Sukses

Forum G20 Singgung Perang Rusia-Ukraina, Suharso Monoarfa Klaim Punya Solusi

Forum G20 tingkat menteri pembangunan menyinggung soal dampak perang Rusia-Ukraina terhadap pemulihan kedepannya.

Liputan6.com, Belitung Forum G20 tingkat menteri pembangunan menyinggung soal dampak perang Rusia-Ukraina terhadap pemulihan kedepannya. Namun, Indonesia punya solusi agar pembicaraan mengenai isu tersebut tidak menjadi sensitif di dalam forum.

Ini disampaikan Menteri Perencanaan Pembangunan/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Suharso Monoarfa usai memimpin forum tersebut. Meski masih jadi pembicaraan, perang Rusia-Ukraina dinilai tak terlalu mencolok di dalam forum.

"Terkait dengan isu yang sensitif itu, itu kita mengadaptasi nya sedemikian rupa agar semua anggota di G20 merasakan dan memahami dengan caranya masing-masing," ujarnya usai forum Development Ministerial Meeting G20 di Belitung, Kamis (8/9/2022).

Suharso mengisahkan, dalam diskusi di forum tersebut, tak ada anggota yang menggunakan bahasa yang menyinggung pihak lain. Sehingga, tidak memberikan dampak yang berlebihan.

"Jadi kita tidak menggunakan kata-kata yang bisa memberi pengaruh yang kurang menyenangkan bagi anggota G20 yang lainnya," kata dia.

"Tapi juga tidak memberikan kalimat yang membuat superior yang lainnya, nah cara Indonesia yang ternyata terbaik yang bisa diadaptasi (oleh) mereka," terangnya.

Untuk diketahui, kehadiran Rusia diwakili oleh Deputy Head of The Official Developmwnt Assistance Division Ministry of Finance of The Russian Federation, Alina Krasilnikova. Menurut pantauan Liputan6.com sebelum forum dimulai, ia diapit oleh delegasi dari Arab Saudi dan Meksiko.

Sementara, di seberangnya, duduk delegasi dari Amerika Serikat, Kanada, dan China secara berurutan. Menteri Suharso sebagai pemimpin forum berada di sisi depan ruangan forum.

Suharso menegaskan kalau dalam kesempatan kali ini tak menirikberatkan pada kondisi geopolitik yang belum usai. Namun, menekankan pada pembahasan keberpihakan negara G20 terhadap isu blended finance, UMKM, dan perlindungan sosial yang adaptif.

"Sekali lagi kita tidak membahas sesuatu perkembangan situasi global yang sama sama kita ketahui, kita lebih banyak kepada substansi yang ditawarkan oleh Indonesia yaitu di 3 tadi mengenai blended finance, UMKM, dan perlindungan sosial," bebernya.

 

2 dari 4 halaman

Minta G20 Berpihak ke UMKM

Sebelumnya, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Suharso Monoarfa membuka gelaran Development Ministerial Meeting G20 di Belitung, Kamis (8/9/2022). Ini merupakan forum tingkat menteri pembangunan dari negara G20.

Pada pembukaan forum tersebut, Suharso mewanti-wanti negara anggota G20 untuk turut serta memberikan dukungan terhadap UMKM. Pasalnya, sektor ini mampu menjadi motor pertumbuhan di negara berkembang.

Dalam konteks ini, Suharso menilai perhatian tersebut mampu memberikan dampak kepada ekonomi berkembang. Sehingga pemulihan menjadi lebih kuat dan inklusif.

"Saya ingin menekankan bahwa menjalankan business as usual tidak lagi memungkinkan, dan bukan juga sesuatu yang kita inginkan," kata dia dalam DMM G20, Belitung, Kamis (8/9/2022).

"Kita telah menyaksikan bahwa di negara berkembang, Usaha Mikro Kecil Menengah atau UMKM akan menjadi tumpuan penting untuk menciptakan 600 juta lebih pekerjaan yang akan dibutuhkan untuk 15 tahun ke depan dalam menyerap tenaga kerja global yang terus mengalami peningkatan," bebernya.

 

3 dari 4 halaman

Prioritas UMKM

Harapannya, negara anggota G20 bisa memprioritaskan dukungan terhadap UMKM sehingga bisa bertahan sekuat mungkin dari guncangan atau krisis mendatang. Upayanya bisa berupa adopsi praktik bisnis berkelanjutan dan manajemen ririsko.

UMKM, menurut dia sebagai salah satu motor penggerak ekonomi, dimana sejalan dengan forum tingkat menteri pembangunan. Ia mengisahkan kalau Development Working Group yang terbentuk 1 dekade lalu memmiliki peran penting dalam mendukung pembangunan negara berkembang.

"Forum yang kita visikan dapat menyatukan ekonomi-ekonomi terbesar dunia untuk bersama-sama menutup kesenjangan pembangunan dan membantu negara berkembang. Perjalanan kita tidak selalu mudah – namun, kuatnya kolaborasi kita selama ini telah membuktikan bahwa kita tidak pernah sendirian," paparnya.

Menurut pantauan Liputan6.com di lapangan, sebelum pembukaan, Suharso menyambut sejumlah delegasi dari berbagai negara. Terlihat ia saling bercengkerama dan berbincang singkat.

Di dalam ruangan diskusi Suharso Monoarfa terlihat berada di sisi depan. Sementara delegasi dari Rusia juga terlihat berada diantara delegasi Meksiko dan Saudi Arabia. Di sisi seberangnya, terlihat ada delegasi dari Amerika Serikat, Kanada, dan China secara beriringan.

 

4 dari 4 halaman

Perlindungan Sosial

Di sisi lain, Suharso melirik masih dibutuhkannya perlindungan sosial terkait dampak Covid-19 di negara berkembang. Mesi ada peningkatan program perlindungan sosial selama pandemi, namun lebih dari 4 milyar penduduk di dunia masih belum tercakup dalam sistem perlindungan sosial.

"Untuk memastikan resiliensi masyarakat dalam menghadapi guncangan dan krisis, kami sebagai Presidensi, memfokuskan prioritas kami pada inisiatif perlindungan sosial adaptif," kata dia.

Menurutnya, cara ini sesuai untuk memitigasi dan melakukan adaptasi yang lebih baik terhadap berbagai guncangan. Seperti halnya pandemi, bencana alam, dan bencana akibat perubahan iklim.