Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, dunia harus menunjukkan aksi nyata dalam menangani isu iklim. Menurutnya, waktu diskusi sudah selesai dan seharusnya saat ini seluruh dunia sudah melakukan aksi nyata untuk menangani perubahan iklim.
"Sudah tidak ada waktu hanya untuk berdiskusi, Saya ingin segera melihat ada aksi nyata yang dijalankan secara cepat untuk mengatasi permasalahan iklim,” jelas Luhut dalam sambutannya pada dialog bertajuk Unlocking Finance for the Energy Transition and Oceans, dikutip dari keterangan tertulis, Jumat (2/9/2022).
Baca Juga
Menko Luhut kemudian menyebutkan target Indonesia untuk beroperasinya pembangkit listrik terbarukan pada 2023 dengan kapasitas energi 21GW. Menurutnya pengembangan energi terbarukan tersebut perlu juga didukung dengan industri yang hijau.
Advertisement
“Indonesia merupakan salah satu negara dengan konsumsi energi yang tinggi, berkat pengembangan ekonomi yang kuat. Kami buktikan pada puncak pandemi covid-19 lalu, kami bukan hanya mampu bertahan namun dapat berkembang karena adanya hilirisasi industri, efisiensi, dan harga komoditas yang terkendali,” ungkap Menko Luhut.
Dirinya kemudian menginformasikan bahwa Indonesia saat ini tengah mendorong penggunaan kendaraan listrik, demi perbaikan kualitas udara, khususnya di kota besar seperti Jakarta.
“Saya janjikan kepada anda Pak John, dalam beberapa tahun ke depan Indonesia akan lebih baik, dengan penggunaan kendaraan listrik, dan juga penetapan B40,” ucap Menko Luhut.
Menko Luhut menambahkan bahwa Indonesia saat ini mengembangkan teknologi dan investasi di sektor energi terbarukan. Untuk mendukung hal tersebut dirinya menyebutkan bahwa pemerintah tengah menyusun regulasi yang mendukung hal tersebut.
Regulasi di AS
Dalam acara yang sama Utusan Khusus Amerika Serikat Bidang Iklim John Kerry mengatakan, cara berbagai negara memanfaatkan teknologi dan energi ini sangat penting.
"Ini merupakan pasar terbesar, kenapa? Karena ini memiliki dampak langsung pada keseharian kita. Bagaimana kita menggunakan energi pada rumah kita, pada kendaraan kita, pola transportasi, semua akan berubah,” tuturnya.
Dirinya kemudian mengungkapkan bahwa Amerika Serikat tengah membuat regulasi yang menyebutkan pada tahun 2035 hanya kendaraan listrik yang boleh beroperasi.
“Indonesia memiliki potensi yang besar. Penciptaan lapangan pekerjaan pada sektor energi baru, menunjukkan bahwa penggunaan energi fosil bukanlah untuk masa depan, transisi perlu segera dimulai,” tuturnya.
John Kerry kemudian menceritakan sepanjang sejarah hubungan diplomasi yang dia lakukan dengan Indonesia, forum dialog tersebut adalah yang terpenting yang pernah dia lakukan karena dampak riil yang dapat dirasakan langsung dari perubahan iklim.
“Isu iklim ini nyata, dampaknya kita rasakan langsung. Sekarang kita lihat muka air meningkat dan itu membahayakan banyak nyawa. Saat ini kita berhadapan dengan bencana yang terjadi di seluruh dunia. Kenaikan muka air laut, penambahan temperatur laut, sangat berdampak bagi Indonesia sebagai negara kepulauan,” katanya.
Advertisement
Tak Perlu Ditakuti
Dirinya kemudian berpesan bahwa isu iklim bukanlah hal yang perlu ditakuti, melainkan perlu dipikirkan solusi dan menjadi motivasi untuk mulai bertindak.
“Indonesia saat ini mengembangkan pendekatan pendanaan blended finance. Untuk itu saat ini kami berusaha membakukan proses transfer teknologi dan pendanaannya untuk memastikan dapat terus berlanjut di masa depan,” ungkap Menko Luhut.
Menko Luhut kemudian menekankan bahwa Indonesia saat ini memegang tampuk kepemimpinan terkait percepatan transisi energi terbarukan serta memastikan pemanfaatan lahan dan ruang laut menjamin ketersediaan bahan pangan, keanekaragaman hayati, lapangan pekerjaan, serta ketahanan fisik.
“Percepatan yang kami lakukan membutuhkan dukungan para pemimpin dunia, tidak hanya untuk pendanaan, namun juga terkait teknologi dan kapasitas manusia. Harapan saya Presidensi Indonesia pada KTT G20 dapat membantu mewujudkannya,” pungkas Menko Luhut.