mengirimkan produk-produk beras khas domestik, semisal Pandan Wangi atau Rojolele.
"Hanya saja kita orientasikan ekspor beras yang dilakukan adalah beras-beras yang memang khusus yang ada di Indonesia. Misalnya, Pandan Wangi, Rojolele, Mentik Wangi, atau mungkin beras mentik yang itu tidak ada di dunia," tuturnya.
"Itu mungkin tantangan ke depan, bagaimana Bulog bisa membuka peluang ekspor ke negara-negara yang membutuhkan," pungkas Budi.
Â
 * BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Â