Sukses

Kacau, 80 Persen Pengguna Pertalite adalah Orang Mampu

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut Rp 502,4 triliun subsidi energi termasuk subsidi BBM dinikmati masyarakat mampu, khususnya Pertalite.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut Rp 502,4 triliun subsidi energi termasuk subsidi BBM, khususnya Pertalite dinikmati masyarakat mampu. Ini jadi corak tidak tepat sasarannya subsidi yang digelontorkan pemerintah.

Ini mengacu pada pola konsumsi BBM bersubsidi jenis Solar dan Pertalite yang dihimpun pemerintah. Angkanya, 95 persen dari konsumen kategori rumah tangga mengakses Solar. Dan 80 persen rumah tangga mampu mengonsumsi Pertalite.

"Ini artinya dengan ratusan triliun yang kita berikan, yang nikmati adalah kelompok mampu karena mereka yang konsumai BBM itu. Belum ktia bicara LPG," katanya dalam konferensi pers di Kementerian Keuangan, Jumat (26/8/2022).

Ia menjabarkan, dari total kuota Solar yang ditetapkan pemerintah, 89 persen dinikmati dunia usaha. Sementara 11 persen dinikmati kelompok rumah tangga.

Dengan rincian, 95 persen kelompok rumah tangga kategori mampu, menggunakan Solar subsidi. Sementara, hanya 5 persen rumah tangga miskin seperti petani dan nelayan yang mengonsumsi solar subsidi.

"Kalau kita lihat (dari sisi nominal subsidi) rupiahnya juga sama, 95 persen dari subsidi solar yang tadi disampaikan itu dinikmati oleh rumah tangga mampu, subsidi solar mencapai Rp 149 triliun untuk solar snediri. Jadi dari Rp 149 triliun hanya 5 persen rumah tangg tak mampu, selebihnya dunia usaha dna rumah tangga yang mampu," terang dia.

 

2 dari 4 halaman

Pertalite

Di sisi Pertalite juga menunjukkan angka yang fantastis. 86 persen Pertalite dikonsumsi kategori rumah tangga dan 14 persen sisanya oleh dunia usaha.

Dari jumlah itu, 80 persen Pertalite yang mendapat subsidi atau kompensasi dinikmati keluarga kategori mampu. Dan hanya 20 persen sisanya dinikmati oleh keluarga kategori miskin.

"Pertalite sama, dari Rp 93,5 triliun ini 80 persennya dinikmati oleh rumah tangga yang mampu atau sangat kaya. 80 persennya, jadi hampir 60 triliun sendiri. Sedangakn masyarakat miskin untuk motor dia hanya konsumsi 20 persennya," beber bendahara negara ini.

 

3 dari 4 halaman

LPG dan Pertamax

Lebih jauh, Menkeu Sri Mulyani mengelaborasi soal konsumsi LPG bersubsidi 3 kilogram. Hasilnya, 60 persen yang menikmati adalah keluarga mampu, sisanya sebanyak 40 persen baru dinikmati keluarga tidak mampu atau miskin.

Dari sisi nominal subsidi, sekitar 68 persen porsi subsidinya dinikmati keluarga kategori mampu. Baru sisanya 32 persen subaidi LPG dinikmati keluarga kategori miskin.

Kemudian, Pertamax juga tidak ketinggalan dalam hitungan Sri Mulyani. Ia menyebut Pertamax belum dijual dengan harga keekonomian, artinya sebagiannya masih ditambal oleh uang negara.

86 persen Pertamax dikonsumsi oleh masyarakat mampu dan sisanya 14 persen oleh masyarakat rumah tangga kategori miskin atau tak mampu.

 

4 dari 4 halaman

Jebol di Oktober 2022

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan subsidi energi termasuk Subsidi BBM akan habis pada Oktober 2022. Diketahui, jumlah subsidi energi tahun ini sebesar Rp 502,4 triliun setelah adanya penambahan dari alokasi awal.

Ini bisa habis jika melihat pola konsumsi masyarakat saat ini. Dimana, terjadi tren peningkatan yang cukup besar apalagi yang mengkonsumsi Pertalite dan Solar.

"Ini jadi persoalan, Rp 502 triliun akan habis di bulan Oktober," ungkapnya dalam konferensi pers di kantor Kementerian Keuangan, Jumat (26/8/2022).

Sri Mulyani menjelaskan dengan adanya pemulihan ekonomi saat ini, yang juga mendorong tingkat konsumsi masyarakat, akan melampaui dari alokasi yang ditetapkan. Hingga saat ini, konsumsi Solar sudah mencapai 63 persen dari alokasi, dan Pertalite sudah 43 persen dari alokasi.

Menukil data Kementerian ESDM dan BPH Migas, pada akhir tahun konsumsi solar akan mencapai 17,44 juta kilo liter (KL). Ini setara 115 persen dari kuota yang sudah dianggarkan pemerintah.

Sementara untuk Pertalite, mengacu data konsumsi 8 bulan kebelakang diprediksi mencapai 29,07 juta KL di akhir tahun. Ini setara 126 persen dari kuota yang disiapkan pemerintah.

"Kalo kita asumsikan volume dari konsumsi (Solar) mengikuti 8 bulan terakhir dengan 1,5 juta KL perbulan, kuota itu akan habis di bulan Oktober, demikian juga dengan Pertalite (kuota) 23,05 juta KL akan habis pada Oktober kalau konsumsi di 2,4 atau 2,5 (juta KL) per bulan," paparnya.