Liputan6.com, Jakarta - Kenaikan harga telur baru-baru ini tengah menjadi perbincangan hangat di antara masyarakat Indonesia. Harga telur hari ini sudah berada di kisaran Rp 30 ribu.Â
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan sempat mengatakan, saat ini komoditas telur ayam mengalami kelebihan pasokan (oversupply), sehingga banyak yang dimatikan ketika menetas. Hal itu lantaran pemerintah khawatir harga telur menjadi rendah.
"Memang telur ada naik sedikit kemarin Rp 32.000 minggu lalu Rp 27.000 tapi sekarang Rp 29.000-30.000 per kilogram," kata Mendag Zulhas di Pasar Tomang Barat, Jakarta Barat beberapa waktu lalu, dikutip Rabu (24/8).Â
Advertisement
Berdasarkan pantauan di laman Hargapangan.id, per Rabu (24/8/2022) harga telur ayam ras segar di pasar tradisional naik 0,24 persen atau Rp 150 menjadi Rp 31.000 per kilogram.Â
Sementara di pasar modern, kenaikan harga terjadi pada cabai merah besar hingga 0,84 persen atau Rp 850 menjadi Rp 102.300 per kilogram, diikuti cabai merah keriting yang naik menjadi Rp 99.350 per kilogram.
Harga telur ayam tertinggi berada di provinsi Papua, Maluku, dan Gorontalo yang masing-masing berkisar Rp 39.650 dan Rp 36.850 per kilogram.Â
Selanjutnya, harga telur di kisaran Rp 30 ribu berada di provinsi Jawa Tengah hingga Nusa Tenggara Timur.Â
Di DKI Jakarta, harga telur ayam kini dipatok mulai Rp 31.350 per kilogram, dan Rp 30.000 di Jawa Barat. Kemudian di provinsi Banten, harga telur ayam berada di angka Rp 31.150.
Adapun wilayah Kalimantan, di mana harga telur ayam di Kalimantan Tengah dibanderol Rp 31.700 per kilogram, Rp 31.750 di Kalimantan Selatan, Rp 32.100 di Kalimantan Utara dan Rp 32.800 di Kalimantan Timur.Â
Â
Harga Telur Ayam Mahal, Mendag Zulkifli Hasan: Bonus untuk Peternak
Menteri Perdagangan RI Zulkifli Hasan menganggap, kenaikan harga telur yang saat ini dalam beberapa waktu terakhir sebagai bonus bagi peternak ayam.
Mengingat, dalam dua tahun terakhir peternak ayam menderita kerugian akibat telur maupun daging ayam tak laku di pasaran imbas pandemi Covid-19.
"Ini baru sebulan (kenaikan) untung sedikit kan boleh, masih banyak utang tuh peternak unggas. Kalau (harga telur ayam) turun terus lama-lama tutup dia, ga jualan lagi. Kemarin dua tahun peternak kita itu rugi," ujarnya saat meninjau harga bahan pokok di Pasar Jaya Kramat Jati, Jakarta Timur, Sabtu (25/6).
Mendag mendapati, saat ini, harga telur ayam di Pasar Jaya Kramat Jati mencapai Rp28 ribu per kilogram. Menurutnya, harga tersebut masih wajar.
"Sekarang sudah Rp 28 ribu. Alhamdulillah. Wajar, ya bu," ucapnya.
Advertisement
Pedagang: Harga Telur Naik Saat Ini Tertinggi dalam 5 Tahun Terakhir
Kelompok pedagang pasar yang tergabung dalam Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) menyebut jika harga telur saat ini merupakan posisi tertinggi dalam 5 tahun terakhir.
Pemerintah pun diminta segera bisa menurunkan harga telur ini. ""Menurut kami ini harga tertinggi dalam sejarah 5 tahun terakhir Kementerian Perdagangan bekerja," keluh Ketua Umum DPP IKAPPI Abdullah Mansuri, Selasa (23/8/2022).
Abdullah mengaku jika kenaikan harga telur ini sudah terjadi sejak beberapa pekan terakhir. Harga telur merangkak naik dari Rp 27 ribu per kg menjadi Rp 29 ribu per kg, terus melonjak ke Rp 30 ribu per kg, dan bahkan sekarang menyentuh Rp 32 ribu per kg.
Dia pun turut memberikan respon terhadap pernyataan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Mendag Zulhas), yang menyarankan agar publik tidak meributkan kenaikan harga telur.
"Ikatan Pedagang Pasar Indonesia menyayangkan statement menteri perdagangan yang mendorong agar tidak meributkan kenaikan harga telur. Justru seharusnya menteri perdagangan mendorong agar harga telur bisa turun," tegas dia.
Dalam hal ini, Abdullah memohon kepada Kementerian Perdagangan untuk melakukan upaya-upaya lanjutan, dan tidak hanya memberikan statement yang justru potensi menimbulkan kegaduhan.
"Kami berharap agar persoalan di lapangan seperti persoalan pangan, petelur, persoalan distribusi menjadi persoalan yang fokus harus di selesaikan bukan lari dari persoalan," pintanya.Â
Adapun upaya-upaya ini yang diharapkan, yakni mengumpulkan peternak atau petelur besar dalam rangka mencari solusi dan langkah apa yang harus dilakukan ke depan. Sehingga bukan justru menyampaikan bahwa suplai berlebih dan masyarakat tidak boleh meributkannya.
"Ribut ini karena ada jeritan dari emak-emak yang terus mengalir kepada kami sehingga kami mau tidak mau harus mendorong agar pemerintah mencarikan solusi," seru Abdullah.
"Telur adalah komoditas yang cukup besar permintaannya jika tinggi harganya maka jadi masalah. Kami harapkan bisa menyelesaikan persoalan telur dalam waktu sesingkat-singkatnya," tandasnya.