Sukses

Rupiah Perkasa, Ekspektasi Kebijakan Hawkish The Fed Menguat

Kurs rupiah pagi ini menguat 20 poin atau 0,14 persen ke posisi 14.828 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.848 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah bergerak menguat di tengah meningkatnya ekspektasi bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed), akan bersikap hawkish dalam kebijakan moneternya.

Kurs rupiah pagi ini menguat 20 poin atau 0,14 persen ke posisi 14.828 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.848 per dolar AS.

"Dengan meningkatnya ekspektasi hawkish di AS, kami menilai rupiah tetap berada di bawah tekanan," kata Analis Samuel Sekuritas Lionel Priyadi dalam kajiannya di Jakarta, Kamis.

Menurut Lionel, investor tampaknya semakin yakin bahwa The Fed akan menyampaikan pesan yang cenderung hawkish pada simposium Jackson Hole pada Jumat (26/8).

Berdasarkan Fedwatch CME Group, kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada September telah meningkat menjadi 60 persen, dari sebelumnya 50 persen.

Selanjutnya pelaku pasar memperkirakan suku bunga acuan The Fed akan mencapai puncaknya lebih awal pada Februari 2023, bukan Maret 2023.

 

 

2 dari 4 halaman

Suku Bunga

Hal itu menunjukkan bahwa pasar benar-benar berubah haluan dari posisi dovish pivot yang diambil setelah pengumuman kenaikan suku bunga pada akhir Juli.

"Kami melihat The Fed akan mencoba mempertahankan momentum ini dengan memberikan nada hawkish yang terukur dalam pidato Powell sambil menghindari memberikan proyeksi ke depan," ujar Lionel.

Lionel juga memperkirakan Bank Indonesia akan cenderung dovish dengan kenaikan suku bunga minimal 50 bps menjadi 4,25 persen dan maksimum 75 bps menjadi 4,5 persen hingga akhir tahun ini.

"Oleh karena itu, kami mempertahankan pandangan kami untuk mengambil posisi long di USD/IDR dengan target harga pertama di 15.000 per dolar AS dan target harga kedua di 15.200 per dolar AS," ujar Lionel.

Pada Rabu (24/8) rupiah ditutup melemah 10 poin atau 0,07 persen ke posisi 14.848 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.838 per dolar AS.

3 dari 4 halaman

3 Angka Nol di Uang Baru Rupiah Hilang, Jadi Redenominasi?

Bank Indonesia (BI) telah merilis uang baru rupiah tahun emisi 2022. Penampakan uang baru tersebut memiliki perbedaan dibanding rupiah kertas emisi sebelumnya, dimana tiga angka nol dihilangkan.

Hal ini terjadi untuk semua uang rupiah kertas tahun emisi 2022, mulai dari Rp 1.000 yang tampak menjadi Rp 1, hingga Rp 100.000 menjadi Rp 100.

Apakah ini jadi pertanda rupiah terkena redenominasi?

Kepala Departemen Pengelolaan Keuangan Bank Indonesia Marlison Hakim mengkonfirmasi, rilis uang baru tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan kebijakan redenominasi.

"Tidak ada kaitan dengan kebijakan redenominasi ya," ujar Marlison kepada Liputan6.com, Rabu (24/8/2022).

Marlison menjelaskan, salah satu unsur pengaman dalam uang rupiah kertas tahun emisi 2022 adalah electrotype, yang merupakan varian dari tanda air (watermark).

Adapun pada uang rupiah tahun emisi sebelumnya, electrotype berbentuk motif ornamen khas Indonesia. Sedangkan pada uang kertas tahun edaran 2022, electrotype berbentuk angka yang melambangkan nilai nominal.

"Tiga angka nol (000) tidak dicantumkan dengan pertimbangan teknis dan untuk kemudahan identifikasi oleh masyarakat," terang Marlison.

Menurut dia, hal ini karena secara teknis adanya ruang yang terbatas. Sehingga tidak memungkinkan mencantumkan angka nol secara lengkap, juga untuk kemudahan identifikasi oleh masyarakat.

"Kalau angka nol dicantumkan secara lengkap dengan ruang yang terbatas, maka ukuran angka akan lebih kecil. Sehingga menyulitkan masyarakat untuk mengenal atau mengidentifikasi pecahan tersebut," tuturnya.

4 dari 4 halaman

Ada Uang Baru 2022, BI Pastikan Pecahan Lama Masih Bisa Buat Jajan

Bank Indonesia (BI) dan pemerintah meluncurkan tujuh uang baru rupiah pecahan kertas tahun emisis 2022. Ketujuh pecahan uang baru 2022 tersebut sudah bisa digunakan di seluruh wilayah Indonesia mulai 17 Agustus 2022.

Kepala Pengelolaan Uang BI Marlison Hakim mengatakan, dengan adanya uang baru 2022, uang rupiah tahun emisi lama masih tetap bisa ditransaksikan. Hal ini menjawab rasa penasaran publik menyusul peluncuran uang baru 2022.

"(Uang Rupiah lama) masih berlaku digunakan. Jangan ada keraguan, uang lama masih berlaku," tegasnya di Hall Basket GBK Senayan, Jakarta, Sabtu (20/8/2022).

Marlison melanjutkan, uang pecahan lama yang tidak layak edar sendiri secara bertahap akan dicabut oleh BI. Sehingga, dirinya memproyeksikan sekitar tiga sampai empat tahun mendatang uang Rupiah pecahan lama dapat tergantikan oleh uang TE 2022

"Demikian ya, terima kasih," kata dia.

Ia mengatakan, tunanetra memberikan masukan kepada BI untuk memberikan selisih ukuran dalam setiap uang baru yang dicetak. Hal ini agar mereka dapat membedakan nilai setiap uang pecahan tersebut.

Marlison menjelaskan, sebetulnya BI sudah memberikan blind code di setiap mata uang dengan sebuah garis yang tebal dan dalam setiap pecahan untuk mengenal pecahan.

Meskipun demikian, menurut kalangan tunanetra blind code saja tidak cukup untuk membedakan pecahan uang. Mereka mengungkapkan lebih bisa mengenal uang pecahan dari selisih ukuran. Dengan demikian, Bank Indonesia memberikan selisih ukuran dengan menggunakan ukuran global yaitu 5 mm.

"Sebelumnya selisih panjang antara pecahan itu 2 mm sekarang 5 mm. 5 mm ada berbagai latar belakang. rata-rata di berbagai negara termasuk negara tetangga selisihnya antara pecahan itu 5-7 mm kita ambil 5 mm, ukuran ini kami lebih memperhatikan aspek masukan terutama dari kalangan tunanetra," jelasnya.Â