Sukses

Ancaman Krisis Pangan Masih Menghadang, Swasembada Baru Beras

Meskipun secara nasional produksi beras berlebih, namun fakta di lapangan tidak seperti yang dibayangkan. Kondisi geografis Indonesia membuat satu wilayah mengalami surplus dan wilayah lainnya mengalami defisit.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia telah suskes swasembada beras dengan tiga tahun tidak melakukan impor.  Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima penghargaan dari IRRI. 

Namun, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Wajiyo meningkatkan ketahanan pangan nasional masih rawan di tengah ancaman krisis global. Alasannya, swasembada baru terjadi pada beras dan belum pada bahan pangan lainnya. 

"Konsumsi kita, khususnya milenial ini mengurangi beras, mereka pindah ke gandum," kata Perry dalam Pembukaan Sidang Pleno ISEI XXII di Semarang, Rabu (24/8/2022).

Sebagai gantinya masyarakat beralih mengkonsumsi gandum dalam bentuk roti dan olahan lainnya. Padahal seharusnya masyarakat beralih ke produk yang bisa dihasilkan di dalam negeri.

"Mereka pindah ke roti, kenapa tidak ketela dan singkong, makanya ini harus dibalikkan ke basic," kata Perry.

Perry mengatakan meskipun secara nasional produksi beras berlebih, namun fakta di lapangan tidak seperti yang dibayangkan. Kondisi geografis Indonesia membuat satu wilayah mengalami surplus dan wilayah lainnya mengalami defisit.

Dalam kondisi ini, Perry menilai setiap pemerintah daerah (Pemda) harus bisa bekerja sama dalam hal distribusi. Agar ketersediaan pangan tidak menjadi pemicu kenaikan inflasi nasional.

"Diperlukan leadership dari Pemerintah Pusat dan Pemda dan ini sangat manjur mengatasi struktur pasar," kata dia.

Selain masalah beras, bahan pangan lainnya juga memberi andil dalam kenaikan inflasi seperti aneka cabai dan bawang. Strategi yang bisa didorong dengan melakukan urban farming seperti menanam cabai dengan polybag. Tanaman cabai hanya memerlukan waktu 3 bulan dari masa tanam hingga panen.

"Jadi harus ada gerakan end to end untuk stabilitas harga. Paling utama ini mengubah mindset dari perilaku masyarakat," kata dia mengakhiri. 

 

2 dari 3 halaman

Jokowi Terima Penghargaan Swasembada Beras dari IRRI

 Presiden Joko Widodo menerima penghargaan Certificate of Acknowledgement dari Institut Penelitian Padi Internasional (IRRI) atas keberhasilan Indonesia dalam mencapai swasembada beras.

IRRI telah memberikan pengakuan terhadap sistem pertanian dan pangan yang tangguh serta swasembada beras yang dicapai Indonesia pada 2019-2021.

Dalam sambutannya, di Istana Merdeka, Jakarta, Minggu (14/8), Jokowi mengungkapkan prestasi ini tidak lepas dari upaya dan kerja keras semua pihak terutama para petani, dan seluruh stakeholder terkait untuk terus meningkatkan produksi beras, sehingga sudah tiga tahun lamanya sejak 2019, Indonesia tidak pernah mengimpor lagi beras.

“Saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, utamanya kepada pelaku riil yang bekerja di sawah, para petani di Indonesia atas kerja kerasnya, tentu saja para Bupati, Gubernur, Kementan yang semuanya bekerja sama dengan riset-riset dari perguruan tinggi yang kita miliki, ini adalah kerja yang terintegrasi, kerja bersama, gotong royong,” kata Jokowi.

Produksi Beras Domestik

Presiden menjelaskan, selama tiga tahun terakhir produksi beras di Tanah Air cukup konsisten berada di level 31,3 juta ton. Selain itu, berdasarkan data dari Badan pusat Statistik (BPS) pada April 2022, Indonesia mempunyai stok cadangan beras yang berada di level tertinggi hingga mencapai 10,2 juta ton. Menurutnya, konsistensi produksi beras inilah yang dilihat baik oleh IRRI maupun oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, FAO.

“Inilah yang menyebabkan kenapa pada hari ini, diberikan kepada kita sebuah sertfikat bahwa Indonesia dinilai memiliki sistem ketahanan pangan yang baik, dan sudah swasembada pangan,” jelasnya.

 

3 dari 3 halaman

Komitmen Jokowi

Dalam kesempatan ini, Jokowi kembali menegaskan komitmen pemerintah untuk terus berupaya mewujudkan swasembada pangan terutama beras. Sejak tahun 2015, kata Jokowi, pemerintah telah membangun infrastruktur untuk mendukung sektor pertanian. Hal tersebut terlihat dari upaya pemerintah yang sudah membangun 29 bendungan besar yang berguna bagi pengairan persawahan.

Ia berjanji, akan ada 38 bendungan besar lainnya yang akan diselesaikan pada tahun ini. Selain itu, hingga tahun 2024, Jokowi menyatakan akan membangun 61 bendungan besar lainnya, dan 4.500 embung. Mantan wali kota Solo ini juga mengklaim telah membangun 1,1 juta jaringan irigasi selama ia memimpin negeri ini.

Jokowi pun berambisi Indonesia kelak bisa menjadi eksportir beras. Namun di sisi lain, Jokowi juga berharap Indonesia tidak lagi bergantung pada beras, dan sebaliknya mulai menggalakkan program diversifikasi pangan.

“Diversifikasi pangan, hati-hati kita tidak hanya tergantung pada beras, tetapi harus kita mulai untuk jenis-jenis bahan pangan lainnya. Telah kita mulai kemarin di Waingapu, NTT, misalnya sorgum, kemudian di beberapa provinsi jagung, juga besar. Yang dulu tujuh tahun yang lalu kita harus impor 3,5 juta ton jagung, hari ini kita hanya impor jagung kira-kira 800 ribu ton,” jelasnya.

Dengan lonjakan produksi jagung ini, ia berharap Indonesia juga bisa mencapai swasembada jagung dalam kurun waktu dua hingga tiga tahun mendatang.

“Di tengah ancaman krisis pangan di tingkat global, sekali lagi pemerintah berkomitmen untuk terus meningkatkan produksi, menjamin ketercukupan pangan di dalam negeri, dan sekaligus memberikan kontribusi bagi kecukupan pangan dunia,” tegasnya.

 

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com