Liputan6.com, Jakarta Pedagang Warung Tegal (Warteg) harus memutar otak lebih dalam menyikapi mahalnya harga telur. Saat ini, harga pangan tinggi protein tersebut dijual Rp30.000 sampai dengan Rp31.000 per kilogram (kg) dari harga normal berkisar Rp 24.000 per kg.
Ketua Komunitas Warung Tegal Nusantara (Kowantara) Mukroni mengatakan, pihaknya kini lebih memilih untuk membeli telur ayam dengan volume lebih kecil dari ukuran normal. Cara ini terpaksa dilakukan untuk memangkas biaya produksi di tengah kenaikan harga sembako.
"Jadi, sekarang lebih pilih telur ayam yang ukuran kecil. Lumayan isinya lebih banyak daripada beli ukuran normal yang biasanya berisi 16 butir per kilo," ujar Mukroni kepada Merdeka.com di Jakarta, Jumat (2/9).
Advertisement
Mukroni menjelaskan, strategi tersebut terpaksa diterapkan ketimbang menaikkan harga makanan. Sebab, dirinya takut pelanggan akan kabur jika harga makanan di warteg juga mengalami kenaikan.
"Mau gak mau, sekarang kita kurangi volume ukuran telurnya. Yang penting harga makanan tidak naik," bebernya.
Diakuinya tak sedikit pelanggan yang melayangkan protes akibat berkurangnya volume telur. Namun, di sisi lain pelanggan juga memaklumi hal tersebut dilakukan untuk menutup kerugian akibat mahalnya harga telur ayam.
"Jadi, kami mohon pemerintah segera turun tangan untuk menekan harga jual telur di pasaran. Karena, semua serba mahal sekarang. Kasihanilah rakyat kecil," tutupnya.
Â
Mendag: Program Bansos Buat Harga Telur Naik
Sebelumnya, Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan membeberkan penyebab mahalnya harga telur ayam di pasaran saat ini. Salah satu penyebabnya yaitu tindakan afkir dini atau upaya mengurangi produksi indukan yang dilakukan peternak.
Selain itu, ada program bantuan sosial (bansos) yang memengaruhi stok di pedagang sehingga harga telur ayam ras terus naik.
"Kemensos kebetulan merapel programnya tiga bulan sekaligus. Telur lagi dibeli. Jadi satu afkir dini, kedua Kemensos bantuan tiga bulan dirapel. Bantuan telurnya banyak, jadi (harga) naik," kata Mendag Zulkifli saat ditemui di kawasan Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (24/8).
Mendag menilai distribusi telur dalam skala besar untuk program bantuan sosial (bansos) menyebabkan permintaan telur ayam meningkat di pasaran dan berdampak pada kenaikan harga.
Oleh sebab itu, Kementerian Perdagangan segera melakukan pertemuan dengan pelaku usaha pada tingkat peternakan petelur ‘day old chicken’ (DOC).
"Mudah-mudahan tiga minggu sampai satu bulan mendatang sudah mulai turun lagi tapi dengan harga yang wajar. Konsumen beli tidak berat tapi peternaknya tidak rugi," tutupnya.
Advertisement
Harga Pangan Hari Ini: Cabai dan Telur Turun Sementara Minyak Goreng Naik
Sejumlah harga pangan hari ini mengalami penurunan. Seperti harga cabai merah besar turun dari semula Rp 59.500 per kg menjadi Rp 59.300 per kg.
Sementara, harga cabai merah keriting justru naik tipis Rp 60.300 per kg, dari sebelumnya Rp 59.500 per kg. Cabai rawit merah juga naik dari semula Rp 59.900 per kg menjadi Rp 61.200 per kg.
Ada juga harga minyak goreng kemasan sederhana naik menjadi Rp 17.000 per liter dari sebelumnya Rp 16.900 per liter.
Ini seperti mengutip data di situs resmi resmi kemendag https://ews.kemendag.go.id/, Jumat (2/9/2022).
Sementara untuk komoditas pangan lainnya yang turun diantaranya, bawang merah Rp 34.700 per kg dari sebelumnya Rp 35.100 per kg. Kemudian, daging ayam ras turun menjadi Rp 34.600 per kg dari sebelumnya Rp 34.800 per kg.
Harga telur ayam ras juga turun tipis dari sebelumnya Rp 31.600 per kg menjadi Rp 31.500 per kg. Sedangkan, untuk komoditas yang stabil ada beras premium Rp 12.600 per kg, beras medium Rp 10.600 per kg, gula pasir Rp 14.400 per kg, minyak goreng kemasan premium Rp 21.900 per liter.
Lalu harga kedelai impor juga stabil di kisaran Rp 14.200 per kg, tepung terigu Rp 12.700 per kg, daging sapi paha belakang Rp 135.700 per kg, dan bawang putih juga stabil dikisaran Rp 26.600 per kg.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Agustus 2022 terjadi inflasi sebesar 4,69 persen secara tahunan. Penyebab utamanya inflasi berasal dari makanan, minuman, dan tembakau sebesar 7,73 persen secara tahunan.
"Tingkat inflasi tahun kalender pada Agustus 2022 tercatat sebesar 3,63 persen, sementara itu tingkat inflasi tahunan dari tahun ke tahun pada Agustus 2022 sebesar 4,69 persen," kata Kepala BPS Margo Yuwono, dalam keterangan pers, Kamis (1/9/2022).
Jika dirinci komoditas yang dominan atau memberikan andil pada inflasi adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau diantaranya cabe merah, minyak goreng, rokok kretek filter, telur ayam ras, Ikan Segar, dan bawang merah.