Sukses

Cerita Sukses UMKM Kuliner, dari Dapur Rumahan hingga ke Gerai Waralaba

Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) termasuk kuliner terus mengembangkan potensi bisnisnya, hingga ke tingkat yang lebih luas

Liputan6.com, Jakarta Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) termasuk kuliner terus mengembangkan potensi bisnisnya, hingga ke tingkat yang lebih luas. Hal itu dibuktikan oleh Wani Boemboe saat meluncurkan produk rice bowl miliknya ke lebih dari 50 gerai warlaba Alfaexpress dan Alfamart berlogo Beanspot di wilayah Jakarta-Tangerang.

"Wani Boemboe menjawab kegelisahan yang ada dengan makanan yang masih terjangkau dan terjamin kebersihannya," kata Chief Marketing Officer Wani Group, Rebecca Pamela dalam keterngan persnya, Jumat (2/9/2022).

Rebecca mengaku, bukan dengan instan hingga produknya bisa dipasarkan secara lebih masif. Dia bercerita, awal karir produknya dimulai hanya dari dapur rumahan di Pulomas, Jakarta Timur pada tahun 2020 bersama sang pendiri brand tersebut – Erwin Ongkowijoyo dan Monika Anggraini selaku Chief Operating Officer dari Wani Group.

"Tidak disangka respon pasar sangat baik meningkatkan permintaan terhadap produk Wani Boemboe dari berbagai penjuru Jakarta, sehingga Wani Boemboe dapat dikembangkan menjadi seperti hari ini," bangga Rebecca.

Erwin Ongkowijoyo sebagai peracik menu dari tiap rice bowl Wani Boemboe menambahkan, hadirnya Wani Boemboe terinspirasi dari masakan Indonesia yang disukai oleh banyak orang, namun juga mudah disantap.

Erwin menjelaskan, Wani Boemboe hadir dalam bentuk rice bowl dengan isian lengkap mulai dari nasi, lauk, tempe orek, dan juga kremesan.

Selain itu, lanjut Erwin Wani Boemboe juga memperkenalkan varian menu-menu rice bowl yang unik dan pastinya siap menggugah selera yang menyantapnya, seperti Sapi Boemboe Rendang, Sapi Boemboe Cabe Ijo, Ayam Boemboe Rujak, Ayam Boemboe Sambal Matah, dan Ayam Boemboe Jimbaran.

"Setiap variasi menu makanan dari Wani Boemboe diolah dengan kaya rempah dan berani bumbu nya, sehingga lezat dan cocok untuk lidah orang Indonesia," yakin Home Cook asal Surabaya ini.

 

 

2 dari 3 halaman

Harga

Soal harga, Erwin mematok Rp 20 ribu per mangkuknya. Dia memastikan, selain ramah di kantong pelajar hingga pekerja kantoran, nutrisinya dibuat cukup untuk mereka yang punya mobilitas tinggi.

Erwin yang juga selaku CEO dari Wani Group ini berharap, ekspansi rice bowl Wani Boemboe tidak berhenti di waralaba Jakarta-Tangerang.

Namun ke depan, produknya bisa menjangkau lebih banyak wilayah dan menambah variatif menu.

"Mencapai mimpi besar dari Wani Group, dapat dipastikan Wani Group akan terus melakukan ekspansi dan melahirkan lebih banyak produk serta brand kuliner khas nusantara lainnya," Erwin menutup.

3 dari 3 halaman

Harga Mi Instan Bakal Naik, Sandiaga Uno Minta Anak Kos dan Pengusaha Kuliner Siap-siap

Sebelumnya, masyarakat yang suka makan mi instan harus merogoh kocek lebih dalamn. Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan kemungkinan harga mi instan naik.

Kenaikan harga mi instan masih disebabkan hambatan pasokan gandum imbas dampak perang Rusia-Ukraina.

"Belum selesai dengan climate change, kita dihadapi dengan Perang Ukraina-Rusia, dimana ada 180 juta ton gandum nggak bisa keluar, jadi hati-hati yang makan mi banyak dari gandum, besok harganya (naik) 3x lipat," ujar Mentan dalam webinar Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, dikutip Rabu (10/8/2022).

"Ada gandum tapi harganya mahal banget. Sementara kita impor terus," pungkasnya. 

Menanggapi kabar tersebut, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif  (Menparekraf) Sandiaga Uno menyerukan agar para pelaku ekonomi kreatif kuliner bersiap untuk membuat strategi dan inovasi dari harga mi instan naik.

"Anak kost siap-siap! Dan untuk pelaku ekonomi kreatif kuliner yang berjualan mie instan, siapkan strategi dan inovasi!," tulis Menparekraf melalui unggahannya di laman Instagram resmi @sandiuno.

Menparekraf lebih lanjut mengatakan, dampak dari ketidakstabilan ekonomi global karena pandemi dan juga perang Rusia-Ukraina mengakibatkan lonjakan harga gandum sebagai bahan baku mie instan, serta turunannya.

"Bukan tanpa sebab, karena kedua negara tersebut merupakan penyuplai hampir 30-40 persen produksi gandum dunia," beber dia. 

"Kondisi seperti ini jangan lantas membuat kita pasrah, justru harus menjadi momentum bagi kita untuk mengoptimalkan sumber pangan dan berbagai produk ekonomi kreatif lokal sehingga kita tidak terus menerus ketergantungan dengan bahan baku impor!," pungkas Sandiaga Uno.Â