Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak melonjak lebih dari 3 persen pada perdagangan hari Jumat. Kenaikan harga minyak dunia ini didukung oleh rencana pengurangan pasokan seperti yang disepakati oleh OPEC+.
Harga minyak juga didukung oleh pernyataan dari Presiden Rusia Vladimir Putin yang mengancam akan menghentikan ekspor minyak dan gas ke Eropa jika pembatasan harga dan pemotongan produksi minyak seperti yang disepakati OPEC+ diperlakukan.
Baca Juga
Namun, pembatasan Covid-19 di China membebani prospek permintaan sehingga bisa menahan kenaikan harga minyak dunia yang lebih tajam lagi.
Advertisement
Mengutip CNBC, Sabtu (10/9/2022), harga minyak mentah Brent naik USD 3,30 atau 3,7 persen menjadi USD 92,45 per barel. Sedangkan harga Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik USD 3,11 atau 3,7 persen menjadi USD 86,65 per barel.
"Selama beberapa bulan mendatang, Barat harus menghadapi risiko kehilangan pasokan energi Rusia dan melonjaknya harga minyak," kata pialang minyak PVM Stephen Brennock.
Ditekan oleh kekhawatiran tentang resesi dan permintaan, harga minyak Brent turun tajam dari lonjakan Maret mendekati level tertinggi sepanjang masa di USD 147 setelah Rusia menginvasi Ukraina.
Meskipun melambung pada perdagangan Jumat, kedua patokan harga minyak mentah membukukan penurunan mingguan.
Harga minyak Brent turun sekitar 0,6 persen pada minggu. Sedangkan harga minyak WTI berada di jalur untuk penurunan mingguan sebesar 0,3 persen.
Cadangan Minyak AS
Seorang pejabat dari Departemen Energi AS mengatakan, Gedung Putih tidak mempertimbangkan untuk melepas Cadangan Minyak Strategis (SPR) AS saat ini di luar 180 juta barel yang diumumkan Presiden Joe Biden beberapa bulan lalu.
Sebelumnya, Menteri Energi Jennifer Granholm mengatakan kepada Reuters bahwa pemerintah sedang mempertimbangkan kebutuhan untuk rilis SPR lebih lanjut.
"Gedung Putih mundur dari rilis lain dari SPR," kata analis di Price Futures Group Phil Flynn. "Sepertinya banyak ketakutan pasar sebelumnya telah hilang."
Perusahaan jasa energi Baker Hughes Co mencatat aktivitas sumur minyak AS turun lima menjadi 591 sumur pada minggu ini, terendah sejak pertengahan Juni. Penurunan ini karena pertumbuhan jumlah rig dan produksi telah melambat meskipun harga energi relatif tinggi.
Advertisement
OPEC+ Pangkas Produksi Minyak Mentah mulai Oktober 2022
Sebelumnya, Kelompok negara produsen minyak dunia para Senin setuju untuk mengurangi produksi minyak mentah. Pengurangan produksi ini yang akan dimulai pada bulan depan ini cukup kecil.
Keputusan kelompok eksportir minyak yang sering disebut dengan OPEC+ ini mengejutkan pasar energi karena dilakukan saat pasar energi bergejolak.
OPEC dan beberapa aliansi negara di luar OPEC memutuskan untuk memangkas target produksi sekitar 100 ribu barel per hari mulai Oktober 2022.
Analis energi padahal mengharapkan OPEC+ untuk tetap mengikuti kebijakan produksinya.
Bulan lalu, OPEC+ setuju untuk menaikkan produksi minyak hanya 100 ribu barel per hari. Dorongan yang sangat kecil itu secara luas ditafsirkan sebagai penolakan terhadap Presiden AS Joe Biden setelah kunjungannya ke Arab Saudi untuk meminta OPEC memompa lebih banyak untuk menurunkan harga dan membantu ekonomi global.
“Presiden (Joe Biden) telah mengambil tindakan termasuk melepas cadangan strategis dan bekerja dengan sekutu untuk membatasi harga minyak Rusia untuk memastikan kami mempertahankan pasokan minyak global. Bahkan saat kami menghukum Putin atas tindakannya,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean Pierre.
OPEC+ mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa keputusan Senin untuk kembali ke tingkat produksi Agustus adalah karena penyesuaian ke atas "dimaksudkan hanya untuk bulan September."
Pertemuan OPEC+ berikutnya dijadwalkan pada 5 Oktober.