Sukses

Harga Minyak Dunia Naik ke USD 94 per Barel karena Ketidakpastian Pasokan

Harga minyak dunia dapat rebound menjelang akhir tahun karena pasokan diperkirakan akan semakin ketat ketika embargo Uni Eropa terhadap minyak Rusia mulai berlaku.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia naik pada perdagangan hari senin. Kenaikan harga minyak dunia ini dipicu oleh dua sentimen yang menyebabkan pasokan ketat di tengah peningkatan permintaan.

Sentimen pertama adalah pembicaraan nuklir Iran yang tampaknya mengalami hambatan. Sentimen kedua karena embargo pada pengiriman minyak Rusia.

Mengutip CNBC, Selasa (13/9/2022), Harga minyak mentah berjangka Brent mengakhiri hari di USD 94 per barel, naik 1,25 persen. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 99 sen atau 1,1 persen menjadi USD 87,78 per barel.

Harga minyak mengalami kenaikan pada pekan lalu didorong oleh kesepakatan pengurangan produksi oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutu termasuk Rusia, sebuah kelompok yang dikenal dengan OPEC+.

Pengurangan pasokan ini diimbangi dengan penguncian di China yang merupakan negara importir minyak mentah utama dunia.

Prancis, Inggris dan Jerman pada hari Sabtu mengatakan mereka memiliki keraguan tentang niat Iran untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir. Keraguan ini dalam perkembangan membuat minyak Iran masih sulit untuk keluar dari pasar untuk menjaga pasokan global tetap ketat.

Harga minyak dunia dapat rebound menjelang akhir tahun karena pasokan diperkirakan akan semakin ketat ketika embargo Uni Eropa terhadap minyak Rusia mulai berlaku pada 5 Desember 2022.

G7 akan menerapkan batas harga minyak Rusia untuk membatasi pendapatan ekspor minyak Rusia yang menguntungkan setelah invasinya ke Ukraina pada Februari, dan berencana untuk mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa minyak masih dapat mengalir ke negara-negara berkembang.

 

2 dari 3 halaman

Permintaan Minyak China

Dalam berita yang lebih bearish untuk pasar minyak, permintaan minyak China dapat berkontraksi untuk pertama kalinya dalam dua dekade tahun ini karena kebijakan nol-COVID Beijing membuat orang tetap di rumah selama liburan dan mengurangi konsumsi bahan bakar.

“Kehadiran hambatan yang tersisa dari pembatasan virus baru China dan moderasi lebih lanjut dalam kegiatan ekonomi global masih dapat menarik beberapa keraguan atas kenaikan yang lebih berkelanjutan,” kata analis IG, Jun Rong Yeap.

Juga, Bank Sentral Eropa dan Federal Reserve siap untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk mengatasi inflasi, yang dapat mengangkat nilai dolar AS terhadap mata uang dan membuat minyak dalam denominasi dolar lebih mahal bagi investor.

3 dari 3 halaman

Perdagangan Sebelumnya

Harga minyak dunia tergelincir selama perdagangan Asia pada Senin (12/9) karena prospek kenaikan suku bunga lebih lanjut di Amerika Serikat dan Eropa untuk meredam inflasi serta penerapan pembatasan Covid-19 yang ketat di China membayangi prospek permintaan global.

"Kekhawatiran permintaan berpusat pada dampak kenaikan suku bunga untuk memerangi inflasi dan kebijakan nol Covid-19 di China," kata analis Commonwealth Bank of Australia, Vivek Dhar dalam sebuah catatan, dikutip dari Channel News Asia, Senin (12/9/2022).

Harga minyak mentah berjangka Brent turun 78 sen, atau 0,9 persen, menjadi 86,01 dolar AS per barel, setelah sempat naik 4,1 persen pada Jumat (9/9).

Harga minyak mentah West Texas Intermediate AS kini berada di USD 92,11 per barel, turun 73 sen, atau 0,8 persen, setelah sempat naik 3,9 persen di sesi sebelumnya.

Harga miyak dunia sedikit berubah pekan lalu karena keuntungan dari pengurangan pasokan nominal oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), diimbangi oleh lockdown Covid-19 yang sedang berlangsung di sejumlah kota di China, yang merupakan importir minyak mentah utama dunia.

Permintaan minyak dari China diprediksi bakal berkontraksi untuk pertama kalinya dalam dua dekade tahun ini karena kebijakan nol-Covid-19 negara itu membuat masyarakat tetap berada di rumah selama liburan dan mengurangi konsumsi bahan bakar.