Liputan6.com, Jakarta - Tes Covid-19 menjadi bagian inti dalam salah satu kebijakan nol-Covid-19 di China dalam upaya negara itu meredam kasus penularan baru yang terus bermunculan.
Tetapi, sejumlah perusahaan yang menyediakan layanan tes Covid-19 mengungkapkan telah melihat sejumlah tes yang tidak dibayar tepat waktu.
Baca Juga
Dilansir dari laman Straits Times, Sabtu (10/9/2022) sejumlah perusahaan alat tes Covid-19 di China mengatakan aturan pengujian menguras keuangan mereka, karena pelanggan membutuhkan waktu lebih lama untuk membayar iuran.
Advertisement
Ada risiko bahwa beberapa tagihan yang belum dibayar akan dihapuskan sebagai piutang tak tertagih, kata Dian Diagnostics Group yang berbasis di Hangzhou, salah satu penyedia tes Covid-19 terbesar di China.
Tagihan pun terus bertambah. Delapan dari perusahaan alat tes Covid-19 terbesar yang terdaftar melaporkan peningkatan piutang usaha sebesar 14,1 miliar yuan atau setara Rp 30,1 triliun per 30 Juni 2022, naik 73 persen dari tahun sebelumnya.
Di antara perusahaan-perusahaan ini, Shanghai Labway Clinical Laboratory mengalami lonjakan tagihan terbesar, hingga mencapai 189 persen.
Penundaan dalam pembayaran menggarisbawahi biaya yang meningkat - secara finansial, ekonomi dan sosial - dari kebijakan nol-Covid-19 China untuk menghentikan penyebaran varian Omicron.
"Salah satu dugaan slasan adalah bahwa anggaran untuk tes PCR pada awal tahun diremehkan, mengingat lockdown tak terduga yang mengikutinya,” kata Mia He, seorang analis perawatan kesehatan di Bloomberg Intelligence.
"Ini dapat menyebabkan pembayaran tertunda untuk pembuat tes," sebut dia.
Diketahui, China semakin memperluas aturan tes Covid-19 ketika kasus muncul di setiap provinsi.
Bahkan di kota-kota besar seperti Beijing dan Shanghai yang tidak ditutup, warga perlu melakukan tes PCR setiap tiga hari sekali untuk menggunakan fasilitas umum atau pergi bekerja.
Lonjakan Utang Konsumen Tes Covid-19
Sejumlah perusahaan alat tes Covid-19 di China menyebut jumlah pembayaran yang semakin besar menjadi salah satu perhatian utama dalam laporan keuangan terbaru mereka.
Utang pembayaran konsumen Dian Diagnostics yang akan jatuh tempo telah mencapai 10,7 miliar yuan, naik dari 5,4 miliar yuan di tahun sebelumnya, menurut laporan pendapatan semester pertama perusahaan itu.
Kemudian ada Guangzhou Kingmed Diagnostics Group, yang memperingatkan dalam laporan keuangannya bahwa pelunasan beberapa biaya tes mungkin tertunda.
Perusahaan tersebut menambahkan bahwa situasi Covid-19 dapat memperburuk manajemen beberapa institusi medis dan klinik swasta, serta kredit yang macet.
Adapun Shanghai Runda Medical Technology yang mencatat pertumbuhan piutang sebagai salah satu risiko utama perusahaan.
Perusahaan melihat "periode yang lebih lama untuk menerima pembayaran dari klien dan menghadapi tekanan yang meningkat saat ini", katanya dalam laporan pendapatannya.
Advertisement
Tes Covid-19 Jadi Bisnis Paling Cuan di China selama Pandemi
Sementara itu, dua belas perusahaan pengujian Covid-19 ternama di China baru-baru ini membukukan peningkatan besar dalam pendapatan dan laba bersih untuk paruh pertama tahun ini.
Dilansir dari CNN Business, Kamis (8/9/2022) pemasok alat tes Covid-19 Andon Health, melaporkan laba bersih hingga 27,728 persen dalam enam bulan pertama tahun 2022, mencapai USD 2,2 miliar atau setara Rp.
Itu adalah peningkatan terbesar yang dicatat oleh perusahaan yang terdaftar di China.
Sementara pendapatan Ando Health melonjak 3,989 persen.
Ando Health tidak hanya mendapat keuntungan dari kebijakan tes Covid-19 di China, tetapi juga dari permintaan besar di Amerika Serikat, karena iHealth Lab-nya baru-baru ini mendapatkan kepercayaan dari pemerintah AS untuk memasok tes cepat antigen.
Selain Ando Health, Assure Tech, sebuah perusahaan diagnostik yang berbasis di Hangzhou juga membukukan peningkatan laba bersih 1,324 persen karena permintaan yang kuat di pasar global.
Sedangkan produses alat tes lainnya mencatat kenaikan laba bersih dari 55 persen menjadi 376 persen untuk enam bulan pertama tahun ini.
Seperti diketahui, lockdown yang berkepanjangan hingga pembatasan terkait Covid-19 yang ketat telah memicu penurunan pada ekonomi China. PDB China hanya tumbuh 0,4 persen di kuartal kedua 2022, menandai laju paling lambat dalam lebih dari dua tahun.
Sejumlah bank investasi ternama telah memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi China selama setahun menjadi 3 persen atau di bawah, jauh lebih rendah dari target resmi 5,5 persen yang ditetapkan negara itu awal tahun ini.