Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkap tingkat kasus covid-19 di Indonedia cenderung rendah. Jika dibandingkan dengan tingkat kasus di berbagai negara lain, seperti Jepang hingga Amerika Serikat.
Hal ini disampaikannya usai melakukan rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (23/8/2022).
Baca Juga
"Dari rapat dengan pak presiden tadi dilaporkan bahwa perkembangan kasus di sejumlah negara seperti di Jepang masih tinggi 218 ribu, Amerika, Australia dan India pun angkanya relatif tinggi," kata dia dalam konferensi pers Penanganan Covid-19, Selasa (23/8/2022).
Advertisement
"Sedangkan di indonesia dengan kasus sekitar 7 day moving rate-nya 4.383 dan relatif lebih rendah dari berbagai negara lain," tambah Menko Airlangga.
Sementara itu, dari sisi positivity rate mingguan, berada di angka 9 persen. Dengan kasus aktif Covid-19 sekitar 48.000 kasus dan rata-rata disebut turun 1,94.
"Kalau kita lihat arti secara nasional, ini penurunan 1,12, demikian pula di berbagai wilayah, Sumatera turun, Jawa turun, Bali turun. Nusa tenggara, Maluku, Sulawesi, Papua juga turun," ujar dia.
Â
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Mayoritas di Jawa-Bali
Lebih lanjut, Menko Airlangga mengatakan kebanyakan kasus Covid-19 masih dominan berada di Jawa-Bali dengan jumlah sekitar 3000 kasus. Sementara, di luar Jawa-Bali hanya sekitar 300 kasus.
"Sehingga di Jawa Bali itu sekitar 89 persen, dan luar Jawa-Bali sekitar 10 persen,"kata dia.
Dari sisi suntikan dosis vaksinasi, Maluku, Papua, dan Papua Barat masih dengan rasio dibawah 70 persen dosis pertama. Lalu, ada 18 provinsi yang masih juga berada dibawah 70 persen untuk dosis kedua.
Serta dosis ketiga atau vaksinasi booster, masih ada 20 provinsi dengan tingkat dibawah 80 persen.
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Indovac Dipilih Jokowi Jadi Nama Vaksin Covid-19 Buatan BUMN
Presiden Joko Widodo (Jokowi) disebut telah menentukan nama vaksin Covid-19 yang diproduksi oleh BUMN, yakni Bio Farma. Namanya adalah Indovac (Indonesia Vaccine).
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengungkap vaksin yang diproduksi mandiri di dalam negeri ini telah diberi nama oleh Jokowi satu bulan lalu. Seperti diketahui, sementara vaksin ini disebut Vaksin BUMN.
"Kita lagi kembangkan vaksin Covid-19, sementara namanya vaksin BUMN, tapi sebulan lalu sudah dikasih nama oleh Presiden, namanya Indovac," ungkapnya dalam acara Ngopi BUMN, di Kementerian BUMN, Senin (22/8/2022).
Perseroan menargetkan, vaksin produksi BUMN ini akan memperoleh izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada awal September 2022 mendatang.
Honesti menerangkan, vaksin Indovac ini berbasis rekombinan. Pengembangan vaksin Covid-19 sendiri merupakan hasil kerja sama dengan Baylor University College of Medicine dalam penyediaan seed (15 persen) dan dikembangkan di Bio Farma (85 persen).
"Kita sudah hampir selesai registrasi di BPOM, hasilnya sih alhamdulillah," bebernya.
Dia melanjutkan, proses uji klinis vaksin Indovac melibatkan sekitar 3 ribu relawan. Saat ini, sedang menjalani uji klinis fase III.
"Jadi, Insyaallah mudah-mudahan awal atau pertengahan September kita akan segera dapet UEA dari Badan POM. Sehingga, Indonesia nanti benar-benar mandiri produk sendiri," pungkasnya.
Untuk Booster dan Vaksin Anak
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengungkap tujuan penggunaan vaksin BUMN atau Indovac untuk vaksinasi booster dan vaksinasi anak baik primer maupun booster. Alasannya, jumlah suntikan kedua jenis ini masih minim dibandingkan dengan vaksin primer untuk dewasa.
Ia menyatakan, Indovac nantinya akan menjadi prioritas pemenuhan program pemerintah. Namun, untuk jumlahnya, ia belum memastikan banyaknya produksi vaksin Indovac ini.
"Untuk booster itu diutamakan untuk program pemerintah, dan nanti untuk vaksin booster dan vaksin akan, karena kan memang langka nih. Karena anak (dosis) primary ini juga masih sedikit, apalagi untuk yang booster," kata dia dalam Ngopi Bareng BUMN, di Kementerian BUMN, Senin (22/8/2022).
Dengan tujuan itu, Bio Farma masih menunggu penerbitan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Setelah itu, pihaknya akan memulai uji klinis untuk vaksinasi anak, baik primer maupun booster.
"Manajemen dosisnya sama, 2 dosis kalau utnuk primernya, sama kaya Sinovac, sama kaya Pfizer gitu, tapi kalau yang booster cukup 1 (dosis) saja," bebernya.
Advertisement