Sukses

Rupiah Jeblok ke 14.874 per Dolar AS Pagi Ini, Masih Bisa Bangkit?

Kurs Rupiah pagi ini melemah 31 poin atau 0,21 persen ke posisi 14.874 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.843 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah melemah pada Kamis pagi, seiring pernyataan hawkish (dukungan pengetatan moneter) dari pejabat bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed).

Kurs rupiah pagi ini melemah 31 poin atau 0,21 persen ke posisi 14.874 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.843 per dolar AS.

"Dolar AS outlook-nya menguat dibalik masih terjaganya prospek kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve," kata analis Monex Investindo Futures Faisyal dikutip dari Antara, Kamis (1/9/2022).

Dolar AS bergerak naik dibalik menguatnya prospek kenaikan suku bunga acuan The Fed, khususnya setelah adanya pernyataan yang cenderung hawkish dari Presiden Fed Cleveland, Loretta Mester semalam.

Mester mengatakan bahwa bank sentral perlu untuk menaikkan suku bunga di atas 4 persen pada awal tahun depan.

Dolar AS juga menguat dibalik permintaan terhadap aset safe haven yang likuid di tengah memanasnya ketegangan AS-Tiongkok terkait Taiwan serta memburuknya penyebaran virus COVID-19 di Tiongkok.

Selanjutnya pada hari ini pasar akan mencari katalis dari data ekonomi AS seperti Unemployment Claims dan ISM Manufacturing PMI yang akan dirilis nanti malam.

 

 

2 dari 4 halaman

Data Ekonomi AS

Sebelumnya, data ekonomi AS seperti tingkat keyakinan konsumen dan jumlah lowongan pekerjaan AS hasilnya lebih baik dari estimasi dan terlihat tidak terpengaruh oleh kebijakan pengetatan moneter oleh The Fed dan meningkatkan peluang untuk berlanjutnya kebijakan tersebut.

Penguatan dolar AS juga ditopang oleh pernyataan yang disampaikan oleh Presiden Fed New York John Williams yang mengatakan bahwa bank sentral kemungkinan akan perlu untuk membawa kebijakan suku bunga di atas 3,5 persen dan sangat tidak mungkin menurunkan suku bunga pada 2023.

Pelaku pasar saat ini memperkirakan 70 persen peluangnya untuk The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada September mendatang.

Pada Rabu (31/8) lalu, rupiah ditutup stagnan atau sama dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.843 per dolar AS.

3 dari 4 halaman

Kurs Rupiah Diramal BI Jeblok ke Posisi Rp 15.200 per Dolar AS di 2023, Ini Penyebabnya

Bank Indonesia memprediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan semakin melemah pada 2023 mendatang. Terdapat sejumlah faktor yang membebani kurs rupiah di tahun depan.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memprediksi, nilai tukar atau kurs rupiah tahun ini berada di kisaran Rp 14.500-14.900 per dolar AS, dan terDepresiasi hingga Rp 14.800-15.200 per dolar AS pada 2023.

Alasannya, The Fed selaku bank sentral Amerika Serikat telah menaikan suku bunga acuannya (The Fed Fund Rate) sebanyak empat kali selama 2022 ini, atau sebesar 225 basis poin menjadi 2,25-2,50 persen.

Kebijakan tersebut turut berdampak terhadap kenaikan imbal hasil US Treasury, sehingga berpotensi menyebabkan maraknya modal asing yang keluar (capital outflow) dari negara-negara berkembang seperti Indonesia.

"Faktor negatifnya tentu saja kenaikan suku bunga tinggi, baik The Fed Fund Rate maupun US Treasury, sehingga capital outflow risikonya masih tinggi. Sehingga keseluruhan 2022 kami perkirakan nilai tukar Rp 14.500-14.900, Di 2023 nilai tukar berada di Rp 14.800-15.200," jabar Perry dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI, Rabu (31/8/2022).

Selain itu, ia menambahkan, situasi ekonomi dunia yang masih diselimuti ketidakpastian juga akan mempersulit pihak bank sentral, termasuk nilai tukar rupiah ke depan.

Perry lantas mencontohkan, ketidakpastian ini terjadi akibat pandemi Covid-19 yang masih terjadi, gangguan rantai pasok global, konflik geopolitik Ukraina-Rusia, hingga ketidakpuasan sosial di negara-negara maju.

"Perkembangan-perkembangan ini sangat dinamis. Berbagai ketidakpastian itu mempersulit kita untuk memperkirakan ke depan," ujar Perry.

4 dari 4 halaman

Bank Indonesia Tarik Peredaran Uang Rupiah Khusus Emisi 1995

Bank Indonesia (BI) mencabut dan menarik Uang Rupiah Khusus Peringatan 50 Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun Emisi 1995 (URK TE 1995) dari peredaran. Kebijakan ini dilaksanakan melalui penerbitan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 24/15/PBI/2022, terhitung sejak 30 Agustus 2022.

"Dengan demikian, terhitung tanggal dimaksud URK tersebut tidak lagi berlaku sebagai alat pembayaran yang sah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata Direktur Eksekutif sekaligus Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono, Rabu (31/8/2022).

Terdapat dua jenis URK yang dicabut dan ditarik dari peredaran, yakni Uang Rupiah Khusus Seri Demokrasi Pecahan Rp 300.0000, serta Uang Rupiah Khusus Seri Presiden Republik Indonesia Pecahan 850.000.

Erwin menyampaikan, bagi masyarakat yang memiliki URK tersebut dan ingin melakukan penukaran, dapat menukarkannya di bank umum terhitung sejak 30 Agustus 2022-30 Agustus 2032, atau 10 tahun sejak tanggal pencabutan.

Layanan penukaran dapat dilakukan di kantor pusat maupun kantor perwakilan Bank Indonesia sesuai dengan jadwal operasional dan layanan publik BI.

"Penggantian atas Uang Rupiah Khusus Tahun Emisi 1995 yang dicabut dan ditarik dari peredaran sebesar nilai nominal yang sama dengan yang tertera pada URK dimaksud," jelas Erwin.