Sukses

Jakarta Bakal Dibanjiri 25 Ton Telur Ayam Tiap Hari

Nantinya, harga jual telur yang tiba di Jakarta berkisar Rp 27.000-Rp28.000 per kilogram (kg). Angka ini memang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan memastikan, Jakarta dan sekitarnya akan mendapat pasokan telur ayam sebanyak 25 ton per hari mulai Jumat (2/9/2022). Pasokan telur ayam ini berasal dari Kendal Jawa Tengah dan Blitar Jawa Timur.

"(Telur disebar) Jakarta, 25 ton per hari," ucap Zulkifli di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (2/9/2022).

Nantinya, harga telur ayam yang tiba di Jakarta berkisar Rp 27.000-Rp28.000 per kilogram (kg). Angka ini memang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain seperti Sumatera Utara, Lampung, Jawa Timur, dan Tengah.

Menurut Zulkifli, harga telur ayam di Jakarta lebih tinggi dibanding dengan daerah lain karena tidak adanya peternak ayam di Jakarta.

Dengan pasokan dari luar Jakarta ini, ditargetkan harga harga telur ayam yang saat ini mencapai Rp 32.000 per kg bisa segera turun. Namun ia menegaskan, tidak ada upaya pemerintah dengan sengaja menurunkan harga telur ayam.

Untuk menentukan harga, imbuh Zulkifli, pemerintah melibatkan pihak terkait dalam menentukan harga pantas telur. Termasuk melibatkan pemerintah provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), sebagai wilayah pemasok pakan ayam, yaitu jagung.

"Harga itu bukan ditetapkan sepihak, ini kesepakatan, mereka menghitung biayanya kalau enggak salah telur biayanya Rp22.000-Rp23.000 jadi jualnya Rp27.000-Rp28.000 jadi harganya kira-kira begitu," kata dia.

Zulkifli hasan juga menyampaikan, saat rapat kabinet dengan Presiden Joko Widodo, jika kenaikan harga pangan, khususnya telur, melebihi 10 persen, pemerintah daerah diminta untuk memberi subsidi transportasi angkutan pangan. Subsidi dapat diberikan melalui dana cadangan daerah masing-masing.

"Kalau tidak terkendali harganya lebih dari 10 persen naik, bupati wali kota boleh mempergunakan dana cadangan untuk membantu transpornya," ucap Zulkifli Hasan.

 

2 dari 4 halaman

Badan Pangan Nasional Bakal Gelar Operasi Pasar

Harga telur ayam terpantau mengalami kenaikan dalam beberapa waktu terakhir. Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menyebut akan melakukan intervensi jika harga telur ayam tak turun dalam 1 minggu.

Badan Pangan Nasional atau National Food Agency menjadi satu badan yang berperan untuk melakukan stabilisasi harga telur ayam. Namun, saat ini, Arief memandang kalau kenaikan harga telur tak bisa dilepas dari mekanisme pasar dalam menemukan kembali harga keseimbangannya.

“Di mana ada faktor biaya produksi seperti yang disampaikan Presiden, ada kenaikan variable cost-nya sehingga harga menyesuaikan,” ujarnya mengutip keterangan resmi, Rabu (31/8/2022).

Namun demikian, Arief mengatakan, apabila angka ini bertahan di Rp30.000 sampai seminggu ini, NFA bersama sejumlah stakeholder akan turun melakukan operasi pasar.

“Apabila minggu ini harga tidak bergerak turun kita akan lakukan intervensi melalui operasi pasar. Diharapkan bisa turun bahkan lebih cepat dari targetnya Presiden,” ucapnya.

Ia menjelaskan, sebagai lembaga yang ditugaskan untuk mengkonsolidasi para stakeholder pangan, NFA telah mengumpulkan seluruh asosiasi peternak ayam petelur, pedagang telur ayam, peternak ayam boiler, produsen jagung. Serta perwakilan pemerintah daerah sentra produksi jagung dan unggas, kementerian lembaga terkait seperti Kementan dan Kemendag guna membahas dan merumuskan komposisi pembentukan harga yang benar.

“Misalnya harga acuan untuk pembelian berapa, harga acuan untuk penjualan berapa. Ini sebenarnya kita sudah sepakati bersama. Kami kemarin sudah bertemu juga dengan teman-teman asosiasi untuk peternak layer, menyampaikan bahwa seharusnya harga telur tidak lebih dari Rp30.000. Hari ini sudah mulai turun, sebelumnya Rp32.000. Dalam waktu 1-2 hari ini akan sekitar 30.000,” ujar Arief.

 

3 dari 4 halaman

Faktor Kenaikan Harga

Arief kemudian mengungkapkan sejumlah faktor penyebab kenaikan harga telur ayam belakangan ini. Menurutnya, untuk mengatasi suatu permasalahan sangat penting mengetahui penyebab utamanya.

"Begitu juga dalam permasalahan kenaikan harga telur ayam ini. Jangan sampai mitigasinya keliru sehingga diberikan obat dan dosis yang salah,” ujarnya.

Menurut Arief, ada beberapa faktor yang mendorong kenaikan harga telur ayam, pertama adalah kenaikan harga pakan. Dalam pembentukan harga pakan, ketersediaan dan stabilitas harga komoditas jagung sangat berpengaruh.

Proses bisnis telur dimulai dari ketersediaan dan stabilitas harga pakan dengan bahan baku utama jagung. Sebenarnya, kata dia, NFA sudah memfasilitasi secara end to end. Salah satunya menjaga ketersediaan dan stabilitas harga jagung sebagai bahan baku pakan ayam.

"Saat harga jagung di atas Rp5.500, kami fasilitasi pendistribusiannya dari sentra-sentra produksi jagung sebagai pakan,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, NFA telah memfasilitasi mobilisasi jagung mulai dari Sumbawa dan Dompu, Nusa Tenggara Barat, ke pulau Jawa dan provinsi lainnya.

“Karena di sana over supply, sementara di beberapa lokasi defisit. Sehingga tugas kita adalah memindahkan stok jagung dari yang surplus ke defisit. Intinya tidak ada alasan dari jagungnya. Kemudian ada komponen pakan impor. Jadi Pakan impor ini yang tidak bisa kita kendalikan. Ini harus disiapkan juga oleh lokal produksinya,” papar Arief.

4 dari 4 halaman

Distribusi

Faktor penyebab lainnya adalah distribusi.ada kenaikan biaya distribusi yang sangat berimbas ke pedagang atau distributor. Jika dicermari, setelah menemui peternak, telur ini berada diangka yang wajar antara Rp27.000 sampai Rp29.000 per kilogram.

"Tidak mungkin lagi dikembalikan ke harga Rp22.000 seperti tahun lalu. Turun tetapi wajar, jangan kembali ke Rp22.000 kasian peternak layernya, karena hari ini ada kesetimbangan baru yang disebabkan kenaikan variable cost pembentuk harga pokok produksi tersebut,” ungkap Arief.

Arief menegaskan, visi NFA adalah mewujudkan peternak dan petani sejahtera, pedagang untung, dan masyarakat tersenyum. “Itu komposisi yang ideal. NFA sangat berkepentingan mewujudkan hal tersebut. Maka dari itu, Presiden meminta NFA mengkonsolidasikan kementerian, lembaga, dan asosiasi-asosiasi di bidang pangan agar terwujud kesetimbangan,” ujarnya.