Liputan6.com, Jakarta - Harga bahan pangan atau sembako di Bogor Jawa Barat mulai merangkak naik. Kenaikan harga bahan pangan ini sebagai salah satu dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite, Solar, dan Pertamax yag diumumkan pada Sabtu 3 September 2022.
Salah satunya kenaikan dialami pada komoditas beras, yang awalnya dibanderol sekitar Rp 480 ribu per karung, mulai merangkak naik menjadi Rp 510 ribu per karung.
Baca Juga
“Beras sekarung yang tadinya Rp 480 ribu, sekarang jadi Rp 510 ribu sekarung untuk tipe beras medium. Jadi saya jualnya Rp 9 ribu per liter” ujar Lilis (51), salah satu pedagang sembako ketika ditemui di tokonya, di Pasar Griya Bukit Jaya, Bogor, kepada Liputan6.com, ditulis Selasa (6/9/2022).
Advertisement
Selain beras, harga makanan ringan juga terkena dampaknya. Seperti harga makanan ringan merek Nabati yang naik Rp 1,5 ribu per kardus.
Harga barang lainnya juga sudah mulai merangkak naik, bahkan sampai rokok pun mengalami kenaikan harga.
“Rokok juga naik, naiknya sekitar 500 perak, kayak contohnya rokok Filter per bungkus Rp 19,5 ribu, hari ini sudah Rp 20 ribu, 1 slop itu isinya 20 harganya Rp 395 ribu jadi Rp 400rb,”
Meskipun mulai terjadi kenaikan harga pada beras, makanan ringan hingga rokok, harga beberapa sembako lain seperti minyak goreng dan telur tetap stabil di harga sebelumya.
“Kalau minyak goreng tidak naik sih, kayak biasanya, kalau telur itu dari sebelum harga BBM naik, harga telur emang sudah naik duluan.” tuturnya.
Lilis menjelaskan harga telur sejak kenaikan harga pada dua pekan lalu masih stabil berada di harga Rp 28 ribu hingga Rp 30 ribu per kilogram.
Kenaikan harga sembako tidak dapat dihindari karena kenaikan BBM yang pasti berdampak langsung pada naiknya harga kebutuhan sehari-hari, termasuk sembako. Kenaikan harga BBM juga diprediksi akan merambat pada kenaikan harga bahan pokok lainnya.
“Beberapa harga sembako udah pada naik, soalnya kalau BBM naik udah pasti merambat ke harga sembako.” tutupnya.
Pengusaha Kuliner Ancang-Ancang Naikkan Harga Jual
Pengusaha sektor kuliner menyebut biaya logistik akan meningkat seiring kenaikan harga BBM Subsidi per 3 September 2022. Ini artinya akan berimbas juga ke harga jual produk kuliner tersebut.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Kuliner Indonesia (Apkulindo) Masbukhin Pradhana menyebut, kenaikan harga BBM secara langsung akan berimbas ke sektor transportasi dan produksi.
"Sehingga pasti akan membuat biaya logistik dan produksi naik, cepat atau lambat kenaikan BBM ini akan memicu kenaikan bahan baku yang pada ahirnya pasti akan menaikkan harga jual produk akhir," terangnya kepada Liputan6.com, Senin (5/9/2022).
Lebih jauh, ini dinilai akan mendongkrak tingkat inflasi. Alasannya, salah satu komponen yang mendorong inflasi adalah BBM.
"Tapi kita juga menyadari kondisi global yang menyebabkan harga BBM naik. Pastinya hari-hari ke depan akan membuat jualan lebih menantang dikarenakan daya beli konsumen pasti akan tertekan," kata dia.
"Pelaku usaha pastinya sudah tahu kondisi ini akan terjadi, padahal dunia usaha belum pulih benar paska Pandemi Covid-19," tambahnya.
Ia menyebut, langkah yang bisa dilakukan salah satunya dengan tetap menjalani bisnis tersebut. Apalagi, sudah bisa melalui dampak besar dari pandemi Covid-19.
Pada kondisi ini, diakuinya dalam posisi berat. Namun, ketika ada peluang untung, pelaku usaha juga akan mendapat keuntungan lebih
"Itu lah bedanya pelaku usaha dengan pekerja.Pas kondisi susah terkena dampak. Pas lagi untung, ya pantas dapat lebihan," ujarnya.
Advertisement
Harga BBM Naik, Tempe Orek dan Telur Balado di Warteg Bakal Lebih Mahal 20 Persen
Siapkan uang lebih banyak buat para pelanggan Warung Tegal (Warteg). Dalam waktu dekat harga makanan di warung nasi yang biasanya menampilkan puluhan menu ini bakal naik. Kenaikan harga makanan di warteg ini sebagai dampak dari kenaikan harga BBM subsidi yang ditetapkan pemerintah sejak Sabtu 3 September 2022.
"Kami berat untuk bertahan tidak menaikan harga menu di warteg, sekarang lagi menghitung kenaikan," kata Ketua Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni saat dihubungi Merdeka.com di Jakarta, Senin (5/9/2022).
Mukroni menyampaikan, keputusan untuk melakukan penyesuaian harga terpaksa dilakukan merespon mulai merangkak naiknya harga sejumlah bahan pangan imbas lonjakan harga BBM. Seperti, komoditas beras kemasan 50 kilogram (kg) yang mengalami kenaikan Rp500 per kg.
"Harga sayur-sayuran juga sudah naik. Kemudian telur masih tinggi Rp30.000 per kilogram dari harga normal Rp 24.000 per kilo. Cabai merah juga Masih Rp80.000 per kilo," bebernya.
Meski begitu, Mukroni khawatir penyesuaian tarif makanan akan membuat pelanggan kabur. Mengingat, daya beli pelanggan warteg yang didominasi kelompok ekonomi menengah ke bawah masih belum pulih setelah dihantam pandemi Covid-19.
Untuk itu, pihaknya berencana menaikkan harga makanan di warteg tidak lebih dari 20 persen. Sehingga, harga baru diharapkan tetap terjangkau bagi pelanggan warteg.
"Jika, menaikkan (harga) kami tidak lebih dari 20 persen. Kalau lebih pelanggan bisa lari atau kabur," tutupnya.
Reporter: Ine Vania Putri