Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) Mohammad Aprindy mengabarkan, okupansi penumpang MRT Jakarta Fase 1 (Lebak Bulus-Bundaran HI) sejak pertama kali beroperasi per Maret 2019 mencapai sekitar 51 juta orang.
"Secara kumulatif sejak Maret 2019, telah mencapai dekati 51 juta penumpang yang telah memanfaatkan MRT Jakarta kita," ujar Aprindy dalam acara Groundbreaking Contract Package 202 MRT Jakarta Fase 2A di Kota Tua, Jakarta, Sabtu (10/9/2022).
Baca Juga
Tak hanya kumulatif, ia menyampaikan, jumlah penumpang rata-rata MRT Jakarta secara harian pun bertambah lebih dari dua kali lipat.
Advertisement
"Sampai Agustus 2022, rata-rata penumpang kita 55 ribu penumpang per hari. Tahun lalu masih 25 ribu per hari," terang Aprindy.
PT MRT Jakarta (Perseroda) sendiri saat ini tengah melanjutkan pengerjaan proyek MRT Jakarta Fase 2A yang menghubungkan antara Bundara HI dengan Jakarta Kota.
Jakarta Kota dipilih sebagai salah satu titik utama, karena itu akan terintegrasi dengan layanan KRL Commuter Line untuk membentuk sebuah transit oriented development (tod). Nantinya, rute layanan MRT Jakarta akan terus dilanjutkan hingga kawasan Ancol, Jakarta Utara.
"Saat ini MRT Jakarta sedang lanjutkan pembangunan Fase 2A, kelanjutan fase 1 yang sudah beroperasi sejak 2019. Kontak paket 2 progresnya sekitar 42,7 persen," kata Aprindy.
Ongkos Proyek MRT Jakarta Bundaran HI-Kota Bengkak Jadi Rp 26 Triliun
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, ongkos proyek MRT Jakarta North-South Line fase II rute Bundaran HI-Jakarta Kota mengalami pembengkakan hingga sekitar Rp 3,5 triliun.
Hal itu disampaikannya pasca melakukan rapat terbatas (ratas) dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Rabu (24/8/2022).
"Tadi dilaporkan bahwa ada kenaikan project cost (MRT Jakarta) dari Rp 22,5 triliun menjadi Rp 26 triliun," ujar Menko Airlangga.
Pembesaran biaya ini terjadi akibat adanya kompleksitas konstruksi dan kondisi lahan yang tidak stabil, khususnya di rute yang masuk ke kawasan Jakarta Kota.
"Sehingga tentunya perlu lebih berhati-hati secara struktur dan panjang yang North-South Line ini km, dan seluruhnya masuk di underground," kata Menko Airlangga.
"Ini berbeda dengan proyek yang sebelumnya, dimana panjang MRT Jakarta North-South fase I mencapai 15,7 km. Sepanjang 5,7 km itu underground, dan elevated 10 km," terangnya.
Sesuai arahan Jokowi, ia melanjutkan, proyek MRT Jakarta North-South Line fase II juga bermasalah pada titik akhir yang diproyeksikan berada di Ancol Barat.
"Titik akhirnya yang direncanakan sekarang di Ancol Barat itu masih ada beberapa masalah lahan. Sehingga diminta dipertimbangkan, dicarikan alternatif lain di wilayah Ancol ataupun di Marina," tuturnya.
Advertisement
Jokowi Minta Jepang Kebut Proyek MRT Fase 2 hingga Pelabuhan Patimban
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, mengatakan dalam pertemuan Presiden Jokowi dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida. Presiden meminta percepatan pengembangan beberapa proyek strategis yang didanai oleh Jepang.
Pertama, ada Pelabuhan Patimban yang dikelola oleh konsorsium Toyota Tsusho. Terdapat ada tambahan investasi lanjutan senilai Rp 9,5 triliun untuk mempersiapkan pembangunan jalan tol sepanjang 14 km.
“Ini minta didorong untuk investasi lanjutan sebesar Rp 9,5 triliun dan juga tahap melakukan Persiapan terkait dengan jalan ataupun akses Pelabuhan Patimban dimana ini dikerjakan oleh badan usaha jalan tol sebesar 14 km,” kata Airlangga saat konferensi pers di Jepang, Kamis (28/7/2022).
Tak hanya itu saja, Kata Airlangga, Presiden juga meminta adanya perhitungan secara detail mengenai proyek MRT Fase 2 dengan jalur mulai dari Bundaran HI sampai Kota, MRT Fase 2B dari Kota menuju Ancol Barat, serta proyek MRT east to west.
“Bapak Presiden minta dari segi perhitungan terutama cost dari per km, di mana ini karena seluruh desain dan konstruksi itu disiapkan oleh konsultan Jepang, ini diminta dilihat lebih detail,” ujarnya.
Lebih lanjut, Airlangga menyampaikan Presiden Jokowi juga meminta proyek proving ground di Bekasi dengan investasi Rp 1,81 triliun dari Toyota Tsusho bisa dipercepat pembangunannya. Hal itu penting untuk ekspor otomotif Indonesia. Terlebih saat ini negara lain seperti Thailand dan Vietnam sudah memiliki infrastruktur tersebut.
“Bapak presiden meminta agar Project proving ground di Bekasi yang merupakan pengetesan otomotif dalam bentuk sirkuit dengan investasi sebesar Rp 1,81 triliun. Dan ini juga dilakukan oleh Toyota Tsusho ini diminta untuk dilakukan percepatan karena ini menjadi penting untuk ekspor otomotif Indonesia,” ujarnya.
Demikian, tak hanya Toyota Group, Airlangga juga menyampaikan rencana investasi perusahaan terkemuka asal Jepang, yaitu Mitsubishi Motor sebesar Rp 10 triliun guna mendukung bisnis di sektor otomotif Indonesia.
"Disampaikan dalam rapat dengan Perdana Menteri, rencana investasi baik itu dari Mitsubishi Motor sebesar Rp 10 triliun, kemudian Toyota Group sebesar Rp 27,1 triliun," pungkas Airlangga.